PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SD

Print Friendly and PDF

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SD

Oleh : Irfa Mutohhiroh, S.Pd

Guru SD Negeri 2 Karangkembang Alian Kebumen, Jawa Tengah 

Irfa Mutohhiroh, S.Pd


       Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan hampir di semua aspek kehidupan yang membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Salah satu dampak dari perubahan keadaan tersebut terlihat pada upaya mempersiapkan Sumber Daya Manusia Indonesia yang berkualitas.

       Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Dunia pendidikan harus mampu meyakinkan bahwa Sumber Daya Manusia yang dihasilkannya akan mempunyai kompetensi yang mampu bersaing dalam era global. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional, dan sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal terus berupaya menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang lebih berkualitas antaralain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, pengembangan model pembelajaran, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. 

       Kegiatan pendidikan yang dilakukan di sekolah merupakan suatu proses yang kompleks. Banyak faktor yang saling mempengaruhi dan saling menunjang dalam kegiatan ini antara lain: guru, peserta didik, materi pembelajaran, media pembelajaran, metode pembelajaran, dan model pembelajaran.

        Guru sebagai tenaga pendidik berperan penting dalam memberikan pengetahuan kepada peserta didik sehingga memiliki penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan nyata. Guru memiliki kewajiban untuk melahirkan generasi muda yang berkualitas baik dari segi intelektual maupun dari segi moralnya. Hal ini dapat dilakukan dengan  menciptakan pembelajaran yang efektif. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi interaksi antara dengan siswa, interaksi guru dengan siswa, maupun interaksi siswa dengan sumber belajar.

        Dari beberapa mata pelajaran yang disajikan di SD, matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menjadi kebutuhan dalam melatih penalaran peserta didik. Dalam pembelajaran sering kali didapatkan bahwa peserta didik masih sulit menerima dan mempelajari matematika, bahkan banyak yang mengeluh bahwa pembelajaran matematika membosankan, tidak menarik dan sulit dipahami. Penggunaan metode pembelajaran cenderung membuat peserta didik pasif dalam proses pembelajaran dan membuat peserta didik merasa bosan sehingga tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran matematika.

       Pada umumnya metode pembelajaran yang digunakan metode pembelajaran yang konvensional yakni ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, dan pembelajaran didominasi oleh guru. Sejalan dengan itu pelajaran matematika konvensional mengakibatkan peserta didik bekerja secara procedural dan memahami matematika tanpa penalaran, selain itu interaksi peserta didik selama proses belajar mengajar sangat kurang. Hal itu mengakibatkan rendahnya hasil belajar peserta didik.  

       Permasalahan dalam proses belajar mengajar juga terjadi di SDN 2 Karangkembang. Hasil observasi yang dilakukan di SDN 2 Karangkembang, dalam pembelajaran matematika guru kurang memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengeluarkan pendapatnya atau mengemukakan ide, mengkontruksikan sendiri pengetahuannya dalam menjawab soal latihan yang diberikan guru, dan peserta didik hanya menyalin apa yang dikerjakan guru. Hal inilah yang mengakibatkan peserta didik kurang memperhatikan pelajaran dan kurang memahami pembelajaran.

       Materi pada mata pelajaran matematika adalah konsep yang bersifat abstrak. Sedangkan dalam proses pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi tersebut. Metode ceramah untuk menyampaikan konsep matematika yang bersifat abstrak membuat peserta didik sulit memahami materi. Hal ini disebabkan karena peserta didik yang masih berfikir konkret. Akibatnya, matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit karena capaian hasil belajar peserta didik masih kurang.

       Kunci dalam pembelajaran matematika adalah pemahaman konsep yang baik. Untuk mendalami sebuah konsep baru, peserta didik terlebih dahulu memahami konsep pada materi sebelumnya. Hal ini merupakan syarat bagi peserta didik agar dapat menerima dan memahami konsep baru dengan mudah. Dengan kurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan menyebabkan hasil belajar tidak maksimal dan tidak mencapai ketuntasan belajar (Kamarianto, Noviana, Alpusari, 2018)

       Melihat permasalahan ini, perlu dilakukan perbaikan agar proses pembelajaran menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pelajaran matematika. Pembelajaran perlu dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan karakteristik peserta didik. Guru harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

       Salah satu cara yang dapat membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi (Riswati, Alpusari, Marhadi, 2018). Sebagai pendidik, guru perlu memilih model yang tepat untuk menyampaikan sebuah konsep kepada anak didiknya. Untuk mencapai hasil belajar secara optimal, upaya yang dapat dilakukan seorang guru adalah menggunakan model yang sesuai dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik mengaitkan materi dengan kehidupan nyata. Model pembelajaran tersebut adalah problem based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah.

       Model pembelajaran PBL adalah pembelajaran yang menitik beratkan kepada peserta didik sebagai pembelajar serta terhadap permasalahan yang otentik atau relevan yang akan dipecahkan dengan menggunakan seluruh pengetahuan yang dimilikinya atau dari sumber-sumber lainnya (Lidnillah, 2013). Penerapan model problem based learning (PBL) dengan media konkret dapat menjadi upaya dalam meningkatkan hasil belajar matematika. Hal ini karena model problem based learning (PBL) memunculkan masalah sebagai langkah awal mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.

       Pembelajaran berbasis masalah merupakan metode pembelajaran yang diawali dengan masalah untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Fathurrohman, M, 2015). Dalam usaha memecahkan masalah tersebut peserta didik akan mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan atas masalah tersebut.

       Proses pembelajaran dimulai dengan pendefinisian masalah, lalu peserta didik melakukan diskusi untuk menyamakan persepsi tentang masalah yang dibahas lalu merancang tujuan dan target yang harus dicapai. Kegiatan selanjutnya adalah mencari bahan-bahan dari berbagai sumber seperti buku di perpustakaan, internet, observasi. Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya pada hasil belajar peserta didik namun juga pada proses yang dijalani selama pembelajaran. Peran guru disini adalah memantau perkembangan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru juga bertugas untuk mengarahkan peserta didik dalam memecahkan masalah yang diberikan sehingga tetap berada pada posisi yang benar.

       Ciri-ciri pembelajaran problem based learning (PBL) yaitu menerapkan pembelajaran yang kontekstual, masalah yang disajikan dapat memotivasi siswa peserta didik untuk belajar, pembelajaran integritas yaitu pembelajaran termotivasi dengan masalah yang tidak terbatas, peserta didik terlibat secara aktif dalam pembelajaran, kolaborasi kerja, peserta didik memiliki berbagai keterampilan, pengalaman, dan berbagai konsep. Model pembelajaran problem based learning menjadikan masalah autentik sebagai fokus pembelajaran yang bertujuan agar siswa mampu menyelesaikan masalah tersebut, sehingga siswa terlatih untuk berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi (Kurnia, Rifai, Nurhayati, 2015).




Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top