PENGARUH BULLYING TERHADAP PERKEMBANGAN SISWA DI SEKOLAH

Print Friendly and PDF

PENGARUH BULLYING TERHADAP PERKEMBANGAN SISWA DI SEKOLAH

Oleh: Saefulloh, S.Pd

SMP Negeri 2 Karanggayam, Kebumen Jawa Tengah


Saefulloh, S.Pd


       Pembentukan kepribadian remaja memerlukan pengaruh lingkungan sekitar. Kerentanan emosional seseorang dapat berdampak pada isu-isu remaja, seperti bullying yang kini kembali muncul di media. Kekerasan di  sekolah  ibarat fenomena gunung es, hanya sebagian kecil saja yang terlihat. Hal ini akan terus terjadi jika akar permasalahannya tidak ditangani secara tepat dan konsisten.

       Bullying adalah suatu tindakan kekerasan terhadap anak (child Abuse) yang dilakukan oleh teman sebaya terhadap anak yang “lebih rendah” atau “lebih lemah” dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau kepuasan. Bullying seringkali terjadi berulang kali. Bahkan ada yang dilakukan secara sistematis. Berdasarkan semakin banyaknya kasus bullying yang terjadi di institusi pendidikan Indonesia, khususnya di lingkungan sekolah, maka penulis memilih topik terkait bullying di tingkat pendidikan.

       Salah satu bentuk perundungan yang sering dialami oleh seseorang atau sekelompok orang adalah perundungan yang bertujuan untuk merugikan pihak yang lemah, yang dapat menimbulkan dampak yang cukup parah bagi korbannya (Anwar & Karneli, 2020). Dampak buruk bullying yang dirasakan oleh korban adalah rusaknya kesehatan fisik dan mental. (Amanda et al., 2020) menyatakan bahwa korban bullying merasakan dampak fisik berupa luka pada bagian tubuh yang diakibatkan oleh pelakunya, seperti ditendang, dipukul, didorong sehingga menurunkan mental percaya diri,merasa takut, membatasi diri, dan kurangnya konsentrasi saat belajar.

       Penelitian ini ingin mengidentifikasi dan menganalisis beberapa aspek penting terkait perilaku bullying, terutama dari sudut pandang pelaku bullying. Beberapa aspek yang diteliti termasuk gambaran perilaku bullying, faktor penyebab bullying, dampak perilaku bullying bagi pelaku penanganan terhadap pelaku bullying. Dengan analisis yang mendalam terhadap aspek-aspek tersebut, penelitian ini  dapat  memberikan  wawasan  yang berharga untuk pengembangan program intervensi atau konseling behavioral yang lebih efektif dalam mengatasi masalah bullying di lingkungan SMP Negeri 2 Karanggayam. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab dan dampak perilaku bullying, serta cara mengubahnya, diharapkan bahwa upaya penanganan bullying dapat menjadi lebih efektif dan membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan ramah di sekolah tersebut.

      Metode yang digunakan dalam penanganan perilaku bullying dengan metode Self Talk.  Teknik Self Talk dilakukan untuk memberikan sugesti atau dorongan motivasi kepada diri sendiri untuk bertindak seperti apa yang diharapkan agar tidak lagi melakukan bullying. Selftalk merupakan dialog internal terstruktur yang bersumber dari dan ditujukan kepada diri sendiri sebagai suatu bentuk pemikiran tentang individu dan dunianya, karena selftalk yang dilakukan individu seringkali dipengaruhi oleh apa yang dikatakan orang tentang dirinya (Marhani, dkk. 2018).

       Adapun uraian pelaksanaan penanganan terhadap perilaku bullying dilakukan oleh pelaku DP yaitu metode yang digunakan adalah metode selftalk, pihak yang terlibat dalam penanganan ialah pelaku DP dan peneliti, sedangkan pada saat proses tahap wawancara untuk menggali informasi tentang perilaku bullying melibatkan beberapa orang yaitu kepala sekolah, guru BK, guru mata pelajaran, orangtua, pelaku, korban, dan saksi. Tempat Pelaksanaan dilakukan di ruang konseling SMP Negeri 2 Karanggayam.   Jumlah Pertemuan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama, peneliti berusaha membangun rapport terhadap pelaku DP, mengidentifikasi masalah dan mendiagnosa penyebab dari perilaku bullying yang dilakukan pelaku DP. Pertemuan kedua, peneliti kembali memperdalam mengenai permasalahan yang dialami pelaku DP dan menawarkan pemberian bantuan terhadap masalah yang di hadapi pelaku DP. Kemudian melaksanakan konseling dengan teknik selftalk (berbicara dengan diri sendiri) dengan pendekatan behavioristik. Pertemuan ketiga, masih melaksanakan konseling dengan teknik selftalk (berbicara dengan diri sendiri) dengan pendekatan behavioristik. Setelah itu, peneliti melakukan evaluasi terhadap perkembangan perilaku pelaku DP. Efektivitas teknik, pada tahapan evaluasi yang dilakukan, peneliti kembali mewawancarai guru BK, wali kelas dan teman kelasnya agar bisa mengetahui perkembangan perilaku pelaku DP setelah diberikan penanganan. Berikut transkrip wawancara dengan guru BK, wali kelas dan teman kelasnya. Terakhir, tindak lanjut dari pelaksanaan penelitian ini merupakan upaya peneliti untuk mengetahui perkembangan perilaku bullying yang dilakukan oleh pelaku DP terhadap penanganan yang telah diberikan dan mengupayakan agar perilaku yang telah dipelajari dapat dipertahankan sehingga pelaku DP menurunkan intensitas perilaku bullying yang ia lakukan. Karena diperlukan waktu yang cukup lama dalam melihat perkembangan perilaku pelaku DP, maka peran dari guru BK, wali kelas, guru mata pelajaran dan teman- teman pelaku DP sangat diperlukan untuk mendukung dan memantau perkembangan perilaku pelaku DP.

       Berdasarkan temuan tersebut, penerapan teknik selftalk tampaknya memiliki dampak positif dalam mengurangi perundungan (bullying) di kalangan pelaku. Oleh karena itu, sekolah- sekolah perlu menggunakan teknik selftalk untuk menyelesaikan permasalahan- permasalahan yang muncul khususnya perilaku bullying, guna mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat dan ramah anak.

       Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaku DP melakukan bullying verbal dan sosial, seperti mengejek, memanggil dengan julukan "Melong", memanggil orang tua, mengabaikan, menghindari serta mengucilkan korban. Selanjutnya faktor penyebab pelaku DP melakukan bullying adalah dari lingkungan sekitar seperti lingkungan sekolah mulai dari pengawasan Guru-guru  masih perlu ditingkatkan lagi, pergaulan dengan siswa yang lainnya juga memiliki pengaruh besar terhadap perilaku bullying dan lingkungan sosial seperti pergaulan sebaya / lingkungan rumahnya serta media massa (bermain game) yang masih mengarah ke negatif /toxic. Faktor pribadi seperti kurang berempati kepada korban bullying dan mudah marah saat keinginannya tidak terwujud.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top