PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM BAHASA INGGRIS MELALUI PEMBELAJARAN NARRATIVE (STORYTELLING) SISWA KELAS XI SMAN 1 MANYARAN

Print Friendly and PDF

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM BAHASA INGGRIS MELALUI PEMBELAJARAN NARRATIVE (STORYTELLING) SISWA KELAS XI SMAN 1 MANYARAN

Oleh : Kalis Joko Wiyono, S.Pd

Guru Mapel Bahasa Inggris SMA Negeri 1 Manyaran, Wonogiri Jawa Tengah

Kalis Joko Wiyono, S.Pd


       Sebagai bahasa internasional Bahasa Inggris dibutuhkan untuk berkomunikasi secara global. Di era revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0, bahasa Inggris menjadi bahasa komunikasi yang paling umum dan paling penting. Oleh karena itu, bahasa Inggris dipelajari oleh semua kalangan di Indonesia. Namun, pada kenyataannya, di Indonesia, bahasa Inggris termasuk bahasa yang dianggap sulit untuk dikuasai atau dipelajari bahkan oleh anak-anak usia dini yang notabennya masih berada pada taraf “golden age”. Tantangan terbesar yang ditemukan di lapangan adalah bukan hanya anak-anak tidak suka belajar bahasa Inggris melainkan juga metode pembelajaran yang tidak up to date dan cenderung membosankan Cameron (2001).

       Berbicara adalah salah satu keterampilan utama yang harus diperhatikan dalam pembelajaran bahasa. Berbicara secara harfiah dapat diartikan ”mengatakan sesuatu, mengungkapkan sesuatu yang terpikirkan dalam benak, dan kemudian diungkapkan melalui mulut berupa suara” (Rahmawati & Fatimah, 2014; Wekke, 2015). Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia, berbicara adalah ucapan yang mengungkapkan terhadap hal-hal terjadi/peristiwa (Anwar, 2001). di Indonesia, bahasa Inggris diadopsi sebagai bahasa asing yang dilibatkan ke dalam kurikulum pendidikan yang dijalankan setiap sekolah. Seperti pembelajaran Bahasa Inggris menjadi konten lokal di Sekolah Dasar (SD), mata pelajaran wajib di Sekolah Menengah Pertama dan Menengah (SMP dan SMA), dan mata pelajaran pelengkap dari institusi pendidikan tinggi.

       Tentunya dilatarbelakangi oleh apa yang kita hadapi sekarang yaitu era globalisasi yang sangat kompetitif. Dalam belajar bahasa Inggris, peserta didik setidaknya perlu menguasai empat keterampilan dalam berbahasa Inggris yakni: mendengarkan/ listening, berbicara/ speaking, membaca/reading, dan menulis/writing. Keterampilan mendengarkan dan membaca dianggap sebagai keterampilan reseptif sementara keterampilan berbicara dan menulis dianggap sebagai keterampilan yang produktif (Harmer, 2001). Keempat keterampilan tersebut di atas adalah penting. Namun, dari keempat keterampilan itu, berbicara tampaknya secara intuitif adalah yang paling penting (Ur, 1996).

       Dalam proses belajar mengajar, ada banyak masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa. Seperti yang penulis amati di SMAN 1 Manyaran. Banyak siswa yang bermasalah dalam berbicara. Sebagian besar dari mereka kesulitan berbicara karena mereka takut membuat kesalahan dan kurang percaya diri hal tersebut tentunya faktor utama adalah kurangnya kosa kata yang dimiliki oleh siswa. Dari pernyataan ini, penulis percaya bahwa bercerita dapat membuat siswa aktif. Mereka dapat menjelaskan pengalaman mereka, imajinasi mereka atau menceritakan sebuah kisah yang mereka dengar dan baca. Latar belakang Penulis mengangkat tema tentang storytelling/ bercerita ini berfungsi agar dapat lebih merangsang minat membaca siswa kelas XI IPA/ IPS SMAN 1 Manyaran.

       Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran bahasa Inggris diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata bahasa Inggris di kelas XI belum mencapai standar nilai minimum yang ditentukan atau yang diistilahkan dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Selain itu, banyak siswa yang tidak lancar berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Oleh karenanya, dalam hal ini penulis memilih untuk melakukan penulisan pada aspek keterampilan berbicara siswa di SMA Negeri Manyaran pada kelas XI IPA/ IPS karena melihat aspek tadi yaitu beberapa siswa masih rendah atau kurang terlatih untuk berbicara. 

       Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Penulis dengan bukti hasil pre-test terhadap siswa SMA Negeri 1 Manyaran di kelas XI IPA/ IPS berjumlah 27 siswa. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa menggunakan Bahasa Inggris belum mencapai standar ketuntasan minimun, hanya sekitar 40,74% atau 11 siswa dari 27 siswa yang telah mendapatkan nilai di atas KKM. Sedangkan nilai rata-rata adalah 59,25% atau 16 dari 27 siswa masih di bawah KKM. Sedangkan KKM yang ditetapkan di SMA Negeri 1 Manyaran untuk mata pelajaran bahasa Inggris adalah 73. Sehingga penulis  menerapkan metode storytelling/ mendongeng ini terhadap upaya peningkatan kemampuan berbicara siswa akan secara otomatis mempengaruhi hasil siswa dalam belajar khususnya kelas XI SMA Negeri 1 Manyaran.

       Keterampilan berbicara di depan orang banyak belum tentu dimiliki oleh semua orang. Pembicara harus mengembangkan teknik untuk persiapan, untuk menyusun percakapan, untuk mengirimkan energi dan semangat, serta untuk menangkap dan menanggapi selera mereka (Huda, 1999). Mengajar berbicara tidak seperti keterampilan yang lain. Perlu pembentukan kebiasaan karena itu adalah komunikasi yang nyata. Berbicara membutuhkan latihan sesering mungkin (Dedi Efrizal, 2012) . Pengajaran dalam belajar berbicara bahasa Inggris memiliki tujuan untuk memfokuskan siswa sehingga mereka dapat menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi dan sebagai alat untuk melanjutkan studi mereka. Dalam proses belajar mengajar, empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dilakukan secara bersamaan (Thanyalaak, 2012).

       Menurut Echols dalam (Eva Lathifah, 2008), bercerita terdiri dari dua kata yaitu story dan telling yang berarti bercerita yang memiliki suatu makna yang bersamaan. Adapun manfaat storytelling untuk anak-anak mulai dari dukungan untuk pertumbuhan berbagai pengalaman, perasaan, emosi, bahasa, perkembangan kognitif, sosial, estetika, spiritual, eksplorasi dan penemuan. Dari berbagai Penulisan, mendongeng digunakan sebagai metode yang mampu merangsang dan meningkatkan keterampilan bahasa verbal anak. Melatih dan merangsang keterampilan bahasa anak-anak, tugas penting bagi orang tua. Salah satu metode yang tepat sesuai dengan kriteria di atas adalah dengan metode bercerita atau bercerita (Muallifah, 2013).

      Narrative text adalah suatu jenis teks yang berupa cerita khayalan, kisah nyata yang direkayasa, atau dongeng. Narrative text menceritakan suatu cerita yang memiliki rangkaian peristiwa kronologis yang saling terhubung. Jenis teks ini bertujuan untuk menghibur pembacanya. Adapun struktur dari narrative text adalah sebagai berikut: Orientation: pendahuluan atau pembuka yang berupa pengenalan tokoh, waktu, dan tempat. Complication: pengembangan konflik atau pemunculan masalah pada cerita. Resolution: penyelesaian konflik atau langkah yang diambil untuk merespons masalah. Re-orientation: ungkapan – ungkapan penutup yang menunjukan berakhirnya suatu cerita. Re-orientation bersifat opsional atau tidak selalu ada pada narrative text. Coda: perubahan yang terjadi pada tokoh dan pelajaran/ nilai moral yang bisa dipetik dari cerita. Coda juga bersifat opsional.

       Langkah-langkah pembelajaran Narrative yang dilakukan penulis yaitu Orientasi. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa  untuk  memulai pembelajaran. Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin. Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik  dalam mengawali kegiatan pembelajaran. Aperpepsi. Mengaitkan materi/ tema/ kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan materi/ tema/ kegiatan sebelumnya. Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya. Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan. Motivasi. Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Apabila materi tema/ projek ini kerjakan  dengan baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang materi. Perbedaan dan persamaan dari beberapa narrative dan recount. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang  berlangsung. Mengajukan pertanyaan. 

       Setelah diterapkan pembelajaran Narrative (Storytelling) dan penilaian dengan aspek yang dinilai yaitu Organisasi presentasi (pengantar, isi, kesimpulan), Isi presentasi (kedalaman, logika), Koherensi dan kelancaran berbahasa, Bahasa meliput ucapan, tata bahasa, perbendaharaan kata, Penyajian (tatapan, ekspresi wajah, bahasa tubuh) pada siswa kelas XI Semester Gasal Tahun 2022/2023 SMA Negeri 1 Manyaran terjadi peningkatan kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris. 22 siswa dari 27 siswa telah mendapatkan nilai di atas KKM yang sebelumnya 11 siswa dari 27 siswa. Sedangkan KKM yang ditetapkan di SMA Negeri 1 Manyaran untuk mata pelajaran bahasa Inggris adalah 73.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top