GIVE RADIO IKOM UNIVET













Redaksi / Pemasangan Iklan






Total Tayangan Halaman

Belajar Bertutur yang Baik dan Santun sebagai Teladan Multigenerasi NKRI dalam Perspektif Psikopragmtik
Belajar Bertutur yang Baik dan Santun sebagai Teladan Multigenerasi NKRI dalam Perspektif Psikopragmtik
Oleh: Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum.
Dosen PBSI FKIP UNS, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa
Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube/Tiktok: M. Rohmadi Ratulisa
![]() |
Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum. |
"Kawan, kepekaan rasa dengan cinta dan kasih sayang akan selalu melahirkan kata-kata yang menyejukkan dan dirindukan setiap orang yang menyimaknya sepanjang masa"
Belajar bertutur berarti belajar berbicara, baik dalam ruang lingkup pribadi dan ruang publik sebagai media dan konteksnya. Perlu disadari bahwa manusia hidup sebagai makhluk individu yang memiliki ruang pribadi atau privasi dan manusia sebagai makhluk sosial memiliki ruang publik yang didengar tuturannya, dibaca tulisannya, dan dilihat raganya di depan publik, baik secara langsung maupun dalam media sosial yang beragam bentuk dan konteksnya. Oleh karena itu, setiap manusia harus memiliki kesadaran penuh bahwa dirinya sebagai makhluk individu dan sosial harus dapat menyeimbangkan diri dalam multikonteks kehidupan. Dengan demikian setiap manusia akan dapat menjaga dirinya sendiri melalui tuturan dan tulisannya, baik pada ruang pribadi dan ruang publik yang digunakan sebagai media bertutur dan menuliskan ide gagasannya secara langsung maupun tidak langsung.
Pepatah Jawa dinyatakan “Ajining diri gumantung ing lati lan ajining raga gumantung ing busana” Terjemahannya ‘Harga diri seseorang bergantung pada ucapan atau tuturannya dan harga diri tubuh seseorang bergantung pada pakaian yang dipakainya’. Berdasarkan pepatah di atas maka setiap manusia harus menyadari bahwa tuturan atau ucapannya dan pakaian yang dipakainya sangat menentukan orang menilai, menghargai, dan menghormati diri kita sebagai manusia yang utuh dan memiliki harga diri yang dapat dihargai dan dihormati dalam segala konteks kehidupan. Hal ini perlu dilatih, diusahakan, disosialisasikan, dan diadaptasikan kepada setiap orang yang sedang atau mau belajar untuk hidup transisi dan beradaptasi dalam ruang pribadi dan ruang publik. Hal ini sebagai bentuk proses beradaptasi dan belajar untuk memahami diri dan orang lain dalam multikonteks kehidupan dalam persepktif psikopragmatik. Artinya manusia harus dapat memahami dirinya sendiri untuk dapat menghargai dan menghormati orang lain sehingga dapat memanusiakan manusia dalam segala konteks kehidupan nyata maupun media sosial.
Psikoprgamatik merupakan interdisipliner linguistik yang mengintegrasikan ilmu psikologi dengan pragmatik. Psikologi memelajari mengenai kejiwaan seorang manusia sedangkan pragmatik memahami maksud atau tujuan tuturan seorang manusia yang ada dibalik/tersirat dalam tuturan atau ujaran yang diucapkan atau tulisan yang ditulisnya dengan melibatkan konteks tuturan yang menyertainya. Dengan demikian, perspektif psiopragmatik akan sangat dekat sebagai pisau bedah untuk menganalisis dan mendeskripsikan secara kualitatif terkait dengan upaya untuk memahami aspek-aspek kejiwaan seseorang untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang ingin disampaikan kepada lawan tuturnya secara tersirat (disebut implikatur dalam pragmatik) dengan melibatkan multikonteks dalam kehidupan.
Perlu diingat bahwa setiap manusia sifat dasarnya ingin dihargai dan dihormati (tetapi bukan gila hormat) tetapi lebih saling menjaga rasa dan hati untuk dapat saling menjaga rasa, untuk dapat saling memanusiakan manusia yang satu dengan yang lain tanpa membeda-bedakan kasta, derajat, pangkat, ekonomi, pendidikan, dan suku yang dimiliki antara penutur dan lawan tutur. Setiap orang ingin saling disapa dan menyapa setiap bertemu dalam segala konteks kehidupan. Sapaan Mas, Mbak, Pak, Ibu, Dek, Saudara, Kak, Kawan, Sobat, Akang, Aa’, Teh, Teteh, Pake, Mboke, Mama, Mimi, Papa, Pipi, Ayah, Bunda, Simbah, Daeng, dan masih banyak kata sapaan lainnya yang dapat digunakan untuk saling menjaga rasa untuk saling menghargai antara penutur dengan lawan tutur dalam berbagai konteks kehidupan. Kata sapaan lainnya, seperi selamat pagi, siang, sore, malam, menjadi sangat mewarnai dalam komunikasi yang dilakukan antara penutur dan lawan tutur untuk mengawali percakapan. Kemudian ucapan, maaf, terima kasih, tolong, dll. Terasa akan sangat indah dan menyenangkan bagi penutur dan lawan tutur yang saling menjaga rasa hati, pikiran, dan ucapan dengan konteks tuturan psikopragmatik yang sangat menyenangkan.
Seorang penutur harus dapat mengukur rasa untuk dirinya sendiri pada ruang bicara pribadi sebelum diucapkan kepada orang lain pada ruang publik. Apabila tuturan yang diucapkan itu pada ruang pribadi terasa menyakiti dan menyakitkan untuk dirinya sendiri maka jangan sampai diksi itu diucapkan kepada orang lain pada ruang publik. Misalnya, kata bodoh, goblok, ndasmu, matamu, cangkemmu, miskin, ndeso, ndesit, dan masih banyak diksi-diksi lain yang lebih kasar atau bentuk kata makian yang beraneka ragam harus dihindari untuk dikatakan kepada lawan tutur pada ruang publik. Hal ini dikarenakan kata-kata tersebut apabila dikatakan pada ruang pribadi saja terasa menyakitkan dan tidak sopan maka jangan sampai digunakan kepada orang lain pada ruang publik.
Salah satu contoh faktual yang sudah terjadi, saat Gus Miftah mengatakan “Goblok” pada penjual es teh saat pengajian di Magelang Jawa Tengah, kemudian Presiden RI, Bapak Prabowo mengatakan “ndasmu” saat pidato politik ultah Partai Gerindra ternyata menjadi bahan perdebatan antara pantas dan tidak pantas, santun dan tidak santun, sopan dan tidak sopan bagi para pendengarnya. Mengapa tuturan tersebut diperdebatkan karena yang mengucapkan seorang pemimpin NKRI dan pejabat publik utusan khusus Presiden RI (Gus Miftah saat kejadian) yang seharusnya menjadi teladan bagi seluruh rakyat NKRI. Berbeda ceritanya ketika kata-kata “ndasmu” dan “goblok” diucapkan oleh seseorang yang tidak menjadi presiden dan pejabat publik, tidak berpangkat, dan dalam konteks pribadi bukan konteks ruang publik. Inilah pentingnya memahami teks, koteks, dan konteks dalam pengucapan tuturan kepada lawan tutur yang harus diukur dengan rasa di ruang publik sebelum digunakan kepada lawan tutur pada ruang publik dengan multikonteks kehidupan. Hati-hati dan waspada untuk berucap dan bertindak secara bijak harus lebih diutamakan agar dapat menjadi seorang penutur yang baik dan santun dalam bertutur dan menuliskan ide gagasannya secara tertulis dalam berbagai konteks kehidupan.
Proses belajar dan membelajarkan diri untuk dapat menjadi penutur yang baik, sopan, santun, dan dapat memanusiakan manusia secara bijak harus terus disosialisasikan dan dilatihkan kepada seluruh masyarakat NKRI. Hal ini sebagai upaya untuk mencegah orang berkata kasar, memaki, memfitnah, dan menyebarkan berita hoaks pada ruang publik pada era demokrasi yang bebas berkata, menulis, menggambar, bernyanyi, dan bebas segalanya. Boleh bebas tetapi harus terpimpin dan terikat pada aturan sosial, budaya, norma, yang dipahami dan digunakan pada ruang publik penutur dan lawan tutur gunakan. Dalam perspektif psikopragmatik, manusia harus dapat menghargai, menghormati, menjaga rasa, menjaga muka, dan menjaga martabat keluarga dan martabat bangsa untuk dapat merasakan hal sebaliknya untuk dapat dijaga, dihormati, dihargai, disayang, dan dijaga martabat pribadi, keluarga, dan bangsanya.
Jati diri seseorang dan bangsa bergantung pada jati diri dan bahasa yang digunakan secara baik, sopan, santun dalam berbagai konteks kehidupan. Oleh karena itu, sosialisasi dan proses belajar dan membelajarkan diri untuk dapat berkata yang baik dan santun, bersikap dan bertindak yang sopan dalam segala konteks kehidupan harus dimulai dari diri sendiri, ranah keluarga, ranah pendidikan dasar (Kelompok Bermain, TK A,B, SD,SMP, MTs), pendidikan menengah (SMA,MA,SMK), pendidikan tinggi, dan pendidikan berbasis masyarakat dan profesi, penggiat-penggiat literasi yang melingkupi kehidupan bermasyarakat dan bernegara berbasis teks, koteks, dan multikonteks kehidupan yang beragam. Oleh karena itu, marilah kita terus belajar untuk tersu mengamalkan 5B: Bersilaturahmi, Berkomunikasi, Berkolaborasi, Beraksi, dan berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) sebagai bekal dasar untuk dapat berkata dan bersikap yang baik, sopan, dan santun dalam kehidupan sehari-hari.
“Sudah saatnya kita kembali pada kehidupan yang nyaman, bahagia dengan tuturan kata yang baik, sopan, santun, saling menghargai, menghormati, menyayangi, dan mengakui kelebihan dan kekurangan masing-masing tanpa harus saling memaki, memfitnah, dan menjatuhkan satu dnegan yang lain”
Istana Arfuzh Ratulisa Surakarta, 27 Februari 2025
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
TRADISI KROBONGAN Oleh: Aris Prihatin SMPN 1 Manyaran, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Aris Prihatin Masyarakat J...
-
PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI Oleh : Wahyu Sri Ciptaningtyaswuri, S.Pd.SD Guru SDN Kaliayu, Cepiring, Kendal Jawa Tengah Wahyu Sri Ciptaning...
-
Kepala SMP Negeri 8 Surakarta, Triad Suparman, M.Pd beserta bapak ibu guru dan siswa foto bersama dengan karya tulisan kata-kata mutiara. ...
-
PERMAINAN OLAHRAGA DALAM PENJAS ADAPTIF BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Oleh : Agus Dwi Surahman, S.Pd Guru SLB BC YSBPD Wuryantoro, Wonogiri ...
Tidak ada komentar: