Featured

Headline News

Peringatan Hari Anak Nasional di Musuk Boyolali Berlangsung Meriah dengan Wayang Dakwah dan Syukuran

24 Jul 2025

larise tv

Kabar Desa

Pelaku Usaha Desa Kepuhsari Antusias Ikuti Pelatihan Branding, Keuangan, dan Marketing Digital

Narasumber Dwi Suswatiningsih dan Anita Wulan Sari saa...

  • 10 Jul 2025
  • 0

Tim Riset Seni UNS Gelar Workshop Kreativitas Seni Visual di Sleman, Angkat Nilai Budaya Candi Sewu

Print Friendly and PDF



Tim Riset Seni UNS Gelar Workshop Kreativitas Seni Visual di Sleman, Angkat Nilai Budaya Candi Sewu

Sleman– majalahlarise.com -Suasana kreatif menyelimuti Dusun Cepit, Padukuhan Soropadan, Kelurahan Condongcatur, Kapanewon Depok, Sleman, Yogyakarta, saat Tim Riset Grup (RG) Penciptaan Seni Program Studi Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan kegiatan Workshop Seni Visual Berbasis Kreativitas, pada Sabtu–Minggu, 12–13 Juli 2025.

Kegiatan ini tak sekadar workshop seni biasa. Di balik palet warna dan pola motif, terdapat gagasan besar membangun ruang kolaborasi antara seniman-akademisi dengan masyarakat dalam mencipta karya seni yang berakar pada kearifan lokal dan inspirasi budaya adiluhung. Salah satu sumber inspirasi utama dalam kegiatan ini adalah Candi Sewu, kompleks candi Buddha terbesar kedua di Indonesia yang menjadi bagian dari kawasan warisan budaya dunia di Prambanan.

“Dengan kolaborasi kerja atau praktik seni rupa bersama masyarakat Cepit, kami ingin menghasilkan interpretasi baru tentang makna substantif dari sebuah cagar budaya,” ungkap Dr. Sigit Purnomo Adi, S.Sn., M.Sn., ketua tim pengabdian masyarakat sekaligus dosen di FSRD UNS.


Workshop ini diikuti oleh 40 peserta lintas usia, dari anak-anak hingga warga dewasa. Selama dua hari, mereka belajar dan berlatih mencipta karya seni rupa berbasis kreativitas dalam berbagai media. Kegiatan ini dibagi menjadi empat sesi utama:

Workshop Lukis di Totebag. Di sesi ini, peserta menuangkan imajinasi mereka ke atas kanvas kain totebag dengan menggunakan cat tekstil. Warna-warna cerah dan bentuk-bentuk simbolik Candi Sewu menjadi elemen utama. Workshop ini dipandu oleh Fika Khoiru Nisa, S.Pd., M.Sn., dengan pendampingan mahasiswa Risma Rizky Ramadani dan Sanju Muhammad Ubaidillah.

Workshop Linocut di Totebag. Peserta diajak mengenal teknik cetak grafis menggunakan linoleum sebagai media utama. Motif stupa, relief, dan flora arsitektural dari Candi Sewu menjadi objek eksplorasi. Instruktur utamanya adalah Dr. Sigit Purnomo Adi, M.Sn., dibantu oleh mahasiswa Bintang Ariesta Safasty dan Lutfi Rachman.

Workshop EcoPrint. Teknik ecoprint menggunakan daun dan bunga asli memberikan pengalaman langsung mengolah kekayaan alam sekitar menjadi karya seni alami. Sesi ini dipandu oleh Dyah Yuni Kurniawati, S.Sn., M.Sn., dengan asisten Hammada Maulida Shafira.

Workshop Keramik (pengantar). Meskipun belum dalam skala produksi penuh, peserta dikenalkan pada bentuk dan tekstur keramik yang juga menjadi bagian dari warisan seni rupa klasik, terutama pada relief dan ornamen candi.

Lebih dari sekadar praktik teknis seni rupa, workshop ini membawa pesan penting mengenai pelestarian budaya dan nilai edukatif. Peserta tidak hanya dikenalkan pada teknik artistik, tetapi juga diberi pemahaman tentang filosofi dan simbolik dari Candi Sewu.

“Kegiatan ini kami rancang sebagai sarana pendidikan budaya yang menyenangkan. Anak-anak bisa mengenal sejarah leluhur lewat karya yang mereka buat sendiri. Orang tua bisa melihat seni sebagai medium untuk menjaga nilai dan identitas lokal,” tutur Dyah Yuni Kurniawati.

Beberapa hasil karya yang selesai dibuat bahkan menampilkan interpretasi unik dari peserta dari sketsa stupa yang digambar ulang dalam gaya dekoratif modern, hingga kombinasi warna dalam ecoprint yang mencerminkan pola batik tradisional.

Kegiatan ini disambut hangat oleh masyarakat Cepit. Warga terlihat antusias mengikuti jalannya workshop dan mengapresiasi metode pembelajaran yang kreatif dan merangsang semangat gotong royong.

“Ini pengalaman baru bagi kami. Biasanya anak-anak hanya menggambar di sekolah, sekarang mereka bisa belajar dari dosen dan mahasiswa UNS langsung. Kami berharap kegiatan seperti ini bisa rutin dilaksanakan,” ungkap salah satu tokoh masyarakat setempat.

Tak hanya meninggalkan karya seni, kegiatan ini juga meninggalkan kesan mendalam tentang pentingnya keterlibatan masyarakat dalam melestarikan budaya melalui pendekatan yang inovatif dan menyenangkan.

Melalui kegiatan ini, Tim Riset Grup Penciptaan Seni UNS membuktikan pendidikan tinggi dan seni dapat bersinergi dalam menciptakan ruang-ruang baru bagi masyarakat untuk berekspresi, belajar, dan terlibat aktif dalam pelestarian budaya.

Dengan pendekatan partisipatif dan berbasis komunitas, workshop seni visual ini tidak hanya memberikan keterampilan teknis, tetapi juga menyemai nilai-nilai kolaboratif, empati budaya, dan cinta tanah air. (Mas Is/ Sofyan)


Baca juga: MPLS di SMA Negeri 1 Manyaran Bangun Karakter dan Kenalkan Lingkungan Sekolah kepada 141 Siswa Baru



Tidak ada komentar:

Write a Comment

Featured