Menjadi Guru dan Dosen Kreatif, Inovatif, Produktif, dan Inspiratif bagi Generasi Z Era Digital

Print Friendly and PDF

Menjadi Guru dan Dosen Kreatif, Inovatif, Produktif, dan Inspiratif bagi Generasi Z Era Digital

Oleh: Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, dan Pegiat LIterasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa

Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.


"Kawan, hati bergetar melihat senyuman yang merasuk ke dalam dada saat melihat anak-anak rajin berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) untuk membuka ruang imajinasi dan kreatif yang dimilikinya".


       Masih ingat suasana seperti ini, saat guru & dosen masuk kelas, semua peserta didik duduk manis, tangannya di meja (sedeku), sambil menundukkan kepala tidak berani menatap ke gurunya, sampai terdengar suara “Selamat pagi anak-anak atau Selamat siang. Pagi  Bu (secara serempak semua peserta didik menjawab bersama-sama sambil tetap duduk manis dan tangannya tetap sedeku di meja). Kondisi seperti itulah yang terbayang dalam benak kita untuk persipaan pembukaan pembejaran era kolonial zaman dahulu. Kondisi tersebut berbeda jauh dengan era milenial, dan tentu lebih berbeda lagi dengan situasi dan kondisi guru-guru milenial yang menjadi guru bagi anak-anak generasi Z, yakni yang dilahirkan sekiatr tahun 1997-2012, atau berumur sekitar 11-26 tahun sekarang ini. Perbedaan situasi tersebut dikarenakan perbedaan zaman, dan perkembangan teknologi serta situasi terkini yang menyertai kelahiran generasi colonial, milenial, dan anak-anak generasi Z yang saat ini sedang mengikuti Pendidikan di sekolah Bapak dan Ibu guru mengajar. 

       Anak-anak generasi Z ini memiliki karakteristik multitasking dan serba ingin tahu karena sejak lahir sudah dikenalkan atau bahkan mengenal keterbukaan dan kelimpahan data informasi berbasis teknologi. Berbagai fakta dan data empirik dapat dilihat anak-anak generasi Z tersebut sejak kecil sudah dapat menelusuri berbagai informasi melalui jelajah literasi digital, baik itu difasilitasi oleh kedua orang tua atau bermain sendiri untuk memanfaatkan perangkat yang dimilikinya. Kondisi ini tentu saja menarik untuk menjadi perhatian khusus bagi kedua orang tua dan guru-guru abad XXI di sekolah, baik formal maupun nonformal. Orang tua harus bersikap bijak dan bertindak cerdas untuk mengawasi, memgontrol, dna menemani anak-anak generasi Z bermain dan mengunakan perangkat teknologi yang dapat digunakan untuk mengakses ke seluruh jelajah semesta dunia maya ke seluruh dunia. Tidak kalah penting bahawa guru yang mendampingi belajar anak-anak generasi Z di sekolah atau pun di rumah harus benar-benar melek literasi digital dan menguasai keterampilan mengajar abad XXI dan enam literasi dasar sebagai bekal untuk mendampingi anak-anak generasi Z belajar. Semua pengawasan dan kontrol orang tua, guru, dan dosen tersebut sebagai antisipasi agar tidak berdampak negatif terhadap penggunaan perangkat teknologi yang dimilikinya.

  Guru & dosen abad XXI yang mendampingi generasi Z belajar di kelas dan luar kelas harus menguasai 7 keterampilan utama sebagai guru & dosen abad XXI, yakni: (1) berpikir kreatif untuk menemukan berbagai ide kekinian dan sesuai dengan konteks pembelajaran peserta didik, (2) berpikir kritis untuk menemukan masalah dan menemukan solusi yang terbaik dan efektif untuk menyelesaikannya, (3) terampil berbicara bahasa Indonesia, daerah, dan asing sehingga dapat memilki keterampilan berbicara yang aktif dan komunikatif dalam multikonteks yang dihadapinya, (4) terbiasa bekerja secara kolaboratif untuk mampu beradaptasi dalam perbedaan dan kebhinekaan yang ditemuinya, (5) terampil memahami dan menguasai teknologi informasi secara aktif dan produktif, (6) memiliki kompetensi untuk berkarya dan menghasilkan karya nyata yang dapat menjadi pembeda dari yang lain, (7) memiliki kreativitas dan inovasi tiada henti yang mampu menginspirasi multigenerasi NKRI sepanjang masa. Ketujuh keterampilan tersebut harus dimiliki, dipahami, dilatih, dibiasakan, dibagikan, dan diabadikan sepanjang hayat untuk kemaslahatan guru-guru abad XXI sebagai bagian khalifah yang berbagi ilmu bagi seluruh generasi Z di semesta ini. Keberanian untuk terus mencoba, berlatih, menyelesaikan masalah tanpa masalah, belajar dan membelajarkan diri berbasis proyek bersama peserta didiknya secara terus-menerus tentu akan menjadi salah satu setrategi penguasaan dan  penguatan keterampilan mengajar guru-guru abad XXI yang kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif. Hal ini akan lebih terarah dan terkontrol secara efektif apabila guru & dosen abad xix terus dilakukan supervisi pendidikan sebelum dan sesudah mengajar untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran inovatif yang ditunjukkan.  

  Kebebasan menyampaikan ide kreatif dan inovasi tiada henti bagi para peserta didik generasi Z harus dapat dikendalikan dengan penguasaan pengetahuan dan karakter yang kuat melalui penguasaan enam literasi dasar bagi generasi Z dan guru-gurunya. Enam literasi dasar ini merupakan kesepakatan forum ekonomi dunia tahun 2015 bersama-sama dengan pengausaan ketrampilan abad XXI. Enam literasi dasar tersebut antara lain: (1) menulis membaca, yang sering saya gaungkan dengan ayo berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) untuk multigenerasi NKRI, (2) numerik, untuk keterampilan berhitung dan berwirausaha, (3) digital, sebagai bekal pengetahuan dan penguasan perangkat digital yang menyertahi zaman generasi Z, (4) keuangan, sebagai bekal untuk menjadi wirausaha dan profesi berbagai bidang lainnya, (5) sains, sebagai bentuk penguasan pengetahuan yang beragam sebagai ilmu pengetahuan, dan (6) budaya dan kewargaan, sebagai bentuk penguatan dna pembentukan karakter yang baik dan loyalitas, nasionalis, dan berintegritas bagi multigenerasi NKRI sebagai generasi Z yang tersebar di 38 provinsi NKRI. Semangat untuk terus belajar dan membelajarkan diri guru dan dosen abad XXI ini harus terus dilatih, difasilitasi, dan diberikan ruang kreatif dan imajinatif bagi guru & dosen abad XXI dan  multigenerasi Z untuk dapat beradaptasi dengan cepat. 

  Guru dan dosen abad XXI yang mengajar generasi Z akahirnya harus terus dilatih dan mau berlatih untuk terus berpikir kreatif dan inovatif baik dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Hal ini sebagai bentuk upaya dan strategi pengembangan diri untuk mau berubah, bergerak, dan menggerakkan sayap-sayap kesemestaan sebagai guru dan dosen abad XXI yang menemani belajar anak-anak generasi Z. Semangat diri untuk membentuk kelompok-kelompok diskusi dnegan sejawat, bersama peserta didik, bersama kolega-kolega guru di dalam dan mancanegara harus terus dilaksanakan secar periodik. Guru dan dosen abad XXI juga harus diajak untuk melakukan berbagai pengalaman terbaik dan juga yang kurang tepat dalam pembelajaran kreatif dan inovatif abad XXI, baik di kelas maupun di luar kelas secara komprehensif. Semua proses pembelajaran secara mandiri terus dilakukan, difasilitasi pemerintah juga terus diberikan maka sebagai sosok guru dan dosen abad XXI harus terus menjadi teladan untuk menjadi guru dan dosen abad XXI yang kompeten, profesional, kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif. Dengan demikian, dapat ditegaskan kembali bahwa menjadi guru dan dosen itu profesi yang mulia dunia akhirat untuk terus beramal jariyah, berbagi ilmu yang bermanfaat, dan menjadi anak soleh dan solikah sepanjang masa sambil terus berliterasi dengan ratulisa di beranda istana arfuzh ratulisa tercinta dengan ditemani teh lemon sepanjang senja, saat mulai menuju ke peraduannya.

“Kawan, belantara rindu mimpi dan imajinasi akan terus mengalunkan nada-nada indah memesona saat senja mulai tiba dan merangkak menuju istana bersinggasana buku dan bertahta sayap-sayap kesemestaan sepanjang masa”.

Kota Hat Yai, Thailand Selatan, 7 Juni 2023


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top