GIVE RADIO IKOM UNIVET
Redaksi / Pemasangan Iklan
Total Tayangan Halaman
Watu Plenuk Mutiara Wisata Perbatasan Weru–Ngawen yang Menyuguhkan Alam, Kuliner, dan Kedamaian
![]() |
| Menikmati makan gendar pecel di Gazebo. |
Watu Plenuk Mutiara Wisata Perbatasan Weru–Ngawen yang Menyuguhkan Alam, Kuliner, dan Kedamaian
Gunungkidul - majalahlarise.com - Di ujung perbatasan antara Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, dan Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, tersimpan sebuah oase alam yang belum banyak dikenal orang yaitu Watu Plenuk. Terletak di Dusun Tobong, Desa Sambirejo, destinasi ini menyuguhkan keindahan perbukitan kapur, hamparan sawah yang menghijau saat musim tanam, dan udara segar yang berhembus lembut menenangkan siapa saja yang datang.
Berbeda dari destinasi wisata mainstream, Watu Plenuk menghadirkan suasana alami dan ketenangan jiwa yang langka. Gazebo-gazebo menjadi tempat nyaman bagi pengunjung untuk menikmati kuliner khas pedesaan, sembari memandangi keindahan alam yang menyatu dalam harmoni.
Salah satu daya tarik utama Watu Plenuk adalah gendar pecel, makanan khas Jawa yang disajikan dengan sambal kacang pedas manis dan aneka sayuran rebus. Bu Sariyem, salah satu penjual makanan di area wisata ini, dengan ramah memperkenalkan menu dagangannya.
![]() |
| Bu Sariyem penjual Gendar Pecel. |
“Gendar, pecel, gorengan, baceman tempe tahu, ikan asin, lele, tapai, karak semuanya ada di sini,” jelas Bu Sariyem sambil tersenyum ramah. “Harganya murah kok, cuma Rp5.000 per porsi.”
Menu sederhana namun menggoda itu menjadi favorit para pengunjung. Apalagi disantap bersama teman atau keluarga sambil duduk lesehan di gazebo, ditemani semilir angin pegunungan.
Yulianto, salah satu pengunjung tetap Watu Plenuk, menceritakan pengalamannya. “Waktu awal buka lumayan rame. Sekarang tiap Sabtu dan Minggu makin ramai, apalagi kalau Minggu sore ada live musik dan karaokean. Asyik banget buat refreshing.”
Bahkan area ini sudah pernah digunakan untuk kegiatan kemah oleh pelajar dan mahasiswa, walaupun fasilitas sewa alat belum tersedia secara resmi.
Menariknya, Watu Plenuk bukan hasil proyek pemerintah atau investor besar. Tempat ini adalah buah dari keinginan kuat Andres Muryanto, seorang buruh lokal yang merasa “dipanggil alam” untuk membangkitkan potensi wilayahnya.
“Saya enggak niat bisnis. Saya merasa ditunjuk oleh alam untuk membangun kawasan ini. Dulu di sini ada sejarah, ada pasar zaman keraton, tempat pelarian keluarga Raja Mataram. Jadi saya bikin ini sejak 2023. Awalnya mau rumah makan, eh malah jadi ramai duluan,” cerita Andres.
Tanpa dukungan dari pemerintah desa maupun kabupaten, Andres tetap berjuang sendiri. Ia menggandeng UMKM lokal agar bisa berjualan dan ikut bergerak bersama membangun ekonomi warga sekitar.
Namun sayangnya, belum ada perhatian serius dari pemerintah desa, kecamatan, hingga kabupaten. Andres mengaku sudah pernah mencoba menyampaikan aspirasi, tapi belum mendapatkan tanggapan.
![]() |
| Makanan tradisional Gendang Pecel. |
“Saya tidak memikirkan ini milik siapa. Yang penting kawasan ini maju. Karena kalau maju, ekonomi sekitar juga ikut naik. Saya ingin kawasan ini jadi ikon perbatasan Jawa Tengah dan DIY,” ujar Andres penuh semangat.
Dengan pengunjung yang bisa mencapai 700 orang di akhir pekan, ia berharap ada perhatian terhadap akses jalan, karena medan yang masih kurang bersahabat membatasi potensi wisata yang lebih besar.
Watu Plenuk juga menggunakan sistem unik: tidak ada tiket masuk, tapi pengunjung diwajibkan membeli kupon jajan seharga Rp5.000. Dari kupon itu, pengunjung dapat air minum dan fasilitas parkir gratis.
Tujuannya jelas, untuk mendukung UMKM dan mengurangi sampah dari makanan dan minuman yang dibawa dari luar.
Andres bercita-cita menjadikan Watu Plenuk sebagai pusat budaya dan wisata, dengan pertunjukan seni tradisional seperti wayang, reog, dan campur sari yang rutin digelar setiap tahun.
“Saya pengen tempat ini jadi istimewa. Ini seperti mutiara yang tertutup debu, tinggal disapu sedikit sudah bisa bersinar,” katanya penuh harap.
Watu Plenuk bukan hanya tempat wisata alam, tapi juga cerminan semangat gotong royong, cinta terhadap sejarah, dan upaya menghidupkan kembali budaya lokal. Di sinilah, suara alam bertemu suara hati, dan pengunjung pulang dengan perasaan tenang serta perut kenyang.
Jadi, kalau akhir pekan ini Anda ingin merasakan wisata berbeda yang menenangkan jiwa, menggugah selera, dan memanjakan mata, datanglah ke perbatasan Weru dan Ngawen, dan temukan Watu Plenuk surga tersembunyi di lintas dua kabupaten. (Sofyan)
Baca juga: Prodi Destinasi Pariwisata ISI Solo Lolos Hibah Penelitian Nasional DPPM 2025
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
TRADISI KROBONGAN Oleh: Aris Prihatin SMPN 1 Manyaran, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Aris Prihatin Masyarakat J...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
Kepala SMP Negeri 8 Surakarta, Triad Suparman, M.Pd beserta bapak ibu guru dan siswa foto bersama dengan karya tulisan kata-kata mutiara. ...
-
GENERASI KEDUA (LULUSAN) MASA CORONA Oleh: M. Nur Salim, SH. M.Pd Guru PPKn dan Kepala Sekolah SMK Kesehatan Cipta Bhakti Husada Yogyakarta ...
-
Menikmati makan gendar pecel di Gazebo. Watu Plenuk Mutiara Wisata Perbatasan Weru–Ngawen yang Menyuguhkan Alam, Kuliner, dan Kedamaian Gunu...



Tidak ada komentar: