LIMA ASPEK PENGALAMAN BELAJAR

Print Friendly and PDF

LIMA ASPEK PENGALAMAN BELAJAR

Oleh: Budi Susanto, S.Pd.SD

SDN 1 Bugelan, Kismantoro, Wonogiri Jawa Tengah


Budi Susanto, S.Pd.SD


       Pendidikan dikatakan bermutu apabila proses pembelajaran berlangsung secara efektif, peserta didik (siswa) memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya, dan produk pendidikan merupakan individu-individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan bangsa. Selain itu peserta didik berbeda dalam berbagai hal, terutama intelegensinya. Intelegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Banyak siswa yang prestasi belajarnya kurang bukan disebabkan oleh kemampuan intelegensi yang belum optimal. Namun hal ini lebih disebabkan kemampuan berfikir untuk memanfaatkan apa yang mereka ketahui atau disebut juga dengan kemampuan metakognisi, kurang berkembang. 

       Oleh karena itu 3 aspek penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, yaitu teaching of thinking, teaching for thinking, dan teaching about thinking harus terus ditumbuhkembangkan sehingga dibutuhkan metode pembelajaran yang menekankan pada pengalaman berfikir operasional formal yang memungkinkan seseorang untuk mempunyai tingkah laku problem solving dan sebuah konsep pembelajaran sistematik atau sering disebut juga dengan metode pembelajaran learning cycle. Dengan adanya kedua penekanan ini diharapkan siswa akan dapat mengembangkan keterampilan metakognisinya sehingga menyebabkan prestasi belajarnya meningkat.

       Pembelajaran meliputi tiga hal utama yaitu fakta, konsep dan nilai. Fakta-fakta yang dieksplorasi harus dapat dikonseptualisasi untuk melahirkan nilai-nilai yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Dengan demikian, ketika anak belajar maka sesungguhnya diharapkan dapat melatih dan mengembangkan skill belajar (soft skill) yang meliputi self management skills, thinking skills, research skills, communication skills, social skills, dan problem solving skills

       Dengan semakin meningkatnya tantangan kehidupan di masa depan, menuntut pengembangan teori dan siklus belajar secara berkesinambungan. Siklus belajar yang dikembangkan dalam sebuah sistem pembelajaran menentukan terbentuknya karakter yang diharapkan pada diri anak. Karakter berpikir yang kreatif dan membebaskan dapat menjadi modal utama bagi anak untuk menjadi manusia mandiri dalam kehidupan masa depan yang kompetitif. Proses pembelajaran yang berkarakter, membiasakan anak belajar dan bekerja terpola dan sistematis, baik secara individual maupun kelompok dengan lingkungan yang menyediakan ruang bagi anak untuk berkreasi dan mencipta. 

       Untuk membentuk karakter kreatif dan produktif menuju terciptanya kemandirian bagi anak, maka dikembangkan siklus belajar yang meliputi lima aspek pengalaman belajar sebagai berikut:

1. Exploring, merespon informasi baru, mengeksplorasi fakta-fakta dengan petunjuk sederhana, melakukan sharing pengetahuan dengan orang lain, atau menggali informasi dari guru, ahli/pakar atau sumber-sumber yang lain.

2. Planning, menyusun rencana kerja, mengidentifikasi alat dan bahan yang diperlukan, menentukan langkah-langkah, desain karya dan rencana lainnya.

3. Doing/ acting, melakukan percobaan, pengamatan, menemukan, membuat karya dan melaporkan hasilnya, menyelesaikan masalah.

4. Communicating, mengkomunikasikan/ mempresentasikan hasil percobaan, pengamatan, penemuan, atau hasil karyanya, sharing dan diskusi. 

5. Reflecting, mengevaluasi proses dan hasil yang telah dicapai, mencari kelemahan-kekurangan guna meningkatkan efektivitas perencanaan

       Pendidikan adalah proses yang sangat kompleks, keberhasilan terselenggaranya suatu proses pendidikan di pengaruhi oleh tiga (3) faktor. Pertama Raw input, Environmental input, dan Instrumental input. Artinya untuk menghasilkan suatu lulusan, maka hasil dari output lulusan tersebut sangat dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut. Raw input berhubungan dengan masukan bahan mentah. Dalam hal ini yang dimaksud bahan mentah adalah siswa sebagai subyek dan obyek pembelajar. Environmental input berkaitan dengan faktor lingkungan dimana siswa tersebut melakukan proses belajar. Wujudnya bisa berupa lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis. Baik lingkungan sekolah, masyarakat maupun lingkungan keluarga. Faktor ketiga adalah Instrumental input yaitu berkaitan dengan sarana-sarana pendukung seperti adanya guru, fasilitas dan sarana pendukung lainnya.

       Keterampilan metakognisi merupakan bagian yang menjadi faktor keberhasilan pencapaian prestasi belajar siswa sebagai persiapan output pembelajaran. keterampilan metakognisi ini erat hubungannya dengan environmental input. Keterampilan ini bergantung pada pengalaman berfikir siswa sebagai faktor psikologis dalam menghadapi pemasalahan-permasalahan pembelajaran yang muncul dari lingkungan.

       Untuk meningkatkan keterampilan metakognisi ini dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut : (a). Kenalan, yaitu siswa dikenalkan pada materi pelajaran yang mana akan menimbulkan keingintahuan siswa terhadap pelajaran, (b). Ajar, yaitu menyatakan cara untuk memperoleh keterampilan dari materi pelajaran dengan memberikan urutan langkah-langkah tertentu dan apa yang harus dilakukan dalam setiap langkah, (c). Demonstrasi, menunjukkan keterampilan yang diperoleh dari proses ajar dan langkah-langkah penyelesaian permasalahan merujuk dari contoh tertentu, (d). Aplikasi, mengaplikasikan keterampilan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, (e). Refleksi, siswa merefleksi tentang keterampilan yang digunakan.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top