SMK NEGERI 4 SURAKARTA SIAP MENJADI MAKHLUK SOSIAL BUKAN MEDIA SOSIAL

Print Friendly and PDF

SMK NEGERI 4 SURAKARTA SIAP MENJADI MAKHLUK SOSIAL BUKAN MEDIA SOSIAL

Oleh : Hariyani, S.ST

Guru Perhotelan SMK Negeri 4 Surakarta, Jawa Tengah

Hariyani, S.ST


       Di dalam ilmu Sosiologi menyebutkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang berhubungan secara interaktif dengan manusia lain, sebuah konsep ideologis dimana masyarakat atau struktur sosial dipandang sebagai sebuah “organisme hidup”. Dimana organisme sosial memiliki fungsi yang mempertahankan stabilitas dan kekompakan dari organisme. Manusia tergantung satu sama lainnya untuk menjaga keutuhan masyarakat. Kenyataannya sekarang bisa kita liat berbanding terbalik, sekarang banyak manusia yang sering menyendiri atau asik dengan dunia mereka sendiri. Lahirnya media sosial menjadikan pola perilaku masyarakat mengalami pergeseran baik budaya, etika dan norma yang ada. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dengan berbagai kultur suku, ras dan agama yang beraneka ragam memiliki banyak sekali potensi perubahan sosial.

        Semakin berkembangnya zaman manusia kini telah dimanjakan oleh teknologi  dengan adanya media social atau yang biasa disebut dengan medsos. Manusia sekarang cenderung berkomunikasi dan bersosialisasi melewati media sosial dari pada bersosialisasi dan berkomunikasi melewati kehidupan nyata. Ini juga terjadi pada siswa sekolah. Siswa akan lebih asik memperhatikan handphone dari pada berkomunikasi langsung atau membaca buku pelajaran. 

       Semua itu terjadi karena banyaknya fitur-fitur yang unik yang terdapat pada media sosial seperti telegram, instagram, facebook, twitter, whatsApp, massenger dapat merubah prilaku manusia yang tadinya aktif dalam kehidupan nyata kini berubah menjadi aktif di dunia social dan hilang dalam kehidupan nyata. Contohnya seperti menyapa  seseorang, bercanda ria bersama teman-teman, kerja kelompok mengerjakan tugas, bersilahturahmi antara teman, bercerita tentang dirinya, dan yang bikin miris berdoa sekarang melalui media sosial mereka. Semua itu dapat merubah kepribadian siswa itu sendiri. Mereka lebih merasa nyaman dengan dunia social dan tertutup bahkan tidak percaya pada dunia nyata. Pada kehidupan nyata itu manusia berkomunikasi dan bersosialisasi, saling bertatap muka saling berjabat tangan, Dan terciptanya hubungan harmonis dalam lingkungan sekolah dan masyarakat.

       Sewaktu ditanya kegiatan saat melaksanakan PJJ (pembelajaran jarak jauh) para siswa banyak menjawab mengerjakan tugas dan mengikuti pembelajaran online lebih memilih masuk ke kamar membuka leptop atau ponsel dan menghabiskan waktu dengan media social mereka tanpa melihat keadaan sekitarnya. Saat kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) disaat siswa diminta bercerita kegiatan mereka sehari-hari mereka tidak bisa bercerita dan mengatakan bahwa tidak ada kejadian yang menarik. Dari sini bisa dilihat bahwa kreatifitas bercerita mereka mulai hilang. Kita tidak bisa menyalahkan media sosial, karna media sosial diciptakan untuk membantu manusia berkomunikasi dan saling bertukar informasi dengan manusia yang berbeda tempat maupun yang berbeda Negara. 

       Medsos membawa banyak dampak baru dalam perkembangan manusia, baik dampak negatif maupun dampak positif. Dampak positif media sosial dalam perkembangan teknologi sebenarnya membawa banyak keuntungan, misalnya saja memudahkan dalam hal komunikasi, mencari dan mengakses informasi lowongan kerja, memudahkan kita untuk berinteraksi dengan banyak orang, memperluas pergaulan, jarak dan waktu bukan lagi masalah, lebih mudah dalam mengekspresikan diri, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat, biaya lebih murah. Sedangkan dampak negatif dari media sosial adalah gangguan kepribadian yang identik dengan sikap suka menyendiri dan tertutup, menjauhkan orang-orang yang sudah dekat dan sebaliknya, interaksi secara tatap muka cenderung menurun, membuat orang-orang menjadi kecanduan terhadap internet, menimbulkan konflik, masalah privasi, rentan terhadap pengaruh buruk orang lain. Ternyata media sosial  telah mempengaruhi kehidupan sosial dalam masyarakat.

       Kita sebagai pengajar wajib untuk membantu siswa kembali ke dunia Sosial yang baik dan bisa hidup bermasyarakat dan bisa berguna bagi masyarakat. Siswa SMK dan organisasinya adalah aspek penting di tengah-tengah elemen masyarakat. Penyatuan keduanya memiliki dampak yang luar biasa, mempunyai efek yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat bahkan ketika mereka lulus SMK. 

      Hal yang menjadi tantangan di era sekarang adalah memastikan nilai sosial masih tertanam di hati siswa dan organisasi. Lalu bagaimana supaya siswa bisa membuktikan bahwa mereka masih memiliki jiwa sosial yang tinggi? Terkait hal ini, menurut Heejeong Sophia Han & Kristen Mary Kemple, “setidaknya terdapat enam aspek kompetensi sosial yang harus dilatihkan guru kepada para siswanya. Tujuannya agar para siswa siap meraih kesuksesan dalam profesi maupun kehidupan sosial mereka. Aspek tersebut adalah sebagai berikut:

1. Self-regulation, yakni kemampuan mengelola emosi.

2. Kemampuan untuk memahami orang lain. 

3. Identitas diri yang positif. 

4. Kompetensi Kultural. 

5. Mengadopsi nilai-nilai sosial. 

       Sejalan dengan itu, Michaelene M. Ostrosky & Hedda Meadan mengatakan, agar bisa berinteraksi dalam kelompok sosial di kelasnya dan sekolahnya, setiap siswa harus memiliki beberapa kompetensi sebagai berikut:

1. Harus memiliki rasa percaya diri yang baik;

2. Harus memiliki kemampuan mengembangkan relasi sosial dengan teman sekelas, dan teman kegiatan kurikuler, ko-kurikuler dan juga ekstra kurikuler;

3. Harus memiliki kemampuan untuk fokus dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah,sehingga menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan yang diharapkan;

4. Selalu bisa mendatangi dan mendengarkan arahan-arahan guru kepala sekolah/madrasah;

5. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah dalam konteks sosial mereka; dan,

6. Bisa berkomunikasi secara efektif. 

       Mengembangkan kompetensi sosial siswa merupakan amanat yang diemban oleh guru. Kompetensi sosial dikembangkan bukan hanya melalui mata pelajaran, melainkan proses pembelajaran yang dilalui oleh para siswa dan difasilitasi oleh guru dan sekolah. Siswa difasilitasi untuk belajar secara aktif bersama teman-temannya, saling berkolaborasi bertanya dan menjawab, berdiskusi satu sama lain, mengembangkan kebersamaan, sehingga sikap sosial mereka akan tumbuh perlahan dalam jiwa mereka, yang akan terwujud dalam bentuk tindakan-tindakan.

       Kegiatan ini akan efektif terlaksana menghantarkan para siswa berkompetensi sosial dengan baik. Akan tetapi semua perencanaan  ini juga menuntut para guru memiliki kompetensi sosial yang lebih baik dari yang mereka latihkan pada para siswanya. Oleh karena  itu, tagihan kompetesi sosial bagi para siswa, merupakan tagihan bagi para guru untuk memiliki kompetesi sosial yang jauh lebih baik daripada yang dia latihkan pada para siswa. Semoga perencanaan kompetensi sosial siswa ini bisa menjadikan siswa SMK Negeri 4 Surakarta siswa yang berjiwa sosial tinggi.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top