Featured

Headline News

Gatutkaca Super Ban Kembali Beraksi, Antar Kurban ke Anak Yatim dengan Sepeda Bronjong

07 Jun 2025

larise tv

Kabar Desa

Ustadz Suradi dalam Khutbah Idul Adha di Canden Boyolali, Qurban Itu Ada yang Diterima, Ada yang Tidak

Dalam khutbahnya, Ustaz Suradi, Wakil Direktur PonpesMU Manafi’u...

  • 06 Jun 2025
  • 0

KEMAMPUAN INTELJEN MENENTUKAN KEMENANGAN PERANG

Print Friendly and PDF

KEMAMPUAN INTELJEN MENENTUKAN KEMENANGAN PERANG

(Adaptasi Cerita Hanoman Duta)


Oleh: Prof. Dr. Bani Sudardi

Guru Besar Universitas Sebelas Maret/ Dewan Pakar SENAWANGI


Prof. Dr. Bani Sudardi


       Inteljen adalah unsur yang sangat penting dalam suatu negara untuk mengatasi berbagai masalah karena dengan adanya intelijen tersebut dapat diketahui tentang posisi, kondisi, dan kekuatan musuh. Indonesia memiliki BIN atau Badan Intelijen Negara (BIN). Yang salah satu tugasnya adalah memetakan musuh negara dan mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi terhadap negara. BIN ini diatur oleh PERPRES Nomor 90 Tahun 2012 dan memiliki 10 tugas pokok. Di antaranya tugas nomor 4 yaitu “Menyampaikan produk inteljen sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan pemerintah”.

       Kisah intelijen yang jagoan terdapat juga dalam cerita Anoman Duta. Dalam keadaan duka cita karena kehilangan istrinya, Sri Rama tetap berusaha berpikiran jernih dan dia akan menggunakan intelijen sebelum bertindak pada serangan-serangan yang mematikan. Maka dalam pertemuan di dalam Gua Kiskenda itu, Sri Rama ingin menggunakan kekuatan intelijennya untuk mengetahui keadaan Dewi sinta yang hilang dilarikan oleh Dasamuka.

       Padepokan Gua Kiskenda sedang mengadakan suatu pertemuan penting. Hadir dalam pertemuan tersebut tokoh-tokoh yang memiliki kehandalan dalam bidang masing-masing. Di antara yang hadir adalah pasangan abadi Sri Rama dan Lesmana, juga raja Gua Kiskenda Sugriwa lalu ada Hanoman, Jaya Anggada, Jembawan, Anila, dan segenap punggawa kera di Gua Kiskenda. 

       Suasana tampak haru bercampur mendung yang menyelimuti hutan-hutan di sekitar Gua Kiskenda. Wajah murung dan rasa putus asa tampak pada wajah titisan Wisnu Rama Wijaya. Kabut duka juga menyelimuti adinda Lesmana dalam keprihatinan yang mendalam. Hal itu juga dirasakan oleh segenap pasukan kera yang tampak duduknya nyekukruk karena merasakan duka lara tuannya.

"Kakang Sugriwa, saya akan mencari sisik melik keberadaan istriku Dewi Sinta. Bagaimanakah pendapatmu jalan yang terbaik untuk melakukan hal ini," kata Sri Rama memecah keheningan.   

"Aduh Gusti sesembahanku. Baik kita pilih para Senopati Gua Kiskenda ini untuk melaksanakan tugas mencari sisik melik keberadaan Gusti Sinta," sembah Sugriwa. 

Aslinya Rama, Lesmana, Sugriwa, apalagi para prajurit kera belum mengetahui dimanakah Alengkadiraja itu. 

"Hanoman. Bersediakah engkau saya suruh mencari Dewi Sinta?" kata Seri Rama. 

"Sendika Gusti, " jawab Hanoman sigap. 

"Butuh berapa hari?," tanya Sri Rama. 

Hanoman gelagapan. Sejatinya dia tidak bisa membayangkan di manakah Alengka itu. Maka asal nyelemong saja ia berkata. 

"Sepuluh hari Gusti," jawabnya gelagapan. 

Mendengar kata-kata itu Anggada tertawa-tawa mengejek. 

"Sepuluh hari? Lama sekali wk wk wk wek wek Wek We, aku sanggup lima hari" kata Anggada. 

Hanuman terpancing emosinya. Dia tidak mau kalah dengan Anggada. 

"Saya sanggup setengah hari Gusti," kata Hanoman. 

"Sungguh? Kalau demikian berangkatlah," kata Sri Rama. 

Hanoman segera melesat terbang tinggi. Ternyata Negara Alengka itu jauh di seberang laut. Tidak mungkin hanya setengah hari. Tetapi tidak kurang akal. Hanoman segera menjumpai Dewa Surya, ayah angkatnya.

"Saya mohon duh Jawata, jangan sampai matahari condong ke Barat sebelum tugasku mencari sisik melik keberadaan Dewi Sinta terlaksana," sembah Hanoman. 

"Oh Iya Angger anaku, " Batara Surya berkata.

       Hanuman segera menuju kerajaan Alengka yang ada di Seberang lautan. Banyaklah godaan dan halangan yang ditemuinya. Diantaranya ketika mau berangkat, Anggada menghalangi jalannya karena Anggada merasa lebih senior dan lebih sakti. Tetapi akhirnya Anggada dapat diterjang oleh Hanoman. Hanoman juga diracun oleh Sayempraba, seorang mata-mata Alengka. Hanoman kemudian menjadi buta. tetapi Hanoman ditolong oleh Sempati, burung saudara Jatayu. 

       Singkat cerita perjalanan Hanoman sampailah ke Taman Sari tempat Sita Dewi ditempatkan oleh Rahwana. Tampaklah Dewi Sinta kelihatan kurus dan kusut karena penderitaan batinnya tersebut. Keadaan ini diabadikan oleh orang Jawa dalam sebuah tembang kinanthi sebagai berikut. 

Anoman malumpat sampun Kismo Kang Igo i

Prapteng witing nagasari 

Mulat mangandhap katingal 

Wanodya yu kuru aking anoman 

Gelung rusak wor lan kisma

Kang iga-iga kaeksi

       Hanoman segera mendekati Dewi Sinta, tetapi Dewi Sinta menghindar dari Hanoman. Dia tidak mengenal Hanoman makanya dia curiga jangan-jangan jebakan dari Rahwana. 

"Aduh Gusti saya utusan junjungan Sri Rama," kata Hanoman. 

"Saya tidak percaya, sekiranya kau utusan dari Kanda Sri Rama, apakah buktinya itu?" kata Sinta. 

"Aduh gusti, saya membawa sebuah cincin dari Paduka Sri Rama," kata Hamonan sambil menunjukkan cincin tersebut. 

Barulah Dewi Sinta percaya bawa Hanoman betul-betul dari Sri Rama. Dewi Sinta kemudian mencabut tusuk Konde yang ada di rambutnya dan berkata kepada Hanoman. 

"Ini tusuk konde dariku. Kanda Sri Rama sudah hafal betul dengan barang ini tolong nanti diberikan kepada beliau," kata Sinta. 

"Junjunganku Dewi Sinta. Apakah junjungan tidak ingin saya bawa lari saja kepada Prabu Rama?" 

"Wahai Hanoman. Aku tetap menunggu kedatangan kanda Sri Rama. Aku ingin melihat keperwiraan kanda Sri Rama dan hancurnya Dasamuka," kata Dewi Sinta. 

       Hanoman segera bermohon diri dan akan kembali kepada tempat Sri Rama. Tapi nasib sial memang tidak dapat diduga-duga. Kedatangan Hanoman diketahui oleh indrajit putra mahkota Alengka. Maka, Hanoman pun segera dikepung dan tidak berapa lama dapat ditangkap serta diikat. Dasamuka juga melihat wajah kera putih ini. Dia memerintahkan agar Hanoman dibakar sebagai bentuk hukuman telah secara diam-dia dalam Taman Sari. 

       Karena itulah, timbunan kayu segera disiapkan. Hanuman akan dibakar hidup-hidup. 

       Setelah persiapan selesai, di bawah pimpinan Indrajit, Hanoman akan segera dibakar. Di ekornya ditalikan barang-barang yang bisa cepat terbakar. Tetapi mereka tidak tahu bahwa Hanoman telah mendapat anugerah batara Brahma sehingga dia tidak mempan dibakar, Hanoman juga mendapat anugerah Batara Surya menjadikan dia tidak bisa merasa panas bila terkena api. 

      Segeralah ekor Hanoman disulut di atas tumpukan api itu. Ekor Hanoman dan api berkobar-kobar ke sana kemari siap menjilat semua benda-benda terbakar. Hanoman kemudian terbang mengelilingi istana alangkah dan dia membakar setiap sudut kota hingga Alengka mengalami kebakaran hebat. Betapa mendidih darah Dasamuka dan Indrajit, tetapi inteljen jagoan itu sudah meninggalkan Alengka dalam keadaan kocar-kacir.

       Sesampainya di Gua Kiskenda, Sri Rama menyambut Hanoman dengan lega. Dia bersyukur Sinta masih dalam keadaan selamat. Dia sudah mengetahui bahwa istri tercinta berada di Alengka, negeri seberang lautan. Langkah Hanoman ini sangat penting karena dengan demikian sudah diketahui posisi musuh yang selanjutnya Sri Rama dapat melaksanakan operasi dengan perencanaan yang matang.

SUARADIRA JAYANINGRAT LEBIR DENING PANGASTUTI.


Tidak ada komentar:

Write a Comment

Featured