MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI VIRUS DAN PERANANNYA KELAS X DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DI SMAS ISLAM MIFTAHUL HUDA DEMAK

Print Friendly and PDF

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI VIRUS DAN PERANANNYA KELAS X DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DI SMAS ISLAM MIFTAHUL HUDA DEMAK

Oleh: Nur Hidayah, S.Pd

Guru SMAS Islam Miftahul Huda Demak Jawa Tengah


Nur Hidayah, S.Pd



       Kata motivasi diambil dari bahasa latin, movere yang artinya dorongan dari diri sendiri untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki. Motivasi belajar artinya dorongan dari diri siswa untuk mencapai tujuan belajar. Dengan adanya motivasi, siswa akan senantiasa semangat untuk terus belajar tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Cara menumbuhkannya tentu bukan perkara mudah karena setiap siswa memiliki karakter dan keinginan berbeda-beda. Hal ini tentu tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru, namun Bapak/ Ibu tetap memegang peranan penting di dalamnya. Sedangkan belajar merupakan perubahan perilaku yang disebabkan oleh pengalaman sehingga terdapat perubahan tingkah laku pada dirinya. Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Belajar bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun dan di manapun, tak terkecuali di sekolah. Di lingkungan sekolah banyak sekali pembelajaran yang dapat diperoleh untuk mendapatkan hasil positif. Di sinilah banyak anak yang belajar memperbaiki perilaku atau sikap dan juga untuk memperoleh ilmu baru yang tentunya akan bermanfaat untuk saat ini atau dikemudian hari. Anak belajar di kelas dibantu oleh tenaga pendidik (guru) untuk mencapai sesuatu yang baru. Kedua komponen ini harus saling melengkapi dalam kegiatan belajar mengajar. Namun dalam proses kegiatan belajar mengajar tersebut  tidak selalu berjalan mulus,tetapi  banyak  kendala-kendala yang mungkin dijumpai dalam proses tersebut. Kendala itulah yang akan menjadi  penghambat keberhasilan dari proses belajar mengajar.

      Salah satu bentuk kendala yang sering dijumpai di kelas adalah rendahnya motivasi belajar peserta didik. Hal tersebut sebetulnya bisa diamati oleh guru ketika awal masuk kelasnya. Dijumpai peserta didik yang kurang siap mengikuti pelajaran, seperti kurang suka dengan materinya atau mata pelajarannya, terlebih lagi banyak peserta didik yang menganggap materi biologi hanya berupa hafalan-hafalan,  banyak menggunakan bahasa latin ,selain itu juga peserta didik di sibukkan dengan main game sehingga membuat mereka kesulitan dalam mencerna materi tersebut. Kondisi ini diperburuk dengan adanya peserta didik yang menganggap pembelajaran sangat monoton sehingga mereka bosan dan ditambah lagi rasa ingin tahu peserta didik mengenai materi yang akan disampaikan guru sangat rendah.

       Kondisi tersebut yang akhirnya menjadi latar belakang penulis untuk melakukan perubahan dalam pembelajaran di kelas. Selama ini penulis sering menggunakan metode ceramah dan pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher-centered learning) dan kurang mengembangkan model-model pembelajaran. Hal tersebut yang mungkin menjadi penyebab peserta didik mempunyai tingkat motivasi belajar yang rendah. 

Di zaman yang serba canggih seperti ini diharapkan seorang guru harus bisa menyeimbangkan antara pembelajaran dengan kemajuan zaman saat ini ,dengan menggunakan Teknologi digital yang telah membuka peluang baru bagi peserta didik  untuk belajar dengan cara yang lebih interaktif, menarik, dan relevan.. Pembelajaran yang berpusat pada murid (student-centerd learning) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan daya pikir peserta didik, sehingga dengan adanya pembelajaran yang seperti itu bisa membuat peserta didik lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan memperoleh tingkat motivasi belajar yang lebih meningkat. Sebelum penulis melakukan perubahan dalam kelas, terlebih dahulu penulis melakukan refleksi diri dengan berkomunikasi antar teman sejawat dan kepala sekolah. Dari komunikasi dua arah tersebut didapatkan hasil bahwa penulis perlu mengembangkan model – model pembelajaran di kelas, selain itu penulis bisa juga melakukan variasi dalam pembelajaran, misalnya menayangkan video ataupun bisa melakukan literasi yang menggunakan teknologi digital, yang sejatinya memang pada era globalisasi ini pembelajaran harus berbanding lurus dengan kemajuan teknologi. Penulis juga melakukan kajian literatur untuk mendapatkan beberapa referensi terkait model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas. Beberapa literatur yang sekian banyak, akhirnya penulis menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

       Model pembelajaran ini diambil penulis karena model tersebut membuat peserta didik aktif berfikir kritis untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan materi. Selain itu peserta didik juga dituntut untuk memperoleh konsep dari materi tersebut, dan terlihat peserta didik cenderung mendominasi dari sebagian rangkaian pembelajaran. Peran guru hanya sebagai fasilitator. 

Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah : 

1. Peserta didik mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan materi. 

2. Peserta didik merumuskan permasalahan yang terkait dengan materi. 

3. Peserta didik merencanakan penemuan konsep dengan membentuk kelompok kecil dalam kelas, satu kelompok terdiri dari 3-5 anak. 

4. Peserta didik mengumpulkan data dengan cara menganalisis LKPD yang diberikan guru dan melakukan literasi digital lewat link yang dibagikan guru lewat grup whatsapp. 

5. Peserta didik mengolah data dengan mulai mengerjakan LKPD.

 6. Peserta didik mengkomunikasikan hasil dari diskusi kelompok dan terjadi feedback atau umpan balik antar kelompok. 

7. Peserta didik menemukan konsep dari materi pembelajaran dengan disampaikan melalui penyampaian kesimpulan. 

       Dari kegiatan – kegiatan tersebut guru dapat menilai bahwa peserta didik terlihat lebih antusias dalam mengikuti setiap langkah – langkah pembelajaran. Didukung dengan adanya pemutaran video yang terkait dengan materi serta adanya bahan ajar yeng berbasis teknologi, sehingga peserta didik bisa memanfaatkan handphone untuk alat pendukung proses pembelajaran. Selain itu desain LKPD yang berwarna juga membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengolah data sehingga mereka bisa menemukan konsep materi. Model pembelajaran seperti ini membuat proses belajar mengajar menjadi lebih hidup dan lebih bisa dimaknai. 

       Dengan model pembelajaran discovey learning ini terbukti bisa meningkatkan motivasi belajar. Peserta didik menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, lebih bisa mengikuti alur pembelajaran dengan antusias. Peserta didik juga terlihat nyaman dan senang saat proses pembelajaran berlangsung serta mampu mengikuti arahan guru dengan antusias. Hal ini terbukti ketika angket motivasi dibagikan guru kemudian diisi oleh peserta didik, banyak sekali peserta didik mengalami peningkatan motivasi belajarnya, sehingga dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top