PROBLEM POSSING LEARNING PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Print Friendly and PDF

PROBLEM POSSING LEARNING PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Oleh : Galuh Wikan Meylia

Guru SMA Negeri 1 Boja, Kendal Jawa Tengah

Galuh Wikan Meylia


       Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan bahasa disamping aspek penalaran dan hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk bahasa dan sastra. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, ada 4 keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pengamatan mengenai pembelajaran suatu mata pelajaran memang penting dilakukan, karena dengan melakukan pengamatan tersebut kita dapat mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan seorang guru sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan arah serta tujuan yang ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar Guru mempunyai posisi yang sangat signifikan dengan pendidikan yaitu sebagai fasilitator dan pembimbing, dengan tanggung jawab yang sangat besar ini guru tidak hanya dituntut untuk mentransfer ilmu yang dimiliki kepada siswa tetapi juga harus bisa memfasilitasi siswa dalam mengembangkan diri mereka. Oleh karena itu, guru harus dituntut untuk kreatif dalam mengakomodir kebutuhan siswa dan harus peka terhadap karakteristik dan psikis siswa. Keberhasilan penyampaian materi dapat dilihat dari model yang dipilih guru. 

       Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan Bahasa disamping aspek penalaran dan hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk bahasa dan sastra. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, ada 4 keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada umunya bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Melalui bahasa pula, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang. Komunikasi melalui bahasa ini memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Ia memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan serta latar belakangnya masing-masing. menurut (Hartati, 2003). Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dinekal ditingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Mata pelajaran Bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar bahasa (belajar komunikasi) dan belajar sastra, belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya. Oleh karena itu pembelajaran Bahasa Indonesia mengupayakan peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa memegang peranaan yang sangat penting dalam menjaga keutuhan dan rasa persatuan warga negara Indonesia berperan sebagai perakaat kebersamaan untuk menyamarkan titik-titik perbedaan pada bangsa yang majemuk ini. Oleh karna itulah, pembelajaran Bahasa Indonesia sangatlah penting untuk membentuk generasi penerus bangsa yang bersatu dan berdaulat.

       Menurut Saud dan Rukmana (2006:3), belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seserong sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Pemilihan model mengajar di kelas harus menuntut adanya motivasi dalam diri setiap siswa. Keberadaan motivasi dalam proses belajar merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi seluruh aspek-aspek belajar dan pembelajaran. Siswa yang termotivasi akan menunjukkan minatnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar, merasakan keberhasilan diri, mempunyai usaha-usaha untuk sukses, dan memiliki strategi-strategi kognitif dan efektif dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan padanya. Agar hal tersebut dapat tercapai, seorang guru harus memiliki motivasi yang tinggi bahwa mereka dapat membantu siswa-siswanya belajar. Meluangkan waktu untuk membuat perencanaan mengajar dan bekerja sama dengan siswanya untuk mencapai tujuan belajar dan penguasaannya.

       Model pembelajaran Problem Possing Learning bahwa kesesuain antara mode Pembelajaran Problem Possing Learning dengan Kompetensi Dasar adalah sebagai berikut: 

1. Model pembelajaran Problem Possing Learning ialah sebagai langkah yang sangat efektif untuk menstimulus siswa terhadap materi pembelajaran, siswa dapat lebih cepat untuk memahami dan menemukan secara mandiri dan dapat menekankan berpikir kritis demi tujuan pembebasan. Sebagai strategi pembelajaran model pembelajaran Problem Possing Learning melibatkan 3 keterampilan dasar, yaitu menyimak, berdialog dan tindakan.

2. Dengan model pembelajaran Problem Possing Learning siswa dapat merumuskan permasalahan/ hipotesis, serta mereka sendiri dapat menjawab permasalahan/hipotesis tersebut, seperti pada materi teks debat, dengan model pembelajaran Problem Possing Learning siswa dapat memecahkan masalah dan menemukan masalah sendiri.

3. Pembelajaran lebih bersifat students centered baik belajar secara individu maupun kelompok, sedangkan guru hanya sebaga fasilisator. 

4. Problem Possing Learning sangat tepat diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, terutama pada KD dengan pencapaian kompetensi dengan kata menemukan dan menyimpulkan, hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran Problem Possing Learning.

       Dalam menerapkan model pembelajaran Problem Possing Learing agar guru senantiasa memperhatikan karakteristik peserta didik, dan materi pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Dalam satu kelas, peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, oleh karena itu guru dituntut untuk dapat merangkul semua kondisi siswa supaya tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh seluruh peserta didik. Disamping itu, dalam penerapan model pembelajaran Problem Possing Learning harus diperhatikan kesesuain model jika dikaitkan pada setiap Kompetensi Dasar.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top