MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PELAJARAN PPKN MELALUI PROJECT BASED LEARNING

Print Friendly and PDF

MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PELAJARAN PPKN MELALUI PROJECT BASED LEARNING

Oleh : Didin Maryana, S.Pd 

Guru SMP Negeri 4 Jepon Satu Atap Blora, Jawa Tengah

Didin Maryana, S.Pd 


       Pembangunan sumber daya manusia tidak terlepas dari peran pendidikan yang mampu mencetak sumber daya manusia memiliki karakter, cerdas, pintar dan mampu mengembangkan potensi dan ketrampilan. Melalui pendidikan inilah melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berdaya saing mampu mengemban amanah pembangunan bangsa seutuhnya.

       Pembangunan pendidikan masa datang penuh tantangan diantaranya menghasilkan sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi dan memiliki kemampuan untuk menguasai dan memahami ilmu pengetahuan dan teknologi.

       Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang membantu dalam pembangunan pendidikan dalam hal ini pembangunan sumber daya manusia. Menurut Nella Agustin dkk (2021: 119) bahwa sekolah merupakan lembaga yang membantu menumbuh kembangkan ilmu pengetahuan dan potensi peserta didik. Jika pihak sekolah memberikan pengembangan karakter kepada peserta didik maka akan terwujud melahirkan anak bangsa yang berkarakter.

       Untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah mudah. Hal ini dialami oleh guru maupun siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Penulis selaku guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) mengalami selama pembelajaran ada hambatan yang menjadikan siswa tidak bersemangat atau tidak memiliki motivasi mempelajari PPKn. Adanya motivasi pada peserta didik memiliki peran sangat penting dalam proses belajarnya. Karena peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi akan bisa mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

       Dari pengamatan yang dilakukan penulis ada beberapa hal penyebabnya diantaranya guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi yang menyebabkan siswa tidak tertarik dalam mempelajari PPKn. Selain itu, siswa banyak yang pasif dan bosan karena menganggap pelajaran PPKn hanya hafalan saja.

       Padahal tujuan dari pembelajaran PPKn menurut Ruminiati (2007: 26) yaitu memberikan kompetensi: 1. Berfikir kritis rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. 2. Berpartisipasi secara cerdas, bertanggung jawab dan bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat. 3. Berkembang secara positif demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain. 4. Berinteraksi dengan bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

      Untuk mengatasi hambatan tersebut, penulis merubah metode pembelajaran yang dulunya menggunakan metode konvensional atau ceramah mengganti metode pembelajaran menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) untuk memotivasi siswa mengemukakan pendapat dalam pembelajaran PPKn. 

       Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) merupakan suatu metode pembelajaran inovasi yang berpusat pada peserta didik (student centered) dan menempatkan tenaga pendidik sebagai motivator dan fasilitator, peserta didik diberi kesempatan untuk bekerja secara otonom dalam mengkonstruksi belajarnya. 

       Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan investigasi dan memahaminya.

       Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.

       Menurut Sami (2015: 173) menyatakan karakteristik Project Based Learning yakni sebagai berikut: a. Fokus pada permasalahan untuk penguasaan konsep penting dalam pembelajaran. b. Pembuatan proyek melibatkan peserta didik dalam melakukan investigasi konstruktif. c. Proyek harus realistis. d. Proyek direncanakan oleh peserta didik.

       Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning yang dilaksanakan yaitu a. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang. Pembelajaran dimulai dengan suatu pertanyaan driving question yang dapat memberi penugasan pada peserta didik melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil disesuaikan dengan realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. b. Merencanakan proyek. Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta didik. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek. c. Menyusun jadwal aktivitas. Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru, akan tetapi guru juga harus tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang dikerjakan oleh peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaan. Sehingga guru meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas. d. Mengawasi jalannya proyek. Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Guru mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing-masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok. e. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan. Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian. f. Evaluasi. Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

       Setelah diterapkan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) terlihat peserta didik sangat antusias dalam mengemukakan pendapat selama melakukan presentasi hasil proyek yang telah dikerjakannya. Selain itu, peserta didik tidak merasa bosan dan menganggap belajar PPKn melalui membuatan proyek merupakan hal yang menyenangkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) mampu meningkatkan motivasi siswa mengemukakan pendapat dalam pelajaran PPKn.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top