Bincang Politik di Indonesia dalam Perspektif Pragmatik

Print Friendly and PDF

Bincang Politik di Indonesia dalam Perspektif Pragmatik

   

Oleh: Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Pegiat LIterasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa


Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.


"Kawan, setiap diri memiliki kekeruangan dan kelebihan dalam segala konteks kehidupan karena kesempurnaan hanyalah milik sang pemilik semesta"


       Hari-hari terakhir ini layar kaca tv, youtube, handphone, dan setiap warung makan serta berbagai tempat wedangan, pos ronda, tempak ngopi topik pembicaraannya dipenuhi dengan aroma politik. Apa tho politik itu sebenarnya. Setiap orang mengatakan politik dalam berbagai konteks dapat memiliki makna tersirat dan tersurat dalam perspektif pragmatik. Dalam perspektif pragmatik, ada tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi itu menyampaikan informasi sesuai tuturan yang disampaikan. Tindak tutur ilokusi itu menyampaikan informasi yang disertai maksud dibalik ujaran yang disampaikan. Kemudian tindak tutur perlokusi itu menyampaikan maksud yang disertai maksud dibalik ujaran dan memberikan dampak kepada lawan tuturnya. Dengan demikian, bicara politik di Indonesia dapat menjadi media komunikasi langsung dan tidak langsung untuk menyampaikan maksud secara langsung dan lugas yang disebut dengan makna tersurat dan makna yang tersembunyi disebut dengan makna tersirat. 

       Semua masyarakat Indonesia perlu memahami makna leksikal politik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa KBBI V, politik berarti (1) pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang system pemerintahan, dasar pemerintahan), (2) segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain, (3) cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah); kebijakan. Dengan demikian, politik sebenarnya memiliki makna leksikal yang lugas dan jelas. Politik menjadi jalan menuju perbuatan yang baik dan kemaslahatan untuk rakyat dan umat apabila dijalankan oleh orang yang tulus ikhlas dan baik budi pekertinya. Namun demikian, politik yang dijalankan orang yang hatinya tidak bersih dan memiliki niat yang tidak baik tentunya juga akan berakibat buruk atau negatif bagai seluruh umat manusia dalam suatu komunitas masyarakat atau negara.  Politik di Indonesia baik dan buruk akan sangat bergantung pada siapa yang memainkan peran politik tersebut dalam segal konteks penggunaannya.

       Pemahaman terhadap politik baik dan buruk akan sangat bergantung pada konteks penggunaannya serta siapa pelakunya. Hal ini bergantung konteks tuturan politik tersebut saat digunakan. Misalnya: Kang Mamad: “Politik di Indonesia mulai memanas ya Kang Yus?” Kang Yusak:”Ya Kang,  berita isinya politik calon presiden dan calon wakil presiden?. Kang Mamad: “Lha ya tha, ga bahaya tha Kang Yus kalau kita bicara masalah politik? Kang Yusak: “Ya tidak apa-apa Kang Mamad, justru kita harus memahami apa itu politik, agar tidak hanya dipolitiki oleh orang-orang yang suka main politik. Kang Mamad: “Iya ya, benar juga kamu Kang. Jadi mulai sekarang kita sebagai wong cilik yo harus tahu mengenai politik ya Kang Yusak”. Kang Yusak: “Benar Kang Mamad, agar kita ikut serta berpartisipasi ikut menentukan pemimpin Indonesia yang benar-benar tulus Ikhlas untuk menyejahterakan rakyat dan memajukan Indonesia tercinta. (MR_Bandara Jakarta_9 November 20203).

       Merujuk percakapan Kang Mamad dan Kang Yusak tersebut dapat dipahami tindak tutur lokusi yang menyampaikan informasi, seperti: Kang Mamad: “Politik di Indonesia mulai memanas ya Kang Yus?” Kalimat tersebut merupakan kalimat tanya yang menanyakan terkait dengan kondisi politik di Indonesia saat ini. Namun demikian kalimat tersebut juga dapat mengandung ilokusi ketika dilanjutkan percakapannya dengan lawan tutur yang terlibat langsung dalam dunia politik. Kemudian tindak tutur ilokusi juga tampak pada kalimat Kang Yusak:”Ya Kang,  berita isinya politik calon presiden dan calon wakil presiden?.  Kalimat tersebut merujuk pada konteks berita-berita yang dilihat pada televisi, media sosial, youtube, dan aneka percakapan masyarakat yang ditemuinya. Selain itu, perlokusi juga dapat dipahami melalui kalimat, Kang Mamad: “Lha ya tha, ga bahaya tha Kang Yus kalau kita bicara masalah politik? Merujuk kalimat tersebut dapat dipahami maksud tersurat, tersirat, dan dampak pemantiknya bagi lawan tuturnya. Apabila dilanjutkan pertuturan tersebut dapat semakin seru dan menarik bagi partisipan yang mengikutinya.

       Pembicaraan masalah politik boleh-boleh saja bagi seluruh masyarakat Indonesia agar dapat menjadi sumber literasi untuk berpikir kritis dan menangkal berita-berita hoaks. Hal ini perlu dilakukan proses edukasi politik kepada seluruh masyarakat terkait dengan politik di Indonesia. Kalau masyarakat memiliki rasa tidak percaya kepada para politikus ya jangan disalahkan karena minimnya edukasi, literasi dengan ratulisa (rajin menulis dan membaca), dan pemahaman terhadap politik bagi masyarakat. Itulah tugas para politikus pusat dan daerah untuk melakukan sosialisasi dan edukasi dengan ratulisa kepada seluruh masyarakat di Indonesia. Jangan hanya menyalahkan tetapi juga harus memberikan solusi positif dan keratif kepada seluruh masyarakat NKRI.

       Terkait dengan konteks politik calon presiden dan wakil presiden yang saat ini sedang berproses dan berlangsung, mengapa harus saling khawatir? Kala para calon presiden dan wakil presiden serta partai politik dan pendukungnya memiliki niat baik, ikhlas, tulus, untuk mencari ridha Tuhan pemilik semesta dan bertujuan menyejahterakan rakyat, memberikan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan memajukan bangsa Indonesia tercinta tidak perlu takut, khawatir, atau ragu-ragu. Siapa pun yang maju, tidak ada masalah, rakyat yakin 6 orang sebagai calon presiden dan wakil presiden itulah putra Indonesia sebagai calon terbaik dari 270 juta rakyat Indonesia. Yakinlah bahwa semua calon Presiden RI tahun 2024 sebagai penerus Bapak Presiden sebelumnya, Bapak Suharto, Bapak Gus Dur, Ibu Megawati Soekarno Putri, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Bapak Joko Widodo telah tertulis pada lauhul mahfudz. Jadi tidak perlu khawatir, wahai para calon presiden RI yang akan maju dalam kompetisi pemilu 2024. Yakinlah dan mohonlah kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk diberikan Amanah sesuai dengan kompetensi hardskill dan softskill yang dimiliki masing-masing.  

       Niat tulus, ikhlas, dan diniatkan hanya untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan niat terbaik yang harus dimiliki oleh para calon presiden, calon wakil presiden, calon legislatif, baik di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota di 38 provinsi. Bangunlah sistem keyakinan dan keihklasan sepenuh hati kepada sang pemilik semesta untuk maju menjadi pemimpin dan wakil rakyat Indonesia. Alangkah indahnya ketika para politikus, ketua umum partai politik dan jajarannya untuk duduk bersama, musyawarah membahas berbagai persoalan bangsa dan menyelesaikannya secara gotong-royong untuk mewujudkan Indonesia maju yang disegani dunia karena kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa Indonesia tercinta. 

       Sebaiknya para politikus menjadi teladan bahasa yang baik, santun, dan santuy yang menyejukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Bapak Presiden Joko Widodo sebagai Presiden RI juga harus memberikan teladan yang terbaik untuk seluruh rakyat Indonesia sebagai orang yang dituakan dan diberikan amanah untuk memimpin Indonesia dua periode. Tunjukkan netralitas dan integritas Bapak Joko Widodo sebagai seorang Presiden RI dan negarawan yang disegani oleh seluruh rakyat Indonesia. Jelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami rakyat, jangan dengan bahasa politik yang meresahkan dan membuat bingung seluruh rakyat Indonesia. Seluruh rakyat Indonesia memerlukan ketenangan batin untuk dapat fokus memikirkan dan memperjuangkan sesuap nasi untuk makan hari ini dan memikirkan besok mau makan apa. Itulah kondisi rakyat Indonesia belum sama rata dan sama rasa di 38 provinsi di Indonesia dalam analisis ekonomi sosial pragmatik saat ini.

       Wahai para pelaku politik di Indonesia, mulailah dengan berpolitik yang jujur, berintegritas, santun, dan santuy dalam berbagai konteks kehidupan bermasyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Seorang politikus yang baik harus dapat memanusiakan manusia dengan merasakan apa yang dirasakan oleh rakyatnya dalam segal situasi dan kondisi terbaik atau terburuknya. Selamat belajar berpolitik dan memahami politik yang baik-baik saja bukan dengan emosi tetapi dengan hati dan pikiran yang jernih untuk sang pemilik semesta sepanjang masa. Turutlah serta menyinari dunia, seperti Bintang, bulan, dan matahari yang selalu menyinari bumi, baik tampak maupun tidak tampak oleh manusia.

“Keheningan hati dan jiwa dengan segala rasa, cipta, dan karsa akan menjadi pilar penyangga untuk wujudkan mimpi dan perjuangan yang nyata dalam pelukan semesta.

Batusangkar Padang, 9 November 2023 



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top