PENINGKATAN KOMPETENSI WRITING DESCRIPTIVE TEXT KELAS VII G PADA PELAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP AND SOLO SMP NEGERI 1 NGADIROJO

Print Friendly and PDF

PENINGKATAN KOMPETENSI WRITING DESCRIPTIVE TEXT KELAS VII G PADA PELAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN  GROUP AND SOLO SMP NEGERI 1 NGADIROJO


Oleh: Murniati, Arin Arianti, Atika H

Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo


Murniati


       Bahasa Inggris memegang peranan penting di zaman sekarang. Bahasa inggris adalah bahasa yang banyak digunakan oleh orang-orang di seluruh dunia. Bahasa ini digunakan di berbagai bidang kehidupan; politik, ekonomi, sosial, pendidikan, hingga budaya. Untuk alasan itulah, maka pembelajaran bahasa Inggris menjadi penting untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah di Indonesia. 

       Selama ini pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah mengacu pada sistem pendidikan nasional Indonesia yang menjadi dasar pendidikan bagi seluruh masyarakat di Indonesia. Pembelajaran bahasa Inggris tidak sekadar dilaksanakan untuk memberikan kemampuan berbahasa asing, namun jauh melangkah ke depan untuk meningkatkan pengetahuan dan potensi yang dimiliki oleh orang-orang Indonesia. Ada 4 (empat) keterampilan dalam pembelajaran bahasa Inggris, yaitu reading, listening, writing, dan speaking. 

       Berdasarkan keempat keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan menulis sering sekali menjadi sorotan karena kurangnya motivasi dan penguasaan siswa dalam menulis bahasa Inggris terutama saat pelajaran berlangsung. Menurut Resmine eat all (2006) menulis merupakan hasil kegiatan seseorang menempatkan sesuatu pada sebuah dimensi ruang yang masih kosong. Sedangkan menurut Mulyono(1999) menyatakan bahwa menulis adalah penggambaran visual tentang pikiran, perasaan atau ide dengan menggunakan symbol system.

       Penulis yang selama ini tercatat sebagai guru Bahasa Inggris di SMP N 1 Ngadirojo khususnya di kelas VII tahun pelajaran 2023/2024 melakukan dan pengamatan pada saat menyampaikan materi.

       Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian secara pribadi, penulis dalam memilih model pembelajaran kurang tepat karena  masih terkesan memberikan model pembelajaran yang masih bersifat konvensional yaitu menggunakan metode ceramah. Hal ini menyebabkan aktivitas belajar dan kreativitas belajar siswa tidak nampak karena proses pembelajaran hanya berpusat pada guru sehingga proses belajar anak hanya sekadar merekam informasi saja dan tidak kreatif dalam mengemukakan ide-ide baru, Kelemahan dari model pembelajaran konvensional tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1) Pelajaran berjalan membosankan, 2) Siswa menjadi pasif dan hanya menulis saja, 3) Karena siswa pasif maka pengetahuan yang diperoleh mudah dilupakan, 4) Siswa hanya belajar dengan cara menghafal tanpa memahami makna dari pembelajaran itu sendiri.

       Untuk mengatasi berbagai permasalahan di atas, diperlukan metode pembelajaran yang dapat membuat keaktifan dan meningkatkan hasil belajar siswa sehingga peneliti menerapkan pendekatan model pembelajaran Group and Solo dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Menurut Basyirudin, metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara objektif. Dengan metode ini siswa akan aktif dalam pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran menjadi hidup dan tidak lagi pembelajaran yang terpusat pada guru.

       Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada peserta didik kelas VII G SMPN 1 Ngadirojo dengan menggunakan metode Group and Solo pada materi teks Descriptive membuktikan bahwa penggunaan metode ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII Selain itu, penggunaan metode ini dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VII dan tergolong pada kategori motivasi sangat tinggi.

       Pada siklus I  motivasi belajar peserta didik dengan kategori sangat tinggi mencapai hasil 30 siswa kemudian pada siklus II mencapai peningkatan menjadi 32 siswa. Sedangkan pada kategori motivasi belajar tinggi mengalami penurunan pada siklus I mencapai hasil 2 siwa menjadi 0 siswa pada siklus II. Peningkatan hasil motivasi peserta didik dengan kategori sangat tinggi tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode Group and Solo dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar. Jadi, dari hasil tersebut telah menunjukkan bahwa motivasi belajar peserta didik sejak awal sudah tinggi atau sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan peneliti yaitu 100% dengan kategori sangat tinggi. 

       Berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh observer, persentase hasil belajar peserta didik pada siklus I 97% sedangkan pada siklus II 100%. Hasil menunjukkan bahwa adanya peningkatan kegiatan peserta didik selama proses pembelajaran di siklus II. Pada siklus II ini, peserta didik sudah berani mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dengan cepat, berbicara dengan lantang ketika praktik ke depan kelas, serta aktif dalam kegiatan diskusi. Sedangkan sebelumnya pada kegiatan siklus I, peserta didik belum percaya diri tampil ke depan kelas dan belum berani mengajukan pertanyaan. Adanya interaksi peserta didik dengan guru dan keaktifan peserta didik di kelas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang terjadi pada komunikasi peserta didik dan peneliti. Hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peserta didik senang dan nyaman mengikuti pembelajaran menggunakan metode Group and Solo.





Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top