Swahipnosis untuk Membangun Kepercayaan Diri Terampil Berkomunikasi dalam Perspektif Psikopragmatik

Print Friendly and PDF

Swahipnosis untuk Membangun Kepercayaan Diri Terampil Berkomunikasi dalam Perspektif Psikopragmatik

Oleh: Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Pegiat LIterasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa

Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum


"Kawan, kekuatan mimpi dan imajinasi yang mengakar pada hati dan pikiran akan selalu menjadi kekuatan diri untuk memperjuangkanya tiada henti dalam doa dan kerinduan sepanjang masa"

  Setiap saat manusia memerlukan komunikasi dengan lawan tutur, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam multikonteks kehidupan yang beragam. Konteks keluarga, sekolah, kampus, masyarakat, dan multikonteks kehidupan lainnya menjadi salah satu unsur untuk mengetahui berbagai konteks permasalahan hidup setiap manusia. Identifikasi permasalahan masing-masing diri manusia sangat beragam dengan problematika yang berbeda-beda sehingga akan kekuatan diri untuk dapat mengobati dan menyelesaikan masalahanya sendiri dengan swahipnosis dalam perspektif psikopragmatik menjadi alternatif solusi bagi setiap manusia dengan berbagai konteks permasalahannya masing-masing.

       Hipnosis sesuai dengan makna leksikal KBBI online merupakan keadaan seperti tidur karena sugesti, yang pada taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali. Implementasi hipnosis dengan swahipnosis ini harus melibatkan konteks permasalahan yang dihadapi oleh seorang penutur dengan tujuan yang ingin dicapai untuk disampaikan, baik secara tersirat dan tersurat kepada lawan tutur dan partisipannya. Dengan demikian penutur dapat menyugesti atau meyakinkan dirinya sendiri untuk dapat memengaruhi dan meyakinkan lawan tutur dan partisipannya.

  Berbicara masalah swahiponosis ini memiliki konteks keberagaman pemanfaatannya. Salah satu contoh, hasil penelitian yang dilakukan oleh Saudara Safinatul Hasanah Harahap dari Universitas Negeri Medan yang saat ini, Senin, 26 Juni 2023 sedang menyelesaikan studinya dengan ujian tahap ke-1 pada program doktor Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang dipimpin oleh Kaprodi, Bapak Dr. Andoyo, M.Pd. Penelitian disertasi ini membahas mengenai implementasi swahipnosis dalam pembelajaran drama. Dalam penelitian ini dijelaskan bagaimana swahipnosis untuk membangun sistem keyakinan dan kepercayaan diri dalam bermain drama secara intensif, baik pralatihan, saat bermain, dan pascabermain dengan menerapkan model investigasi kelompok. Berdasarkan konteks penelitian ini dapat dibandingkan dengan kondisi manusia yang kurang percaya diri berbicara didepan publik. Obat paling tepat untuk dapat menyelesaikan masalah kekurangpercayaan diri dalam berkomunikasi tersebut jelas dengan membangun sistem keyakinan diri untuk menyampaikan maksud ujaran secara tersirat dan tersurat yang terikat konteks tuturan. Hal ini sering penulis sebut dengan swahipnosis dalam psikopragmatik maka setiap individu akan mampu bangkit dan menyugesti dirinya sendiri untuk berani tampil dan menyampaikan maksudnya di depan publik. Psikopragmatik merupakan interdisipliner linguistik yang menggerakkan kompetensi psikopragmatik seseorang dengan menyampaiakan maksud ujaran, baik secara lisan dna tulis yang terikat konteks.

  Kondisi kejiwaan sesorang sangat beragam dalam multikonteks kehidupan. Kejiwaan sesorang yang sedang senang, susah, gelisah, gembira, merana, sedih, dan sedang mengalamai beban penderitaan dalam kehidupan yang beragam. Kekuatan kata yang dikeluarkan seseorang dalam berkomunikasi akan sangat berdampak pada lawan tutur di sekelilingnya. Tindak tutur yang berdampak positif dan negatif bergantung energi yang akan disampaikan kepada lawan tutur, baik tersirat maupun tersurat. Keberagaman teknik berkomunikasi sesorang untuk menerapkan swahipnosis dalam perspektif psikopragmatik ini dapat dilakukan oleh siapa pun dalam konteks apa pun. Modal dasar untuk dapat mengimplementasikan swahipnosis dalam perspektif psiopragmatik ini untuk menyugesti dan membangun sistem keyakinan atau kepercayaan pada diri sendiri saat menyampaikan ide dan pendapatnya kepada orang lain.

  Swahiponsis ini menjadi salah satu alternatif solusi membangun kepercayaan diri dan keberanian untuk menyampaikan tujuan tuturan verbal, yang didasarkan pada pengalaman dan kekayaan reportoar bahasa, baik secara direktif, partisipatif, pengulangan, imajinatif, dan kolaboratif. Keberanian untuk berlatih dalam berbagai kegiatan pembelajaran di kelas dan luar kelas diharapkan dapat menjadi teknik penguatan kepercayaan diri secara beragam dan bertahap. Kolaborasi swahipnosis dengan segala konteks pengalaman diri yang dimiliki dan Teknik kolaborasi dengan psikoliterasi dan psikopragmatik secara komperehensip maka diharapkan dapat menjadi kekuatan diri dengan karakter yang kuat dan menjadi teladan dalam bertutur, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam multikonteks kehidupan multigenerasi NKRI. Selain itu, swahipnosis dalam perspektif psikopragmatik ini juga sangat bermanfaat untuk memotivasi diri agar terus berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dna membaca) di beranda istana arfuzh tercinta. Dengan demikian, motivasi diri akan terjaga sambil menikmati indahnya kelopak bunga matahari yang tersenyum dengan mahkota menguning keemas an sebagai bukti terus menyinari bumi sepanjang hari, seperti bintang, bulan, dan matahari yang menyinari bumi sepanjang hari, baik tampak maupun tidak tampak oleh manusia.

  Keberagaman kehidupan sosial dan pendidikan abad XXI yang beragam dengan segala media daring dan luring tentu saja dapat menjadi salah satu faktor pendukung keterampilan seseorag dalam berkomunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pragmatik sebagai interdisipliner linguistik fungsional untuk menyampaikan maksud tuturan, baik tersirat maupun tersurat yang terikat dengan konteks akan dapat diintegrasikan dengan swahipnosis dan psikopragmatik untuk dapat mengurai segala permasalahan diri yang dialami dengan mengenali dan memahami kelemahan dan keunggulan diri sendiri secara komperehensif. Keberanian untuk membangun sitem keyakinan diri dengan pilihan kata, intonasi, konteks tuturan, tujuan tuturan, dan lawan tutur akan dapat menentukan kualitas keterampilan berbicara dalam perspektif psikopragmatik khususnya dengan landasan keikhlasan dan kerendahhatian. Yakinlan bahwa setiap ide dan gagasan yang disampaikan dengan hati yang tulus ikhlas dan rendah hati maka akan memberikan energi positif untuk diri sendiri dan lawan tutur serta partisipan aktif dengan senyum 228 (dua sentimeter ke kiri, dua sentimeter ke kanan, delapan detik mengembang) di sekitar lingkungan tutur tersebut.

“Kesucian, keheningan hati dan pikiran dapat memberi ruang kesemestaan untuk dapat mengurai segala konteks permasalahan diri dan orang lain dengan kebahagiaan bersama pelukan semesta”


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top