Featured

Headline News

Peringatan Hari Anak Nasional di Musuk Boyolali Berlangsung Meriah dengan Wayang Dakwah dan Syukuran

24 Jul 2025

larise tv

Kabar Desa

Pelaku Usaha Desa Kepuhsari Antusias Ikuti Pelatihan Branding, Keuangan, dan Marketing Digital

Narasumber Dwi Suswatiningsih dan Anita Wulan Sari saa...

  • 10 Jul 2025
  • 0

Membangun Sistem Ketahanan Menulis dan Membaca Untuk Meningkatkan Daya Tahan Literasi Masyarakat Indonesia

Print Friendly and PDF

Membangun Sistem Ketahanan Menulis dan Membaca Untuk Meningkatkan Daya Tahan Literasi Masyarakat Indonesia


Oleh: Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa, & DIKLISA

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube/Tiktok: M. Rohmadi Ratulisa


Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum.


“Kawan, bergerak dan menggerakkan komitmen untuk terus belajar rajin menulis dan membaca (Ratulisa) secara berkelanjutan merupakan perwujudan nyata untuk membangun sistem ketahanan membaca dan menulis sepanjang masa”


       Pengembangan diri untuk terus membuka ruang belajar berliterasi dengan ratulisa bagi multigenerasi NKRI secara berkelanjutan merupakan keniscayaan. Banyak hal yang menjadi faktor penghambat komitmen masyarakat Indonesia untuk memiliki ketahanan membaca dan menulis secara terus-menerus. Apabila sering didengar bahwa kemauan dan daya literasi masyarakat Indonesia berada pada urutan ujung bawah dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, jangan membuat rendah diri dan putus asa. Komitmen dan semangat membaca dan menulis bagi multigenrasi dan masyarakat NKRI sebenarnya sangat tinggi, yaitu mulai bangun tidur sampai dengan tidur kembali multigenerasi NKRI rajin berliterasi dengan ratulisa. Hanya saja, ketahanan membaca dan menulis yang direalisasikan secara langsung dan berkelanjutan dalam bentuk bacaan pada handphone, media cetak, dan media online sangatlah minim. Kesukaan multigenrasi NKRI membaca bacaan pendek-pendek dan dengan membaca cepat menjadi salah satu faktor yang harus dilatih dan didampingi.

       Ketahanan membaca harus dilatih dengan membaca secara terstruktur dan ada target yang dijadikan rujukan. Misalnya belajar membangun sistem ketahanan membaca harus dibangun melalui tiga pilar, yaitu: (1) pilar keluarga, (2) pilar sekolah formal dan nonformal dan (3) pilar masyarakat. Praktik berliterasi dengan ratulisa pada pilar keluarga harus ada yang mengawal dan membimbing, misalnya Bapak, Ibu, Kakak, atau Saudara yang ditunjuk sebagai pendamping literasi dengan ratulisa untuk memiliki ketahanan membaca dan menulis. 

       Anak-anak diwajibkan setiap hari membaca satu buku, koran, majalah, atau sumber literasi lainnya kemudian setoran pada pembimbing literasi ratulisanya dengan menceritakan hasil bacaannya. Kemudian berdasarkan hasil bacaan tersebut dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan sehari-hari dan ditulislah sebuah opini atau artikel. Kemudian tulisan tersebut dibahas bersama dengan pembimbing literasi ratulisa untuk diberikan masukan dan saran. Setelah hasil perbaikan ditindaklanjuti dalam bentuk perbaikan dan dikaitkan dengan berbagai konteks kehidupan sebagai pengalaman hidup kemudian dicek sekali lagi. Hasil akhir dipublikasikan ke media cetak dan atau media online. Dengan demikian siklus berliterasi dengan ratulisa dapat terwujud sampai menghasilkan karya nyata yang dapat dinikmati oleh masyarakat NKRI.

       Pilar kedua untuk membangun sitem ketahanan membaca, yaitu pilar sekolah formal dan nonformasl. Kegiatan berliterasi dengan ratulisa pada ranah pendidikan formal dan formal dimulai pada jenjang Kelompok Bermain, TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, perguruan Tinggi, Kelompok Belajar Masyarakat, dan komunitas-komunitas literasi yang tersebar di seluruh wilayah NKRI. Dengan bimbingan guru, dosen, pustakawan, pengiat literasi, dan relawan literasi terkait dapat dilakukan hal yang sama pada pilar keluarga, yakni mewajibkan membaca, setoran cerita hasil bacaan, kemudian menuliskan kembali yang dikaitkan dengan pengalaman hidupnya masing-masing, dibahas dan diedit, kemudian dipublikasikan. 

       Apabila tahapan-tahapan ini terus dilakukan oleh semua pihak di seluruh Indonesia maka hasilnya akan sangat luar biasa. Sistem ketahanan membaca dan menulis bagi multigenerasi NKRI akan dapat diukur keberhasilannya. Multigenerasi NKRI tidak hanya membaca status, whatsapp, tiktok, instagram dll. Seluruh multigenerasi NKRI dengan pembiasaan dan pelatihan terus-menerus secara berkelanjutan akan dapat memahami lingkungan dan konteks kehidupannya untuk dapat mewujudkan literasi humanistik secara berkelanjutan.

       Pilar ketiga membangun sistem ketahanan membaca dan menulis melalui giat literasi yang berbasis pada kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui keterlibatan multigenerasi NKRI dengan masyarakat, baik jenjang kelompok bermain, TK, SMP, SMA, SMK, dan perguruan tinggi. Semua konteks permainan, bercerita, bernyanyi, dan konteks praktiknya disesuaikan dengan usia dan pengalaman hidup masing-masing. Apabila ruang-ruang diskusi seperti DIKLISA (Dialog Pendidikan, Literasi, Bahasa, dan Sastra), GELAR (Gerakan Literasi Arfuzh Ratulisa), SILITA (Silaturahmi Literasi Semesta), dan SEMAR (Sekolah Menulis Arfuzh Ratulisa) dijadikan sebagai media-media diskusi dan dialog tentu akan memberikan dampak yang nyata untuk ketahanan membaca dan menulis bagi multigenerasi NKRI. Hal inilah yang menjadi pekerjaan rumah bersama untuk kita semua agar dapat memantik semangat multigenerasi NKRI terus memiliki sitem ketahanan dan daya tahan berliterasi dengan ratulisa sepanjang masa. 

       Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat, daerah, sekolah, pemerintah desa, dan juga penggiat-penggiat literasi tentu akan dapat menjadi pemantik semua pihak untuk terus bergerak dan menggerakkan sayap-sayap kesemestaan dalam kehidupan yang nyata. Dengan berbagai latihan berliterasi dengan ratulisa yang dikemas dalam berbagai kompetisi, giat literasi, dan permainan dengan kearifan lokal masing-masing daerah di Masyarakat, giat di sekolah, giat di rumah tentunya akan dapat menjadi virus-virus positif bagi multigenerasi NKRI untuk tetap berlatih dan bertahan membaca dan menulis secara berkelanjutan.

       Multigenerasi yang sedang berlatih dan dilatih untuk membangun ketahanan berliterasi dengan ratulisa dapat dilatih untuk menuliskan hasil bacaannya menjadi karya buku, modul, cerita pendek, novel, dan artikel-artikel yang tentu saja dapat memberikan manfaat bagi kemaslahatan umat sepanjang hayat. Dengan membaca kita dapat menulis, dengan menulis maka tulisan kita akan dibaca umat sepanjang hayat. Tulisan yang dihasilkan akan menjadi ilmu yang bermanfaat, dan akhirnya akan menjadi amal jariah yang akan menjadi tabungan akhirat sepanjang hayat. Selamat belajar dan berlatih membangun sistem ketahanan berliterasi dengan ratulisa sepanjang masa. “Kawan, teruslah berliterasi dengan ratulisa. Membacalah untuk menulis dan menulislah untuk dibaca umat sepanjang hayat.”


“Belajar dan membelajarkan diri dengan melihat, merasakan, dan menuliskan kembali akan menjadi kenangan dan kerinduan yang akan memberikan manfaat dan dikenang umat sepanjang hayat”


Mojokerto, 9 Juli 2025


Tidak ada komentar:

Write a Comment

Featured