Guru dan Dosen Abad XXI Harus Bergerak sebagai Penggerak Literasi Ratulisa Agar Berdampak bagi Multigenerasi NKRI
Oleh: Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum.
Dosen PBSI FKIP UNS, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa & Diklisa
Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube/Tiktok: M. Rohmadi Ratulisa
 |
Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum. |
"Kawan, keberanian untuk mengambil pilihan dalam kesemestaan akan menjadi ruang mimpi dan imajinasi untuk mengabadikan kenangan sepanjang masa"
Kemendiktisaintek Republik Indonesia meluncurkan program Kampus Berdampak. Terkait dengan progam ini, tentu sebagai pendidik, guru dan dosen abad xxi harus menyambut gembira dan terus bergerak sebagai penggerak literasi Ratulisa (rajin menulis dan membaca) agar berdampak bagi seluruh masyarakat dan multigenerasi NKRI. Hal ini akan dapat menjadi pemantik dan penguat bagi guru dan dosen abad XXI di seluruh wilayah NKRI untuk melakukan evaluasi diri secara berkelanjutan terkait dengan visionernya sebagai guru dan dosen abad XXI yang kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif.
Sudahkah selama ini guru dan dosen abad XXI bergerak sebagai penggerak literasi Ratulisa agar dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat dan multigenerasi NKRI secara langsung dan nyata. Gerakan-gerakan guru dan dosen abad XXI tentu beraneka ragam yang terkait dengan tri dharma perguruan tinggi, baik itu gerakan untuk terus berliterasi dengan Ratulisa, gerakan pembelajaran inovatif, gerakan belajar bersama masyarakat, gerakan bersih lingkungan, gerakan berwirausaha, gerakan berkarya, gerakan berdialog pendidikan, literasi, bahasa, dan sastra (DIKLISA), dan gerakan-gerakan lainnya yang betul-betul berdampak nyata bagi seluruh masyarakat NKRI.
Berdasarkan permendikbud No. 23 tahun 2017 yang dahulu diluncurkan oleh pemerintah Republik Indonesia mengenai penguatan pendidikan karakter melalui gerakan literasi sekolah yang dicanangkan oleh pemerintah dengan membaca lima belas menit sebelum atau sesudah pelajaran di sekolah. Terkait dengan hal tersebut maka guru dan dosen abad XXI harus menjadi teladan dan penggerak untuk terus berliterasi dengan Ratulisa. Upaya ini dilakukan untuk membangun budaya membaca bagi peserta didik dan mahasiswa secara berkelanjutan. Selain itu, pembiasaan membaca ini juga dimaksudkan untuk membentuk karakter peserta didik di sekolah dan mahasiswa di kampus dalam rangka mendukung program pemerintah untuk mewujudkan revolusi mental sesuai perpres No. 87 tahun 2017 waktu itu dicanangkan Presiden Joko Widodo dan sekarang dilanjutkan Bapak Presiden Prabowo bersama Kabinet Merah Putih untuk menyiapkan generasi emas Indonesia. Pembiasaan membaca dan menulis ini bukan hanya untuk peserta didik dan mahasiswa tetapi guru dan dosen abad xxi juga harus menjadi teladan untuk membaca dan menulis bersama para peserta didik dan mahasiswanya. Gerakan literasi di sekolah bukan sekadar membaca tetapi juga menulis sebagai wujud ekspresi dan implementasi hasil bacaannya. Hasil membaca secara bertahap harus dapat diungkapkan kembali dalam bentuk tulisan sehingga menghasilkan karya nyata yang dapat dinikmati seluruh Masyarakat NKRI.
Berdasarkan deklarasi Praha tahun 2003 bahwa literasi bukan sekadar membaca tetapi juga menulis, juga mengidentifikasi, dan memahami aneka permasalahan sosial, bahasa, budaya yang berkaitan langsung dengan permasalahan masyarakat kekinian. Oleh karena itu, seorang guru dan dosen abad XXI harus kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif bagi masyarakat dan multigenerasi NKRI. Hal ini sebagai upaya bagi guru dan dosen abad xxi untuk dapat membuka cakrawala dan pengetahuan secara luas dengan berliterasi berbasis teknologi dan perpustakaan sekolah, perpustakaan daerah, perpustakaan kampus, dan perpustakaan nasional, baik secara cetak maupun digital.
Pemanfaatan media teknologi sebagai media literasi informasi harus dijadikan kebiasaan antara guru, dosen abad XXI dengan peserta didik dan mahasiswa secara sinergis dan berkelanjutan. Demikian juga gerakan-gerakan literasi yang dilatihkan ke peserta didik dan mahasiswa bersama-sama guru dan dosen abad XXI harus dapat memberikan dampak nyata kepada masyarakat melalui pengabdian kepada masyarakat yang nyata dan menjadi inspirasi bagi seluruh multigenerasi NKRI. Hal ini dapat dilakukan melalui giat-giat literasi Ratulisa di sekolah, di luar sekolah, dan aneka media yang digunakan, baik secara cetak maupun digital.
Gerakan literasi sekolah dan kampus harus dapat dijadikan media belajar dan pembelajaran bagi guru dan dosen abad xxi bersama peserta didik dan mahasiswanya secara maksimal dan bersinergis. Guru, dosen, mahasiswa, dan peserta didik tidak boleh malas membaca baik melalui media cetak maupun media digital karena semua tersedia dalam genggaman sekarang. Oleh karena itu, melalui gawai mereka dapat menelusuri media-media online yang dapat memberikan informasi dalam dan luar negeri secara langsung dan selalu update informasinya. Hal ini harus dilakukan secara individu dan kelompok dalam situasi diskusi ilmiah yang kreatif dan produktif dalam forum-forum diskusi guru, seperti KKG, MGMP, dan forum diskusi pembelajaran lainnya yang dapat difasilitasi oleh sekolah, dinas pendidikan, dan PGRI di seluruh wilayah NKRI.
Dosen pun juga dapat menjadikan asosiasi sebagai ruang untuk berdiskusi, bersilaturahmi, berbagi, dan bergerak untuk menjadi penggerak literasi Ratulisa ke 38 provinsi di NKRI. Komitmen untuk melek literasi informasi dan pengetahuan ini apabila ditumbuhkembangkan secara terus-menerus diyakini dapat menghasilkan karya fiksi dan nonfiksi untuk mendukung pelaksanaan program pemerintah agar guru dan dosen bergerak akan dapat memberikan dampak nyata kepada masyarakat di seluruh wilayah NKRI. Dengan demikian guru dan dosen abad XXI secara otomatis dapat menjadi penggerak literasi Ratulisa dan memiliki dampak nyata secara maksimal. Selain itu, guru dan dosen juga dapat melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan secara bertahap dan mandiri terus-menerus.
Guru & Dosen Harus Giat dan Menjadi Teladan Berlieterasi dengan Ratulisa
Guru dan dosen abad XXI harus giat dan menjadi teladan untuk menulis karya-karya terbaik, seperti buku, artikel jurnal, modul ajar, artikel media cetak, media online, media pembelajaran, model pembelajaran inovatif, dan aneka sumber literasi lainnya. Selain itu, guru dan dosen abad xxi harus dapat hasilkan karya-karya fiksi, seperti puisi, cerpen, novel, dan lain sebagainya, baik secara mandiri maupun berkelompok. Kemudian juga melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) bagi guru untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran di kelas, menulis artikel jurnal ilmiah, menulis modul pembelajaran, dan menulis buku. Selain itu, hasil PTK-nya dapat dipublikasikan melalui jurnal ilmiah dan juga seminar ilmiah, baik di tingkat nasional maupun internasional. Hal ini sebagai upaya pengembangan diri dan memotivasi para guru dan dosen kreatif & inovatif abad XXI untuk terus menulis dan menghasilkan karya inovatif. Kreativitas yang terus-menerus dilatih akan dapat menumbuhkembangkan softskill menulis dan hasilnya dapat diterbitkan ber-ISBN sehingga dapat dinikmati oleh seluruh elemen Pendidikan dan masyarakat di seluruh pelosok negeri, baik secara cetak maupun digital.
Komitmen diri para guru dan dosen kreatif abad XXI harus terus dilatih dan ditumbuhkan dengan terus berliterasi dengan Ratulisa untuk berkarya secaa nyata sebagai wujud guru dan dosen bergerak agar berdampak nyata bagi masyarakat NKRI. Hal ini selaras dengan semangat dan virus-virus positif yang digaungkan Muhammad Rohmadi Ratulisa “Ayo terus berliterasi dengan Ratulisa, membacalah untuk menulis dan menulislah untuk dibaca umat sepanjang hayat”. Selain itu, komitmen guru dan dosen abad XXI untuk berkarya dengan menulis diharapkan dapat “Ikut menyinari dunia, seperti bintang, bulan, dan matahari yang selalu menyinari bumi, baik tampak maupun tidak tampak oleh manusia”. Dengan demikian, guru dan dosen abad XXI sebagai penggerak literasi Ratulisa akan dapat memberikan teladan dan dampak nyata bagi multigenerasi NKRI sepanjang masa.
Inovasi pembelajaran guru dan dosen abad XXI di kelas dan luar kelas dapat diabadikan dalam bentuk karya buku ber-ISBN atau jurnal ilmiah secara bertahap dan berkelanjutan. Hal ini menjadi salah satu upaya untuk belajar dan membelajarkan bagi diri sendiri dan juga peserta didik. Artinya guru dan dosen abad XXI langsung menjadi teladan dalam berkarya, membaca, dan menulis sehingga para peserta didik dan mahasiswa tidak maido guru dan dosennya, “Apakah guru-guru dan dosen-dosen kita sudah membaca dan menulis kok menyuruh para siswa dan mahasiswanya untuk membaca dan menulis setiap saat?”. Ini sebagai refleksi dan perenungan untuk guru dan dosen abad XXI di seluruh wilayah NKRI. Oleh karena itu, diperlukan komitmen diri bagi para guru dan dosen kreatif abad XXI untuk terus berbenah dan berubah bahwa guru dan dosen harus giat menulis dan terus belajar sepanjang hayat. Jadilah teladan bukan sekadar memberi teladan dan jadilah contoh bukan sekadar memberi contoh bagi multigenerasi NKRI untuk terus bersilaturahmi dan berliterasi dengan Ratulisa.
Kondisi siswa dan mahasiswa yang bervariasi sikap dan perilakunya saat ini merupakan tantangan bagi para guru dan dosen kreatif abad XXI era digital. Hal ini menjadi kesadaran penuh bagi guru dan dosen abad xxi yang mengajar di sekolah swasta tentu berbeda situasi psikologis para siswanya dengan para guru dan dosen abad XXI yang mengajar di sekolah atau kampus negeri. Kemudian perlu disadari teknik dan strategi yang harus diterapkan untuk mendidik dan membimbing para peserta didik dan mahasiswa di sekolah SD/MI, tentu juga berbeda dengan SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK, dan demikian juga di kampus jelas berbeda. Semangat berkreasi dan berinovasi inilah yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat dan pemerintah dari guru-guru dan dosen kreatif abad xxi di tengah-tengah generasi milenial agar terus bergerak dan berdampak nyata bagi seluruh masyarakat dan multigenerasi NKRI.
Belajarlah untuk mengerti dan memahami serta pahamilah dengan belajar secara terus menerus apa yang dilihat dan didengarkan di lingkungan masyarakat. Yakinlah meskipun memahami sedikit tetapi apabila dilakukan secara konsisten dan ajeg maka akan menghasilkan karya yang hebat dan luar biasa. Berkaryalah dan berkreasilah dalam belajar dan membelajarkan genersi milenial dan gen-Z era digital wahai para guru dan dosen abad xxi di seluruh wilayah NKRI. Bangsa ini sedang menanti generasi muda yang dihasilkan guru dan dosen abad xxi dengan tangan-tangan kreatifnya. Selamat berjuang dan berkarya wahai para guru dan dosen abad XXI untuk generasi emas Indonesia. Jasamu akan terus dikenang peserta didik, mahasiswa, dan seluruh masyarakat NKRI sepanjang masa.
“Bergerak dan menggerakkan hati dan pikiran merupakan ikhtiar untuk dapat merealisasikan mimpi dan imajinasi dalam dunia nyata yang sedang dinikmati, dijalani, dan disyukuri secara berkelanjutan”
Istana Arfuzh Ratulisa Surabaya, 19 Mei 2025
Tidak ada komentar: