Perpustakaan ISI Surakarta gelar Seminar Nasional Inovasi dan Kreasi Pengembangan Perpustakaan Berbasis Ekosistem Digital di Era Society 5.0

Print Friendly and PDF

Jajaran Rektorat, narasumber seminar dan peserta saat foto bersama.

Perpustakaan ISI Surakarta gelar Seminar Nasional Inovasi dan Kreasi Pengembangan Perpustakaan Berbasis Ekosistem Digital  di Era Society 5.0 

Solo- majalahlarise.com -Perpustakaan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta mengadakan Seminar Nasional dan Call For Papers dengan tema Inovasi & Kreasi Pengembangan Perpustakaan Berbasis Ekosistem Digital di Era Society 5.0. Seminar ini mendatangkan narasumber utama yakni Dr. Purwani Istiana, M.A., Pustakawan Madya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan Nurmaya Prahatmaja, S.Sos., M.A. Dosen Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi Universitas Padjadjaran, Bandung. Berlangsung di Ruang Seminar Pascasarjana ISI Surakarta. Selasa (12/9/2023).

Wakil Rektor I Prof. Dr. Bambang Sunarto, S.Sen., M.Sn. dalam sambutannya Bambang Sunarto menyampaikan memang kita belum tuntas menyiapkan piranti kehidupan terutama dalam pendidikan, kita digegerkan dengan Society 5.0. Ini merupakan konsep masyarakat berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based). 

"Pada konsep Society 5.0 inilah pustakawan perlu berperan besar berinovasi & berkreasi mengembangkan perpustakaan berbasis ekosistem digital yang erat hubungannya dengan revolusi industri. Banyak sekali yang bisa kita lakukan, seperti transformasi digital di perpustakaan, big data, mengembangkan AI (Artificial Intelligence) / kecerdasan buatan dan teknologi. Internet of Things (IoT), serta pengembangan lainnya," terangnya.

Baca juga: FKMIK Univet Bantara Lakukan Perjanjian Kerjasama dengan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Lingkungan Salatiga Jawa Tengah

Dr. Purwani Istiana, S.I.P., M.A., Pustakawan Ahli Madya dari UGM dalam presentasinya memaparkan pengembangan layanan perpustakaan di era  society 5.0 merupakan perpaduan antara cyberspace dan physical space dengan teknologi 5G, artificial intellegency, big data dan lain-lain, guna memastikan masyarakat mendapatkan layanan yang baik untuk mencapai kualitas hidup yang lebih tinggi. Penerapan pengembangan layanan perpustakaan yang sudah ada saat ini antara lain online registration, checkpoin, koleksi ebook/e-journal, book a room/a seat, document/book delivery service dan virtual reference servive/chatbot. Selain itu kita perlu memanfaatkan media sosial untuk layanan perpustakaan.

Selanjutnya Nurmaya Prahatmaja, Perpustakaan dan Sains Informasi dari UNPAD, menyatakan bahwa pengembangan perpustakaan di era society 5.0 diperlukan strategi yang melibatkan manusia, sarana prasarana, dana, dan kebijakan. Diperlukan juga visi yang jelas, terukur jelas arah dan tujuannya, serta affordable. Selain itu perlu kreativitas dan inovasi sesuai karateristik masing-masing perpustakaan, atau menonjolkan keunikannya. Khusus pada tujuan perpustakaan Perguruan Tinggi (PT) perlu dikembangkan, menjadi lebih penting seiring dengan tuntutan perguruan tinggi terutama dalam kaitannya dengan upaya pengembangan Ekosistem Digital Pendidikan Tinggi. Masalah, tantangan, peluangnya di Era Society 5.0 pada umumnya masih pada anggaran, kebijakan institusi, ketersediaan ruangan, adaptasi pada teknologi, mindset lembaga penaung. Inovasi dan Kreasi di Perpustakaan PT sangat beragam. Perlu pendampingan, kerjasama dan kolaborasi dengan program studi, fakultas & lembaga internal maupun eksternal kampus. Perpustakaan PT perlu berani menampilkan inovasi dan kreasinya, sesuai karakteristik masing-masing.

Seminar nasional ditutup secara resmi oleh kepala UPT Perpustakaan ISI Surakarta,  M. Ali Nurhasan Islamy, S.Sos., M.A. Dalam penutupan, Ali berujar acara ini menghadirkan 2 narasumber utama dan 4 presenter CFP (Call For Papers) yakni Irkhamiyati, Araf Aliwijaya, Yohana Hariaty dan  Aditya Sekti Gladys yang berkompeten dalam bidang pengembangan perpustakaan di era society 5.0. Acara dimoderatori oleh seorang seniman; Mahanufi Faiza, diikuti lebih dari 60 peserta, melibatkan 25 penulis CFP yang menghasilkan 16 karya, yang telah kami dijadikan prosiding. 

Lanjut Ali, menggaris bawahi apa yang telah disampaikan para narasumber, tidak dapat dipungkiri dunia ini berkembang melaju dengan cepat. Terutama dunia teknologi informasi yang mengharuskan perpustakaan, mulai jenjang sekolah dasar hingga perpustakaan perguruan tinggi harus menjawabnya. Perpustakaan  tidak boleh berdiam diri, perlu berinovasi dan berkreasi merespon spirit zaman. (humasisiska/ Sofyan)

Baca juga: Kolaborasi Dessy Rachma dan Galeri Unicorn Young Collectors Club


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top