Kreativitas Tanpa Batas, Rahmad Budiyanto Buka Cakrawala Wirausaha Mahasiswa di COMMVERSE Vol 1.0 Dies Natalis HIMAKOM ke-10 Univet Bantara

Print Friendly and PDF

Narasumber, Rahmad Budiyanto, S.T saat memaparkan materi dan diskusi bersama peserta seminar.

Kreativitas Tanpa Batas, Rahmad Budiyanto Buka Cakrawala Wirausaha Mahasiswa di COMMVERSE Vol 1.0 Dies Natalis HIMAKOM ke-10 Univet Bantara

Sukoharjo- majalahlarise.com -Semangat wirausaha dan kreativitas menggema di Auditorium Univet Bantara pagi itu, Kamis (3/7/2025), dalam gelaran seminar COMMVERSE Vol 1.0, bagian dari perayaan Dies Natalis ke-10 Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKOM) Univet Bantara. Mengusung tema besar "Developing New Minds with Communication", seminar ini menjadi momen berharga bagi para mahasiswa untuk memperluas wawasan sekaligus menyerap energi inspiratif dari pelaku usaha muda yang telah menorehkan jejak suksesnya.

Hadir sebagai narasumber, Rahmad Budiyanto, S.T., seorang wirausahawan multi-brand yang dikenal luas karena sepak terjangnya dalam membangun empat brand sekaligus dengan segmentasi yang sangat tajam dan strategi komunikasi yang efektif. Seminar dipandu oleh Dr. Joko Suryono, M.Si., dosen senior sekaligus moderator yang piawai menggiring diskusi menjadi dinamis.

Rahmad Budiyanto dalam pemaparannya menyampaikan materi bertajuk “Kreativitas Tanpa Batas: Pemberdayaan Wirausaha Kreatif”. Ia mengawali dengan mengajak peserta memahami kreativitas bukan semata anugerah bakat, tetapi sebuah keterampilan yang bisa dilatih, dikembangkan, dan dibentuk melalui pengalaman serta konsistensi.

“Kreativitas bukan bakat, tapi kebiasaan. Masalah itu adalah peluang. Pelaku usaha sejati itu justru senang mencari-cari masalah, karena dari sanalah muncul solusi, dan dari solusi muncullah bisnis,” tegas Rahmad.

Ia menjelaskan tantangan global saat ini seperti derasnya arus digitalisasi, kompetisi pasar, hingga perubahan budaya konsumsi justru menjadi ladang subur bagi wirausaha kreatif. Wirausaha, katanya, bukan hanya solusi untuk mengurangi pengangguran, tetapi juga menjadi sarana untuk memberdayakan potensi lokal yang selama ini terpendam.

Rahmad membagikan strategi membangun mindset inovatif, salah satunya dengan membiasakan diri melakukan hal-hal berbeda setiap hari. “Contoh paling sederhana adalah memilih pakaian yang berbeda dari biasanya. Itu melatih keberanian untuk tampil beda,” ungkapnya. Sikap adaptif dan solutif juga menjadi kunci, karena menurutnya, dunia usaha hari ini membutuhkan kecepatan berpikir dan keberanian mengambil keputusan.

Ia menyinggung pentingnya kecakapan dalam menghadapi revolusi teknologi, khususnya pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam dunia industri dan pemasaran. “AI hari ini bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. Semua industri sudah menggunakannya,” ujar Rahmad, yang juga dikenal sebagai konsultan digital brand.

Sesi menjadi semakin inspiratif ketika Rahmad membagikan kisah perjalanannya. Bermula sebagai kontraktor dengan penghasilan pas-pasan, ia mencari alternatif pendapatan dengan berjualan sepatu dan batik secara online, bermodalkan ponsel BlackBerry. Dengan semangat dan ketekunan, ia mendesain foto-foto batik, mempromosikannya, hingga menerima pesanan dari berbagai kota. Lambat laun, usaha kecil tersebut berkembang menjadi brand yang dikenal luas.

“Dulu saya cuma iseng jualan batik buat teman-teman yang pengen batik khas Solo tapi nggak sempat ke sini. Eh, ternyata itu peluang. Sekarang saya bisa bangun bisnis batik yang kuat, karena saya terus cari celah dari kebutuhan pasar,” kisahnya disambut tepuk tangan peserta.

Rahmad menutup materi dengan motivasi penting tentang self-awareness. Menurutnya, langkah awal membangun bisnis bukan dari modal besar, tapi dari pengenalan atas potensi diri: apa yang kita suka, apa yang kita bisa, dan apa yang dibutuhkan lingkungan sekitar.

“Kalau kalian bisa menjawab tiga hal itu, bisnis akan datang dengan sendirinya. Mulailah dari hal kecil, karena sesuatu yang besar pasti dimulai dari sesuatu yang kecil,” pesannya.

Ia juga menyarankan mahasiswa mulai membaca budaya lokal, melihat tren harian, hingga peka terhadap permasalahan di sekitar sebagai sumber ide usaha. “Mulailah dari kuliner khas daerah, kemasan yang modern, jasa konten, fashion, editing, atau admin gaya kekinian. Semuanya bisa jadi ladang bisnis,” imbuhnya.

Di akhir sesi, Rahmad memberikan suntikan semangat kepada peserta seminar yang didominasi mahasiswa Ilmu Komunikasi dan rumpun ilmu sosial. “Jangan takut gagal. Kegagalan itu bukan jalan buntu. Itu penunjuk arah. Tiap jatuh ngajarin kita bangkit lebih kuat,” katanya menutup materi. (Sofyan)


Baca juga: Senat ISI Solo Tetapkan 3 Nama Calon Rektor ISI Solo Periode 2025-2029


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top