Featured

Headline News

Lomba Makan Kepala Kambing Utuh Meriahkan Hari Kemerdekaan

18 Aug 2025

larise tv

Kabar Desa

Warga Dusun Gunungan Antusias Meriahkan Gebyar Panggung dan Festival Kemerdekaan HUT ke-80 RI

Penampilan Berbie Gemoy dengan iringan lagu Cucak Rowo Warg...

  • 18 Aug 2025
  • 0

Jagongan Pernaskahan, Dosen Filologi UNS Lakukan Diskusi Pentingnya Pengkajian Naskah Nusantara Bersama RRI Surakarta

Print Friendly and PDF

Dosen Filologi UNS melakukan diskusi pernaskahan Nusantara bersama Radio Republik Indonesia (RRI) UNS.


Jagongan Pernaskahan, Dosen Filologi UNS Lakukan Diskusi Pentingnya Pengkajian Naskah Nusantara Bersama RRI Surakarta

Surakarta- majalahlarise.com -Dosen Filologi UNS melakukan diskusi pernaskahan Nusantara bersama Radio Republik Indonesia (RRI) UNS pada Jumat, 11 Juli 2025. Dalam siaran yang berlangsung pada pukul 09.00-10.00 WIB ini, Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum. dan Dr. Asep Yudha Wirajaya, S.S., M.A. diundang sebagai narasumber. Melalui segmen Jagongan bertajuk “Pentingnya Pengkajian Naskah Nusantara”, dua narasumber tersebut berbagi tentang peran penting telaah naskah-naskah kuno. 

Dibalik usia yang sangat tua, naskah menyimpan berbagai ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup masyarakat. Naskah menyimpan peradaban dan kecerdasan lokal. Akan tetapi, banyak yang lupa akan warisan ini. 

Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum. menjelaskan bahwa, “Pada konteks keilmuwan dan kebudayaan bangsa, pengkajian naskah berusaha mengungkap pengetahuan dalam naskah-naskah kuno. Naskah tidak hanya mengandung unsur kesastraan, tetapi juga pengetahuan dan nilai-nilai hidup yang dijadikan pedoman oleh masyarakat.”

Dr. Asep Yudha Wirajaya, S.S., M.Hum., selaku dosen Filologi UNS dan Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) Surakarta, mengungkapkan kondisi naskah yang cukup memprihatinkan. Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak memahami cara pengolahan dan perawatan naskah yang baik dan benar. 


“Masyarakat hanya menyimpan saja, tidak merawatnya dengan benar. Karena tidak tahu cara membacanya, terkadang naskah hanya dianggap sebagai jimat dan peninggalan saja,” imbuhnya. 

Ketua Manassa Surakarta ini juga menguraikan peran Manassa bagi pernaskahan di masyarakat. “Manassa melakukan preservasi dan konservasi sebagai langkah pelestarian. Manassa juga melakukan edukasi kepada masyarakat bahwa naskah mengandung hal-hal penting. Naskah sudah seharusnya dirawat dengan baik dan jangan dimusnahkan. Apabila memiliki kesulitan dalam perawatannya, masyarakat dapat menghubungi Manassa Surakarta di FIB UNS,” imbuhnya.

Pengkajian naskah memiliki berbagai tantangan. Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum. mengungkapkan bahwa naskah ditulis dalam huruf yang tidak lazim dengan huruf pada era ini. Apabila masyarakat tidak bisa membaca, maka mereka juga tidak bisa memahami isi naskah sehingga muncul kesalahpahaman tentang naskah itu sendiri. Seringkali naskah dianggap sebagai sesuatu yang sesat karena ketidaktahuan masyarakat. 

Tantangan selanjutnya ada pada media penulisan naskah itu sendiri. “Misalnya pada kertas daluwang. Apabila tidak dilakukan penyelamatan yang layak, media tersebut dapat hancur dalam kurun waktu kurang dari 200 tahun. Selanjutnya, bencana alam dan kondisi iklim tropis Indonesia menjadi tantangan khusus dalam penyimpanan naskah,” imbuh guru besar Filologi UNS tersebut.

Pengkajian naskah memiliki banyak tantangan yang menyebabkan filologi dianggap sebagai jalan sunyi. Dari aspek bahan, naskah susah dicari. Dari aspek tulisan, tidak semua orang memahami paleografi. Setelah bisa dibaca, naskah juga memiliki bahasa yang khas dan tidak umum digunakan pada era baru. Terakhir dari segi budaya, terdapat tata nilai yang berbeda dari budaya zaman dahulu dan sekarang. 

“Kajian ini merupakan jalan sunyi, bukan jalan ramai yang banyak peminatnya. Tidak semua orang harus menjadi filolog, tetapi filolog harus tetap ada, maka generasi muda berperan sebagai penerus kami di masa depan,” pungkas Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum.

Ketertarikan generasi muda terhadap naskah masih rendah, sebab pengkajian naskah sendiri harus melewati jalan sunyi. Pengkajian naskah juga harus melewati dua proses kerja yang besar, yaitu transliterasi untuk dapat mengungkap naskah, kemudian pengkajian dan analisis terhadap isi teks setelah mengetahui isi teksnya. 

Dr. Asep Yudha Wirajaya, S.S., M.A. menambahkan, “Kami mencoba mengenalkan naskah kuno dengan cara yang lebih kekinian, seperti alih media film dokumenter, drama, tari, musikalisasi puisi, dll untuk menarik minat generasi muda terhadap filologi. Dilihat di lingkup UNS sendiri, peminat filologi mengalami peningkatan sedikit demi sedikit. Dengan pengenalan naskah yang kekinian, kesadaran generasi muda terhadap keberadaan naskah semakin meningkat.”

Naskah adalah jembatan emas bagi masyarakat untuk memahami nenek moyang pada zaman dahulu. Naskah dapat dikembangkan sebagai sebuah identitas untuk bangsa dan negara. Harapannya, generasi muda menyadari betapa pentingnya pengkajian terhadap naskah. (Shalma/ Sofyan)


Baca juga: MPLS di SMA Negeri 1 Manyaran Bangun Karakter dan Kenalkan Lingkungan Sekolah kepada 141 Siswa Baru


Tidak ada komentar:

Write a Comment

Featured