MENINGKATKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS MENULIS GEGURITAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER PESERTA DIDIK KELAS IX A SMP ISLAM RUMPUN MUSLIM JATISRONO

Print Friendly and PDF

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS MENULIS GEGURITAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER PESERTA DIDIK KELAS IX A SMP ISLAM RUMPUN MUSLIM JATISRONO


Oleh: Fatimah Tunjung Kasih, S.Pd.

Guru Mapel Bahasa Jawa SMP Islam Rumpun Muslim Jatisrono, Wonogiri Jawa Tengah


Fatimah Tunjung Kasih, S.Pd.


      Ditengah arus globalisasi dan modernisasi saat ini kemampuan seseorang menggunakan bahasa daerah semakin berkurang. Hal ini dikarenakan banyak yang memilih menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa asing sebagai bahasa komunikasi keseharian. Keadaan inilah yang menuntut para orang tua maupun guru untuk memberikan pemahaman dan pembelajaran bahasa daerah terutama bahasa Jawa. Sehingga bahasa Jawa tidak punah ditelan zaman.

       Bahasa Jawa merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia yang harus dilestarikan dengan cara memahami dan diaplikasikan dalam kehidupan keseharian. Sebab bahasa memiliki peran penting sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi sosial. Menurut Affa Azmi Rahman Nada (2021: 393) bahwa bahasa adalah cermin diri seorang yang memiliki tutur kata bahasa yang baik akan dianggap oleh orang lain sebagai seseorang yang mungkin memiliki jiwa yang luhur ataupun bijaksana. Selain sebagai alat komunikasi bahasa juga digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan diri. Contohnya seorang penulis menggunakan bahasa untuk mengungkapkan sesuatu yang ada di dalam pikirannya menjadi tulisan.

      Dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar tentunya tidak terlepas dari pengajaran dan pendidikan bahasa di sekolah. Para guru bahasa mengajarkan bagaimana penggunaan kata yang tepat dan sesuai dengan kaidah penggunaannya di kehidupan sehari-hari. Terutama bagi guru pengampu mata pelajaran bahasa Jawa yang saat ini dihadapkan berbagai permasalah dalam proses pembelajaran. Salah satunya dalam pembelajaran materi geguritan. 

      Menurut Waluyo (2010: 29) geguritan yaitu bentuk karya sastra yang mengungkapkan perasaan serta pikiran pengarang melalui daya imajinatif dan dibentuk dengan cara pemusatan seluruh kekuatan bahasa pada struktur fisik maupun struktur batinnya. Bisa dikatakan geguritan merupakan suatu karya sastra wujud puisi menggunakan bahasa Jawa.

      Berdasarkan pengalaman empiris yang dialami penulis sebagai guru bahasa Jawa kelas IX A SMP Islam Rumpun Muslim Jatisrono, Wonogiri bahwa praktik menulis geguritan masih sedikit yang hanya berfokus pada pembelajaran bersifat teori. Selain itu dalam pembelajaran metode yang digunakan oleh guru masih konvensional belum menggunakan metode-metode bersifat inovatif dan kreatif yang dapat mengembangkan kreativitas menulis geguritan. 

       Dampaknya hasil pembelajaran menulis geguritan oleh siswa rendah dan siswa tidak memiliki antusias menulis geguritan. Hal ini ditandai nilai hasil menulis geguritan masih tergolong rendah atau tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Perolehan nilai dari hasil penulisan geguritan siswa kelas IX A sejumlah 18 siswa sebanyak 5 siswa yang mencapai nilai Ketuntasan sedangkan sebanyak 13 siswa belum mencapai nilai Ketuntasan. 

       Berdasarkan hasil pengamatan rendahnya nilai siswa dalam materi menulis geguritan disebabkan beberapa hal diantaranya ketika guru menerangkan materi geguritan banyak siswa yang ramai sendiri yang menjadikan suasana kelas tidak kondusif, siswa belum mampu menemukan kosa kata yang tepat ketika menulis geguritan, kurangnya kemampuan siswa mengembangkan imajinasi dalam menulis geguritan, selain itu guru belum menemukan metode yang sesuai dan tepat dalam pembelajaran menulis geguritan. 

       Salah satu cara meningkatkan kemampuan kreatifitas menulis geguritan, penulis menggunakan salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif numbered head together (NHT).  Menurut Triyanto (2007) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif numbered head together memiliki kelebihan yaitu dapat meningkatkan prestasi peserta didik, memperdalam pemahaman peserta didik, menyenangkan peserta didik dalam belajar, mengembangkan sikap kepemimpinan peserta didik, mengembangkan rasa percaya diri peserta didik, mengembangkan rasa saling memiliki, mengembangkan ketrampilan-ketrampilan masa depan.

      Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran menulis geguritan menggunakan model pembelajaran numbered head together sebagai berikut: 1) Guru membagi siswa beberapa kelompok antara 3 sampai 5 kelompok. Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor dan pemberian nomor pada topi siswa. 2) Guru memberikan tugas dan semua kelompok mengerjakannya serta siswa aktif bekerja  dalam kelompok. 3) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil untuk melaporkan atau mempresentasikan hasil kerjasamanya. 4) Siswa lain menanggapi kemudian guru menunjuk nomor yang lain. 5) Setelah semua perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya kemudian dilanjutkan dengan kesimpulan kegiatan pembelajaran.

       Setelah ditetapkan model pembelajaran kooperatif numbered head together pada pembelajaran menulis geguritan kepada siswa kelas IX A SMP Islam Rumpun Muslim Jatisrono mampu menjadikan siswa aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran. Kondisi ini juga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar dapat diketahui setelah diadakan ulangan harian materi menulis geguritan kepada siswa kelas IX A yang hasilnya dengan jumlah 18 anak, semua mencapai nilai di atas batas nilai yang telah ditetapkan. Peningkatan lain terlihat siswa lebih kreatif dalam menulis geguritan, lebih aktif belajar dan karakter sopan santun kepada guru maupun sesama taman. 



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top