MELESTARIKAN BAHASA JAWA

Print Friendly and PDF

MELESTARIKAN BAHASA JAWA

Oleh : Eny Nur Marfuah, S.Pd

Guru SMK Negeri 3 Pati, Kec. Pati, Kab. Pati, Jawa Tengah

Eny Nur Marfuah, S.Pd


       Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman budayanya. Salah satu kekayaan Indonesia adalah kaya akan bahasa daerahnya, seperti bahasa Sunda, bahasa Melayu, bahasa Jawa, dan sebagainya. Dari beberapa bahasa daerah yang ada di Indonesia, bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang memiliki penutur terbanyak. Utari (2013:83) mengemukakan bahwa jumlah penutur bahasa Jawa sebanyak 75,5 juta, bahasa Sunda dengan jumlah penutur 27 juta, dan bahasa Madura dengan jumlah penutur sebanyak 13,69 juta. Secara geografis, bahasa Jawa menurut Setiyadi (Mulyana, 2008:62) merupakan bahasa yang dipakai di daerah-daerah provinsi Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur. 

       Bahasa daerah adalah salah satu bahasa yang lazim digunakan di suatu daerah. Misalnya di Pulau Jawa ini. Salah satu bahasa daerah yang ada di Pulau Jawa adalah bahasa Jawa yang digunakan oleh suku Jawa seperti kita. Di dalam dunia pendidikan pun bahasa Jawa telah masuk ke dalam muatan lokal. Namun saat ini bahasa Jawa sudah mulai memudar. Utamanya di dunia pendidikan. Banyak peserta didik yang sudah merasa tidak semangat ketika akan melaksanakan pelajaran bahasa Jawa. Hal itu disebabkan di dalam kehidupan sehari-hari peserta didik sudah jarang sekali menggunakannya, apalagi untuk mempelajarinya. Tidak hanya dari segi peserta didik, bagi beberapa pendidik pun sudah ada yang menganggap sepele pelajaran bahasa Jawa, karena tidak masuk ke ujian nasional. Padahal nilai bahasa Jawa yang masuk dalam muatan lokal juga masuk ke dalam nilai rapot maupun SKHP (surat keterangan hasil prestasi).

       Bicara tentang pendidikan hari ini yang dihadapkan pada pesatnya kemajuan zaman, tentu membuat kita banyak merenung. Terlebih dalam hal komponen mata pelajaran yang diajarkan di kelas-kelas, khususnya dalam aspek muatan lokal. 

       Sebut saja mata pelajaran Bahasa Jawa, apakah masih diminati? Apakah peserta didik zaman sekarang masih memiliki ketertarikan terhadap mata pelajaran tersebut? Apakah bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman? Faktanya, tidak sedikit siswa yang mulai asing dengan mata pelajaran Bahasa Jawa. 

       Padahal mereka lahir, tinggal, dan dibesarkan di Pulau Jawa. Tidak ayal, perhatian mereka banyak tersita dengan hal-hal yang berbau modernitas. Arus globalisasi yang membuat siswa lebih familiar dengan hal-hal asing, bangga ketika bisa belajar bahasa asing, merasa percaya diri ketika menggunakan produk luar negeri, bahkan lebih mengunggulkan hal-hal yang viral dan berbau non lokal.

       Hal tersebut tentu menjadi PR tersendiri bagi para pendidik hari ini. Salah satunya yaitu pelajaran Bahasa Jawa di era digital yang menuntut kita untuk lebih melek teknologi.

       Tantangan menjadi Guru Bahasa Jawa  di Era Digital tentang kegelisahan terkait dengan metode dan model pembelajaran Bahasa Jawa yang ada di sekolah-sekolah pada era kemajuan tekonologi hari ini. 

       "Siswa kadang susah sekali untuk diajak berpikir lebih kritis dalam konteks mata pelajaran ini." Muncul juga temuan, "Lha bagaimana mau kritis, motivasi mereka untuk belajar Bahasa Jawa masih rendah." 

       Inilah tantangan-tantangan guru Bahasa Jawa di era sekarang. Salah satunya bagaimana membuat proses pembelajaran di kelas semenyenangkan mungkin dengan memanfaatkan teknologi. Mau tidak mau, kita dituntut untuk menyesuaikan zaman. 

       Teknik pembelajaran model lama juga harus diperbaharui agar relevan dengan konteks saat ini, sehingga esensi pembalajaran tetap sampai tanpa menghilangkan nilai-nilainya. Tantangan menjadi guru Bahasa Jawa di era digital memang besar, tapi bisa kita upayakan.

       Bahasa Jawa sebagai salah satu ikon kekayaan bangsa Indonesia semestinya memiliki nilai lebih apabila terinternalisasi dalam mata pelajaran Bahasa Jawa itu sendiri. 

       Guru dan siswa dapat melakukan kolaborasi-kolaborasi kegiatan di dalam kelas untuk mengembangkan metode pembelajaran berbasis teknologi. Kabar baiknya, di era digital seperti sekarang ternyata memberi akses lebih luas serta kemudahan kita untuk mengembangkan kreativitas. Contohnya, melakukan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Jawa menggunakan project based learning. Siswa akan menjadi subjek dari pembelajaran tersebut yang terlibat aktif melalui projek-projek kelas. 

       Pada intinya, era digital tidak menghambat guru mata pelajaran Bahasa Jawa untuk terus mengembangkan dirinya. Melalui pemanfaatan teknologi yang tepat, justru pelajaran Bahasa Jawa dapat semakin diminati.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top