Pelaku Usaha Desa Kepuhsari Antusias Ikuti Pelatihan Branding, Keuangan, dan Marketing Digital

Print Friendly and PDF

Narasumber Dwi Suswatiningsih dan Anita Wulan Sari saat foto bersama para peserta pelatihan.

 

Pelaku Usaha Desa Kepuhsari Antusias Ikuti Pelatihan Branding, Keuangan, dan Marketing Digital

Wonogiri- majalahlarise.com -Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, selama empat hari terakhir menjadi pusat semangat pemberdayaan ekonomi masyarakat. Puluhan pelaku usaha lokal tampak antusias mengikuti pelatihan bertajuk “Branding dan Marketing Produk Lokal” yang digelar sejak 8 hingga 11 Juli 2025. Bertempat di Rumah Makan Mbak Yanti Manyaran.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program nasional Desa Sejahtera Mandiri yang digagas oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia, melalui Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta, bekerja sama dengan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Sosial Kabupaten Wonogiri.

30 peserta dari berbagai latar belakang seperti pengrajin, petani, produsen makanan olahan, hingga ibu rumah tangga kreatif yang menjalankan usaha rumahan, berkumpul di aula pertemuan desa. Mereka hadir bukan sekadar untuk menimba ilmu, tetapi juga membawa semangat untuk bangkit dan memajukan produk lokal agar lebih dikenal luas dan mampu bersaing di pasar yang semakin kompetitif.

Narasumber Dwi Suswatiningsih saat menyampaikan materi manajemen keuangan.


Kamis (10/7/2025), memasuki hari ketiga pelatihan, dua narasumber ahli dihadirkan yaitu Dwi Suswatiningsih, Direktur LKP ION sekaligus Pandu Digital, dan Anita Wulan Sari, Pandu Digital yang juga aktif mendampingi UMKM digital.

Dalam paparannya, Dwi menyampaikan salah satu kunci sukses UMKM adalah manajemen keuangan yang baik dan disiplin. Ia membagi materi ke dalam tiga poin penting yaitu pertama Manajemen Keuangan UMKM. Menurutnya, manajemen keuangan bukan sekadar mencatat, tetapi mengelola, mengendalikan, dan merencanakan aliran uang agar usaha tetap sehat.

“Jangan sampai besar pasak daripada tiang. Kita harus tahu apakah usaha kita benar-benar untung atau rugi,” tegasnya.

Kedua Pencatatan Keuangan Sederhana. Ia menjelaskan pentingnya mencatat setiap transaksi, meskipun hanya menggunakan buku tulis atau aplikasi sederhana di HP.

Narasumber Anita Wulan Sari saat memandu diskusi dan presentasi kelompok. 


Komponen yang wajib dicatat antara lain tanggal transaksi, jenis pemasukan/ pengeluaran, jumlah uang, dan keterangan. Tips utama yang ditekankan adalah pisahkan keuangan pribadi dan keuangan usaha.

Peserta juga diberi pemahaman tentang bagaimana mengatur persediaan barang (stok) dengan efisien. Dwi mengenalkan sistem FIFO (First In First Out) serta pentingnya stok opname secara rutin. Tujuan utamanya untuk mencegah kehabisan barang, menghindari kerusakan produk, dan menjaga kepuasan pelanggan.

Dwi juga menampilkan simulasi studi kasus produksi 100 toples nastar dengan biaya Rp1.020.000. Ia memandu peserta menghitung Harga Pokok Produksi (HPP) dan menentukan harga jual yang ideal dengan target margin 40%. Konsep biaya tetap, biaya variabel, dan pentingnya dana darurat turut dibahas secara aplikatif.

“Satu hal yang sering diabaikan pelaku UMKM adalah tidak tahu berapa sebenarnya keuntungan dari produk yang dijual. Kalau dicatat dengan rapi, kita bisa tahu kapan bisa berkembang dan kapan harus evaluasi,” ujar Dwi yang disambut antusias peserta.

Untuk memperkuat pemahaman, peserta diminta menyusun Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dan Harga Jual, Laporan Laba Rugi, Buku Kas mingguan sederhana.

Pada sesi selanjutnya, Anita Wulan Sari membawakan materi seputar strategi marketing digital dan offline yang sangat penting di era modern. Ia menjelaskan konsep pemasaran terpadu melalui media sosial dan marketplace, serta bagaimana produk lokal bisa menjangkau konsumen lebih luas tanpa harus memiliki toko fisik.

Cara membuat akun Instagram bisnis untuk branding visual, Cara membuka akun di Shopee sebagai marketplace untuk transaksi, Pengenalan dan praktik menggunakan ChatGPT untuk membuat konten promosi, deskripsi produk, dan menjawab pertanyaan konsumen secara kreatif.

Tidak hanya teori, Anita juga mengemas materi dalam bentuk simulasi kelompok. Peserta dibagi secara acak menjadi dua kelompok besar marketing digital dan marketing offline. Masing-masing kelompok ditantang mempresentasikan ide promosi produk mereka menggunakan strategi yang mereka pelajari.

“Hari ini kita tidak hanya belajar. Kita praktek. Bikin akun media sosial, buat caption, upload produk, dan siapkan strategi menjawab chat konsumen. Dunia digital itu cepat, UMKM harus lebih sigap,” kata Anita sambil memandu peserta membuka aplikasi Shopee dan Instagram secara langsung.

Peserta mengaku sangat terbantu dengan materi yang disampaikan. Selain karena aplikatif, pembawaan para pemateri yang komunikatif dan ramah membuat suasana pelatihan menjadi hidup.

Pelatihan ini menjadi bukti nyata bagaimana kolaborasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan daerah mampu menjangkau dan mengangkat potensi desa. Semangat para pelaku usaha di Kepuhsari merupakan gambaran ketahanan dan kreativitas masyarakat lokal yang layak diberdayakan dan terus didampingi. (Sofyan)


Baca juga: Mahasiswa Unisri Raih Medali Emas dan Perak di Ajang Inovasi Produk Internasional di Hanoi, Vietnam


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top