PENERAPAN PLALTFORM MERDEKA MENGAJAR TOPIK DISIPLIN POSITIF UNTUK MEMBUAT KESEPAKATAN DI KELAS XII MIPA 3 SMA NEGERI 1 BOYOLALI

Print Friendly and PDF

PENERAPAN PLALTFORM MERDEKA MENGAJAR TOPIK DISIPLIN POSITIF UNTUK MEMBUAT KESEPAKATAN DI KELAS XII MIPA 3 SMA NEGERI 1 BOYOLALI

Oleh:  Ristanti Yustin, S.Pd. M.Pd

SMA Negeri 1 Boyolali Jawa Tengah


Ristanti Yustin, S.Pd. M.Pd


        Menurut Ki Hajar Dewantoro disiplin yang kuat adalah syarat utama untuk mencapai kemerdekaan. Peserta didik tidak lepas dari perintah namun  harus disiplin dan cakap memerintah diri sendiri. Budaya positif merupakan kebiasaan yang yang bernilai positif dan telah disepakati bersama dan dijalankan dalam waktu lama. Dalam pembiasaan, dibutuhkan kedisiplinan, konsistensi dan konsekuensi Mengingat terdapat bermacam keunikan dari peserta didik pada setiap kelas.

       Dalam konteks pendidikan untuk menciptakan peserta didik yang merdeka diperlukan disiplin yang kuat. Guru bisa menyuruh anak melakukan hal yang mereka senangi dan membuka dialog dengan mereka, sehingga peserta didik merasa senang dan dihargai saat melakukan sesuatu. Perilaku  yang membiasakan bertindak dan melakukan hal-hal baik adalah budaya positif. Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada peserta didik agar peserta didik dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab sesuai Profil Pelajar Pancasila salah satu upaya menumbuhkan budaya positif di sekolah. Penerapan disiplin positif di sekolah mulai berkurang karena anak sudah terbiasa belajar di rumah melalui daring tanpa aturan yang mengikat dan merasa bebas di posisi inilah guru sebagai penuntun mempunyai peranan sangat penting dalam menumbuhkan kesadaran peserta didik akan perilaku disiplin.

       Kesepakatan kelas merupakan keyakinan kelas yang salah satu disiplin positifnya bisa kita terapkan dalam membangun budaya positif di sekolah. Dengan adanya keyakinan kelas di setiap kelas diharapkan dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang berorientasi kepada Profil Pelajar Pancasila. Pembentukan keyakinan kelas memiliki dampak yang besar terhadap keberhasilan pembelajaran. Apabila guru dan peserta didik membuat keyakinan kelas dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran, maka akan berpengaruh pada perubahan tingkah laku peserta didik. Perubahan tingkah laku ini juga akan berujung pada terbentuknya  budaya positif di kelas. Untuk itu, keyakinan yang baik tidak hanya digunakan dalam pembelajaran saja, namun perlu juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, untuk membangun budaya positif di sekolah langkah yang dapat ditempuh adalah memulainya dengan membangun budaya positif di kelas melalui komunikasi efektif. 

       Motivasi perilaku seseorang terdiri dari 3 level, yaitu karena takut dan menghindari hukuman, karena ingin mendapatkan hadiah / penghargaan dan yang terakhir karena ingin menghargai diri sendiri. Dalam hal ini, selain mengajar, guru dapat membimbing peserta didik untuk membuat keyakinan kelas. Sebuah keyakinan yang dibuat bersama semua anggota kelas yaitu guru dan peserta didik, Dengan adanya keyakinan kelas diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik. Yakni disiplin diri yang muncul dari dalam diri (motivasi intrinsik). Disiplin positif yang diterapkan melalui keyakinan kelas pada akhirnya dapat meningkatkan kesadaran peserta didik dan memunculkan motivasi intrinsik dalam membentuk karakter positif.

       Disiplin positif  dalam pembelajaran dilakukan melalui pendekatan mendidik anak untuk kontrol diri dan pembentukan kepercayaan diri, disiplin berbeda dengan hukuman meskipun disiplin sering diterapkan dengan menggunakan teknik hukuman di dalam kelas, disiplin positif ditunjukkan untuk mengembangkan hubungan yang saling menghormati, bersikap ramah namun tegas pada saat yang sama bukan berarti kasar keras dengan berbagai hukuman atau bersikap permisif. Oleh karena itu penerapan disiplin positif memerlukan beberapa asas yang meliputi : saling menghormati antar pendidik, orang tua, maupun orang yang tidak kenal; mengidentifikasi motif tindakan / perilaku peserta didik; komunikasi yang efektif dan keterampilan memecahkan masalah; berdisiplin; fokus pada solusi bukan hukuman; memberikan dorongan bukan pujian dorongan menunjukkan upaya dan perbaikan tidak hanya kesuksesan dan membangun harga diri dan pemberdayaan jangka panjang. Dengan adanya keyakinan kelas diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik, yaitu disiplin diri yang muncul dari dalam diri (motivasi intrinsik).

       Peserta didik kelas 12 SMA Negeri 1 Boyolali merupakan peserta didik yang terakhir menggunakan pembelajaran kurikulum 2013, sementara kelas 10 dan kelas 11 menggunakan pembelajaran kurikulum merdeka. Setelah ikut mempelajari pembelajaran berdiferensiasi melalui PMM (Platform Merdeka Mengajar) penulis merasa tertarik untuk menggunakan topik disiplin positif pada peserta didik kelas 12 MIPA 3 guna membangun kesepakatan dan budaya yang baik, dari beragam latar belakang, perilaku dan sosial budayanya.

Cara Membuat Keyakinan Kelas

       Dalam penerapan topik disiplin positif untuk membuat kesepakatan/ keyakinan kelas dalam meningkatkan budaya positif dapat dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut:

       Peserta didik menulis keyakinan yang mereka inginkan. Guru bisa mengajak peserta didiknya untuk menuliskan keyakinan ataupun pertanyaan universal yang mereka inginkan, selama masa proses pembelajaran dalam satu semester ke depan. 

       Hal ini penting untuk dapat menampung keinginan dari peserta didik, supaya lebih semangat lagi dalam belajar. Penulis membuka aplikasi padlet untuk kelas XII MIPA 3, dan melalui link yang tertaut peserta didik menulis keyakinan yang berupa tata tertib atau kesepakatan perilaku yang diinginkan dari masing-masing peserta didik.

       Guru dan peserta didik mengulas keyakinan yang telah tertulis. Lewat tayangan media pembelajaran,  semua peserta didik dan dibimbing guru bersama-sama melakukan proses untuk merumuskan keyakinan kelas bisa dilanjutkan dengan mengulas keyakinan kelas.

       Guru dan peserta didik memilah keyakinan kelas yang penting. Tahap yang selanjutnya yaitu memilah berbagai keyakinan kelas yang penting. Jadi, bila terdapat pernyataan yang sejenis, dapat diambil salah satu yang paling universal.

       Mengubah keyakinan kelas menjadi kalimat positif. Kemudian, proses untuk merumuskan keyakinan kelas dengan lanjut ke tahap untuk mengubah keyakinan kelas yang sudah ada, demi menjadi kalimat yang positif.

       Mengecek dan menyepakati keyakinan kelas. Tahap yang terakhir yaitu mengecek kembali keyakinan kelas serta menyepakatinya. Tujuannya yakni supaya tidak ada keyakinan kelas yang rancu, dan semua pihak di kelas (peserta didik serta guru) bisa memegang tanggung jawab atas keyakinan kelas dengan baik.

       Hasil dari proses pembuatan kesepakatan berupa keyakinan kelas XII MIPA 3 SMA Negeri 1 Boyolali sebagai berikut: Religius. Menjalankan sholat berjamaah tepat waktu di masjid secara disiplin. Spirit. Mengikut kegiatan pembelajaran dan selalu menjaga kondisi kelas dengan semangat, produktif , supportif dan kondusif. Responbility. Menjaga kekompakan kelas, menghargai, menghormati antar teman  dengan bertutur kata baik, lembut dan sopan serta mengedepankan tata krama dalam bertingkah laku. Environment. Melaksanakan piket, wajib membuang sampah, menjaga kebersihan, kerapian, dan keindahan kelas.

Tantangan

       Dalam melaksanakan kegiatan ini, tantangan yang kami hadapi antara lain adalah: Konsistensi yang dimiliki oleh warga kelas/ sekolah yang terkadang masih kurang sehingga keyakinan kelas tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal. Kendala lain yang kami hadapi dalam melaksanakan praktik baik ini adalah masih banyaknya guru yang menggunakan metode pembelajaran yang tidak berpusat pada anak. Guru lebih suka berada dalam zona nyaman dengan model pembelajaran yang dilakukan. Semangat melakukan kreatifitas dan inovasi dalam pembelajaran masih tergolong rendah. Komitmen untuk melaksanakan pembiasaan budaya positif masih kurang.

       Untuk mengatasi tantangan atau kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut antara lain untuk meningkatkan kedisiplinan dan konsistensi dalam menerapkan budaya positif baik di kelas maupun di lingkungan sekolah. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang mendorong praktik baik budaya positif dapat terlaksana dengan maksimal. Mendorong para guru agar menjadi teladan yang baik bagi peserta didik.

       Dalam melaksanakan praktik baik ini memerlukan dukungan dari Kepala sekolah sebagai penanggungjawab dan pembina kegiatan. Seluruh warga sekolah terutama rekan guru dan peserta didik agar tindakan yang telah disusun dapat dilakukan secara lancar dan menyeluruh. Sarana dan prasarana untuk menumbuhkan budaya positif di sekolah. Dukungan orang tua peserta didik untuk melakukan budaya positif di rumah.

       Tolak ukur keberhasilan keyakinan kelas yaitu terciptanya merdeka belajar bagi anak (dengan bebas dalam mengemukakan berbagai pendapat demi keyakinan-keyakinan yang ingin mereka sepakati bersama). Peserta didik dapat menjalankan kesepakatan kelas tanpa adanya tekanan. Terjalinnya komunikasi yang aktif antara guru dengan peserta didik. Anak didik dapat menjalankan keyakinan kelas dengan secara luas (di sekolah dan juga dirumah).

Refleksi

       Motivasi terbaik anak dalam melaksanakan disiplin adalah motivasi internal. Tugas guru adalah menuntun anak agar anak mempunyai kesadaran / kontrol diri terhadap perilakunya (motivasi intenal) dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena anak mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal yang diyakini bukan karena faktor eksternal (hukuman dan penghargaan).

       Posisi kontrol terbaik seorang guru ketika menyikapi pelanggaran atau kesalahan anak adalah posisi sebagai manajer. Posisi Manager adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan peserta didik, mempersilakan peserta didik untuk mempertanggungjawabkan perilakunya, dan mendukung peserta didik agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.

       Tindakan yang tepat dalam menyikapi kesalahan/ pelanggaran peserta didik adalah menggunakan tahapan segitiga restitusi. Restitusi adalah salah satu upaya dalam mewujudkan budaya positif saat anak melakukan pelanggaran atas nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati. Melalui restitusi, ketika peserta didik berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang memungkinkan peserta didik untuk membuat evaluasi internal tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya. Restitusi akan mengubah identitas anak dari orang gagal menjadi orang sukses dengan karakter yang lebih kuat dari sebelumnya.

       Perlunya membuat keyakinan/ kesepakatan kelas sebagai upaya  mewujudkan budaya positif di kelas/sekolah. Dalam menciptakan Budaya Positif di sekolah diperlukan kerja sama, kolaborasi dan komunikasi yang efektif antara kepala sekolah, rekan sejawat, tenaga kependidikan lain, peserta didik, orang tua dan masyarakat sekitar.

       Kegiatan saat peserta didik menulis keyakinan kelas yang berupa tata tertib atau kesepakatan perilaku yang diinginkan dari masing-masing peserta didik ke link padlet yang tertaut.

       Kegiatan saat semua peserta didik dan dibimbing guru bersama-sama melakukan proses untuk merumuskan keyakinan kelas bisa dilanjutkan dengan mengulas keyakinan kelas pada media yang ditayangkan

       Kegiatan merumuskan keyakinan kelas dengan lanjut ke tahap untuk mengubah keyakinan kelas yang sudah ada, demi menjadi kalimat yang positif.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top