STARATEGI CERDIK SUNAN KALIJAGA DALAM BERDAKWAH

Print Friendly and PDF

STARATEGI CERDIK SUNAN KALIJAGA DALAM BERDAKWAH

Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum.

Guru Besar Ilmu Budaya, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta


Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum.

 


       Masyarakat Jawa tidak asing lagi dengan kidung yang sering disebut sebagai “kidung rumekso ing Wengi”. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, tersebut memiliki kekuatan yang sangat ampuh untuk menjaga keselamatan. Namun demikian, orang sering salah anggapan. Yang disebut kidung tersebut adalah masih golongan tembang macapat. Dalam sastra Jawa, ada tiga golongan tembang, pertama kakawin dari masa Jawa Kuna, kedua kidung dari masa akhir Majapahit, dan keempat adalah macapat dari masa Demak. 

       Menurut buku terbitan Tan Gun Swi di Kadhiri berjudul Serat Kidungan (1929) dinyatakan dalam bahasa Jawa bahwa “Kidungan punika sêrat kina pralambangipun ngèlmi Islam ingkang sajati, tuwin minăngka wêwarah pamujining kawula dhatêng Gusti, ikêtanipun Kangjêng Susuhunan Kalijaga: waliyullah”.  Hal tersebut menunjukan bahwa kidungan tersebut mengandung ajaran Islam yang diberikan oleh Sunan Kalijaga.

       Yang menarik bahwa bagian awal dari Kidung tersebut sama sekali tidak mencerminkan hal yang berkaitan dengan Islam. Kidung bait 1 dan 2 berupa seperti mantra sehingga orang sering menyebut kidung tersebut dengan sebutan kidung Mantra Wedha. Hal ini menjadi lebih menarik, karena mantra dikaitkan dengan Weda merupakan dua hal yang berkaitan dengan agama Hindu. Penyebutan ini mungkin dalam rangka akulturasi antara ajaran agama Hindu dan Islam. Memang di dalam kenyataan beberapa terminologi dari agama Hindu sering diambil untuk menyampaikan ajaran agama Islam. Sebagai contoh kata puasa, surga, neraka adalah kata-kata agama Hindu yang digunakan di dalam menyampaikan ajaran agama Islam. Hal ini dapat dimaklumi karena dengan cara seperti itu pengajaran agama Islam menjadi memiliki acuan dari kepercayaan yang sudah ada sebelumnya di pulau Jawa.

       Hal yang akan disampaikan dalam kidung Sunan Kalijaga tersebut adalah mengajak umat muslim untuk menghafal nama-nama dan nama-nama sahabat nabi. Namun demikian, satu langkah cerdik yang menarik dari Sunan Kalijaga sebelum materi pokok pengajaran nama-nama dan nama-nama sahabat nabi, diberikan suatu daya tarik bahwa kidung tersebut memiliki suatu khasiat yang luar biasa bagi masyarakat waktu itu. Dikatakan bahwa kidung itu akan menjaga malam, memberikan keselamatan, jauh dari gangguan setan, jauh dari gangguan orang jahat, serta terhindar dari sihir atau guna-guna. 

       Pada bait kedua khasiat dari Kidung tersebut dipertegas lagi bahwa Kidung tersebut dapat mengusir penyakit, mengusir hama tanaman, menjadikan orang mengasihi, semua kekuatan jahat akan, terhindar semua bisa akan menjadi tawar, binatang buas akan menjadi jinak, tempat-tempat angker tidak menakutkan lagi, bahkan dikatakan sangat luar biasa lagi Andaikan dibacakan kepada lautan maka lautan tersebut akan menjadi kering. 

       Ini adalah sebuah daya tarik yang luar biasa. Sunan Kalijaga pasti sudah memiliki pengetahuan tentang hasrat dan kebutuhan masyarakat pada waktu itu. Boleh karena itu, itu diciptakan demikian adalah untuk menarik minat masyarakat agar mau mempelajari tentang syariat Islam. 

       Cara mengajarkan nama-nama dan nama-nama pun dilakukan dengan cara yang unik. Dalam kepercayaan agama Islam percaya kepada nabi termasuk rukun iman yang tidak bisa ditinggalkan. Sementara itu mencintai rasulullah dan sahabat-sahabat adalah termasuk suatu kewajiban yang sangat dianjurkan dan merupakan perintah dari Allah sebagaimana perintah Allah dalam Alquran Surat Assyura 23.

       Ajaran Islam yang pertama-tama di adalah ajaran untuk mengenal para nabi. Di dalam kidungan ini tidak semua 25 nabi yang tercantum dalam Alquran disebutkan di dalamnya. Setelah beberapa para nabi disebutkan, selanjutnya disebutkan para sahabat nabi. Dalam menyebutkan para nabi dan sahabat nabi ini, sunan Kalijaga menggunakan teknik menempatkan nama-nama ini di dalam anggota badan manusia yang disebutkan sebagai "pan dadi sarira tunggal" atau menjadi satu tubuh. Berikut contoh kesatuan seorang pribadi dengan  Nabi dan para sahabat.  

napasku Nabi Ngisa linuwih | Nabi Yakub pamiyarsaningwang | Yusup ing rupaku mangke | Nabi Dawud swaraku | Jêng Suleman kasêktèn mami | Nabi Ibrahim nyawa | Edris ing rambutku | Bagendha Li kulit ingwang | gêtih daging Abubakar Ngumar singgih | balung Bagendha Ngusman

       Kutipan di atas menunjukan bahwa penghapalan nama-nama Nabi dan sahabat Nabi dengan cara dihubungkan dengan anggota badan. Isa sebagai nafas, Nabi Yakup sebagai pendengaran, Yusuf sebagai rupa, Nabi Dawub sebagai suara, Nabi Sulaiman sebagai kesaktian, Nabi Ibrahim menjadi nyawa, Nabi Idris menjadi rambut, Baginda Ali menjadi kulit, darah dan daging Abubakar dan Umar, sementara tulang dari Baginda Usman.

       Nabi-nabi yang disebutkan di sini adalah Nabi Sis, Nabi Musa, Nabi Isa, Yakup. Yusuf, Dawud, Sulaiman, Ibrahim, Idris, Ayub, Nuh, Yunus, Muhammad, Adam. Sementara sahabat yang disebutkan adalah Ali, Abu Bakar, Usman, Umar, Fatimah, Siti Aminah.

       Tembang ini sebenarnya ingin mengajarkan barangsiapa saja yang hatinya dekat dengan para Nabi dan para sahabat akan mendapatkan kekuatan rohani sehingga terhindar dari marabahaya. Para Nabi hakikatnya utusan Allah, yang hatinya dekat dengan utusan Allah, ibarat dekat dengan Allah juga sehingga selalu mendapat perlindungan Allah. Inilah kecerdikan Sunan Kalijaga dalam berdakwah melalui tradisi-tradisi yang sudah ada di Jawa.

.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top