GIVE RADIO IKOM UNIVET
Redaksi / Pemasangan Iklan
Total Tayangan Halaman
NILAI MORAL DALAM LAKON AIRLANGGA TRIWIKRAMA
NILAI MORAL DALAM LAKON AIRLANGGA TRIWIKRAMA
Penulis: Prof. Dr. Bani Sudardi dan Dr. Sugit Zulianto
Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta
![]() |
| Prof. Dr. Bani Sudardi |
![]() |
| Dr. Sugit Zulianto |
Auditorium Sarsito Mangunkusuma, RRI terjadi kebakaran hebat dan porak poranda akibat serangan Raja Wengker dan Raja Worawari yang bersekongkol menghancurkan kerajaan Medang Pamotan pimpinan Raja Darmawangsa Teguh. Sungguh menyedihkan. Prabu Darmawangsa saat itu sedang mengadakan pesta pernikahan buat putrinya yang bernama Nini Badradewi dengan seorang perjaka dari pulau Bali yang bernama Airlangga, putra raja Udayana. Keduanya sebenarnya masih bersaudara, dan pernikahan tersebut merupakan pernikahan yang megah. Namun malang tidak dapat dihindarkan akibat serangan dari raja Wengker dan raja Wurawari yang merupakan raja bawahan Prabu Dharmawangsa Teguh di Medang. Serangan gabungan tersebut sungguh serangan yang mematikan sehingga di samping banyak korban juga menghancurkan istana raja Dharmawangsa Teguh. Raja Darmawangsa Teguh sendiri menjadi korban dan jasadnya tergeletak di depan istana tanpa ada yang menolongnya.
![]() |
| Ketoprak lakon Airlangga Triwikrama. |
Maaf ini adalah cuplikan kisah ketoprak lakon Airlangga Triwikrama. Kisah yang mengambil cerita dari kerajaan Medang ini dipentaskan oleh seniman dan seniwati RRI Surakarta dipentaskan 23 Juli 2025 di Auditorium Sarsito Mangunkusumo, RRI Surakarta.
Lakon ketoprak cerita Airlangga sebenarnya merupakan lakon yang lama. Kisah ini adalah sebuah kisah sejarah yang ditemukan dalam prasasti-prasasti jawa khususnya prasasti sekitar abad 10. Kisah airlangga ini juga ditemukan dalam babad Tanah Jawa yaitu episode berdirinya kerajaan kediri. Memang dalam ingatan orang Jawa tokoh Airlangga ini dekat dengan cerita Calon Arang yang merupakan suatu cerita horor yang sangat digemari.
Kisah Airlangga adalah tentang seorang pemuda Bali yang menikah dengan wanita Jawa. Pernikahan tersebut tidak dapat berlangsung lama karena kerajaan mertuanya, yaitu Prabu Dharmawangsa Teguh diserang musuh sampai hancur lebur. Airlangga sendiri dapat diselamatkan oleh pembantunya yang utama yang bernama Narotama. Selanjutnya Airlangga hidup terlunta-lunta bersama pembantunya yang setia. Namun demikian, meskipun sudah habis segala hak miliknya, Airlangga tidak merasa putus asa. Airlangga berguru kepada para Brahmana yang tinggal di dalam hutan dan membangun kekuatan di dalam hutan. Salah satu pengirimnya yang setia adalah Narotama. Airlangga mendapat guru yang sempurna yang mengarahkan dalam kehidupannya yang bernama Mpu Bharada.
Lakon ini merupakan sebuah lakon yang sangat bagus dan mengandung nilai pendidikan moral yang baik. Ajaran yang didapat dari lakon ini adalah bahwa nasib seseorang memang tidak dapat diketahui dengan pasti. Dalam ini digambarkan Airlangga yang baru saja melakukan pernikahan dan perayaan perkawinan, tiba-tiba hidup menjadi tidak menentu karena serangan musuh. Airlangga melarikan diri ke dalam hutan. Ternyata di dalam hutan mendapat pertolongan dari para Brahmana yang tinggal di dalam hutan.
Di dalam hutan ini Airlangga dapat menyusun kekuatan merebut kembali kerajaan Medang yang sudah dihancurkan oleh musuh dari kerajaan. Medang yang dipimpin oleh Prabu Dharmawangsa yang telah dihancurkan oleh musuh dari Wengker dan Worawari. Kehidupan Airlangga di dalam hutan ini telah diabadikan dalam sebuah karya besar yang berjudul Arjunawiwaha. Kitab ini disusun dalam rangka memperingati kejayaan Airlangga. Arjunawiwaha merupakan satu kakawin yang sangat terkenal di dalam sastra Jawa kuna.
Lakon ketoprak ini dapat menginspirasi generasi muda seseorang bahwa seseorang yang hidupnya terlunta-lunta tidak memiliki apa-apa, namun mampu untuk bangkit dan membangun kekuatan guna meraih sesuatu yang telah hilang. Ajaran yang ada di dalam lakon ini sangat penting ditanamkan kepada masyarakat dan generasi muda agar di dalam kehidupan ini selalu optimis dalam mencapai cita-cita.
Gambaran kehidupan Airlangga tersebut juga telah diabadikan dalam sebuah karya sastra agung yang berjudul kakawin Arjuna Wiwaha. Kakawin ini mengisahkan tentang Arjuna yang bertapa di dalam hutan untuk mendapatkan anugerah dari Dewata agar di dalam perang besar Mahabharata dapat mencapai kemenangan. Setelah melalui ujian yang besar, Arjuna kemudian mendapatkan panah Pasopati yang merupakan sebuah panah yang pilih tanding untuk mengalahkan musuh-musuhnya kelak.
Kakawin Arjuna Wiwaha ini menyejajarkan perjuangan Airlangga di dalam hutan untuk mendapatkan kekuatan disandingkan dengan usaha Arjuna untuk dapatkan panah Pasopati. Sampai saat ini lakon tentang Arjuna ini masih banyak di pentaskan oleh dalang-dalang modern dengan judul Begawan Ciptoning.
Pementasan ketoprak berjudul Airlangga Tiwikrama secara umum dapat berjalan dengan baik dan lancar dengan tata panggung videotron yang sangat bagus. Namun ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan juga. Adegan ketika Airlangga mendapatkan ilmu dari seorang pertapa di hutan wonogiri mungkin akan tampak lebih syahdu dan indah apabila pencahayaannya dikurangi dan ditambah dengan pengasapan sehingga menimbulkan suasana yang lebih magis. Hal ini untuk mendukung suasana pemberian kekuatan batin yang diwujudkan dalam sebuah tembang "Singgah-singgah Kala Singgah", sebuah Kidung mistis untuk menyingkirkan marabahaya.
Judul Airlangga Tiwikrama juga tidak tepat. Arti Tiwikrama adalah mengeluarkan kekuatan luar biasa sampai mengalahkan tiga dunia. Tiwikrama itu dilakukan oleh orang-orang seperti seperti Wisnu atau Yudhistitra. Dalam lakon ketoprak tersebut tidak tampak adanya triwikrama yang dilakukan oleh Airlangga. Menurut perkiraan kami yang dimaksud mungkin adalah lakon Airlangga Winisuda karena di dalam akhir pertunjukan tersebut digambarkan Airlangga di wisuda sebagai raja oleh mpu Bharada.
Menurut hemat saya, pertunjukan ketoprak RRI Surakarta yang diselenggarakan secara gratis ini perlu dilanjutkan secara rutin. Hal ini ada beberapa alasan tertentu. Alasan pertama adalah menanamkan nilai-nilai seni budaya bangsa yang masih relevan dengan kondisi saat ini. Hal yang kedua adalah memberikan kepada masyarakat suatu tontonan gratis tetapi tetap berkualitas karena Pertunjukan ketoprak di RRI Surakarta ini diselenggarakan oleh orang-orang yang profesional di bidangnya serta didukung oleh tata panggung yang sangat bagus. Sampai saat ini satu pertunjukan yang menggunakan videotron untuk menggantikan latar belakang dari kain seperti tonil-tonil masihlah langka. Secara tidak langsung Pertunjukan ketoprak itu juga merupakan pembelajaran tentang sejarah budaya bangsa yang hadir dan lahir melalui perjuangan-perjuangan.
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
TRADISI KROBONGAN Oleh: Aris Prihatin SMPN 1 Manyaran, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Aris Prihatin Masyarakat J...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
Kepala SMP Negeri 8 Surakarta, Triad Suparman, M.Pd beserta bapak ibu guru dan siswa foto bersama dengan karya tulisan kata-kata mutiara. ...
-
GENERASI KEDUA (LULUSAN) MASA CORONA Oleh: M. Nur Salim, SH. M.Pd Guru PPKn dan Kepala Sekolah SMK Kesehatan Cipta Bhakti Husada Yogyakarta ...
-
Menikmati makan gendar pecel di Gazebo. Watu Plenuk Mutiara Wisata Perbatasan Weru–Ngawen yang Menyuguhkan Alam, Kuliner, dan Kedamaian Gunu...



Tidak ada komentar: