Analisis Wacana Kritis sebagai Pemantik Berliterasi dengan Ratulisa untuk Mendukung Keterampilan Abad XXI bagi Multigenerasi NKRI

Print Friendly and PDF

Analisis Wacana Kritis sebagai Pemantik Berliterasi dengan Ratulisa untuk Mendukung Keterampilan Abad XXI bagi Multigenerasi NKRI 

Oleh: Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa


Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum



"Kawan, kompetensi hard skill dan softskill memerlukan keseimbangan dengan keterampilan berpikir, belajar, dan keterampilan hidup agar memiliki kemaslahatan bagi umat sepanjang hayat"


       Setiap manusia di semesta ini diberikan akal dan pikiran yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Oleh karena itu, rasa syukur kepada sang penguasa dan pemilik semesta sudah menjadi keniscayaan harus dilakukan sepanjang hayat. Terkait dengan hal tersebut, kemauan dan keinginan untuk terus berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) harus terus ditanamkan kepada multigenerasi NKRI dan dunia sejak dini. Sebagaimana setiap tanggal 8 September 1965 sejak adanya pertemuan konferensi Menteri Pendidikan negara-negara sedunia (sekarang 7 benua) untuk membahas upaya pemberantasan buta huruf agar melek literasi membaca dan menulis bagai seluruh masyarakat dunia di Tegeren, Iran. Sejak itulah, setiap 8 September diperingati sebagai hari aksara internasional. Hal ini menjadi pengetahuan bagi seluruh multigenerasi dunia bahwa berliterasi dengan ratulisa bukan hanya diperintahkan Tuhan Yang Maha Esa tetapi juga sudah ditindaklanjuti menjadi kesepakatan oleh forum masyarakat dunia sejak tanggal 8 September 1965.

       Peran serta masyarakat Indonesia untuk mendukung upaya melek literasi bagi seluruh masyarakat di 38 provinsi dan seluruh masyarakat di seluruh dunia harus terus dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan sosialisasi keterampilan abad XXI dan enam literasi dasar sesuai kesepakatan forum ekonomi dunia pada tahun 2015. Dalam rangka penguatan empat keterampilan XXI: berpikir kreatif, berpikir kritis, komunikatif, dan kolaboratif maka diperlukan penguatan dan pemahaman kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Semua unsur penguasaan keterampilan dasar berbahasa tersebut akan sangat mendukung penguasaan enam literasi dasar, yakni literasi: menulis dan membaca, numerik, keuangan, digital, sains, dan budaya & kewargaan. Upaya untuk menyosialisasikan aspek-aspek linguistik struktural dan fungsional kepada multigenerasi NKRI dan dunia sejak dini tentunya akan berdampak sangat baik untuk menghasilkan SDM yang unggul, kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif kedepannya.

       Penguasaan dan pemahaman analisis wacana kritis sebagai bagian dari linguistik fungsional yang berdampingan dengan pragmatik, sosiolinguistik, psikolinguistik, neurolinguistik, pragmasemantik, pragmareligiolinguistik, dan aneka kajian multidispliner linguistik lainnya. Terkait dengan penguasaan kompetensi bidang analisis wacana harus diberikan penguatan pada aspek tekstual dan kontekstual. Dengan demikian, penguasaan untuk menganalisis wacana secara kritis secara tekstual dan kontekstual tentu akan berdampak pada identifikasi masalah, analisis masalah, penyelesaian masalah, penemuan solusi permasalahan, dan tindak lanjutnya secara detail dan didukung dengan fakta dan data empirik. Upaya untuk pengayaan analisis wacana kritis dengan berbagai sumber data dan kajian wacana tekstual dan kontekstual dalam media cetak dan elektronik tentu akan berdampak sangat positif pada kompetensi hardskill dan softskill multigenerasi NKRI untuk mendukung penguasaan keterampilan abad xxi dan enam literasi dasar. Selian itu, penguasaan tersebut harus dilandasi dengan tiga keterampilan berpikir, yakni keterampilan belajar, keterampilan berpikir, dna keterampilan hidup secara bertahap dan berkelanjutan.

       Berbagai strategi penguasaan keterampilan abad XXI dan enam literasi dasar ini harus terus dilakukan secara terus-menerus dan menyeluruh sejak dini. Hal ini diperlukan super tim untuk membelajarkan linguistik struktural dan fungsional sejak dini, yakni mulai pembelajaran pada jenjang TK, SD, SMP, SMA, MA, SMK, dan perguruan tinggi. Pembelajaran dan pemahaman yang diberikan tentu saja harus dilakukan sesuai dengan usia dan jenjang masing-masing multigenrasi NKRI dan sesuai dengan konteks kebutuhannya. Penguasaan dan pemahaman analisis wacana kritis juga harus dikuasai oleh guru, dosen, praktisi, orang tua, masyarakat, dan seluruh elemen yang turut serta memberikan dukungan dan kontribusi untuk mencerdaskan multigenerasi NKRI. Hal ini sebagai bentuk kolaborasi penguasaan pemahaman secara teoretik dan praktik bagi seluruh multigenerasi NKRI dan Masyarakat dunia untuk menguasai empat keterampilan abad XXI dan enam literasi dasar.

       Multigenerasi NKRI merupakan aset dan investasi negara Indonesia dan dunia yang harus dijaga, dirawat, dan didukung pengembangan kompetensi hardskill dan softskillnya. Hal ini sebagai bentuk perwujudan upaya pemimpin NKRI dan orang tua menyiapkan multigerasi NKRI yang tangguh, kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif pada masa yang akan datang untuk kemajuan dan kejayaan NKRI. Akhirnya, mari seluruh Masyarakat NKRI ikut berjuang dan berkontribusi untuk mendukung penguasaan keterampilan abad XXI dan enam literasi dasar bagi multigenerasi NKRI dan masyarakat dunia sebagai bentuk peringatan hari aksara internasional, tanggal 8 September 2023. Selamat berliterasi dengan ratulisa di istana arfuzh ratulisa. Kawan, membacalah untuk menulis dan menulislah untuk dibaca umat sepanjang hayat. Jadilah seperti bintang, bulan, dan matahari yang selalu menyinari bumi sepanjang hari, baik tampak maupun tidak tampak oleh manusia.

“Mimpi dan imajinasi lebih kuat dari pengetahuan kita, maka bermimpilah setinggi langit, yakini, perjuangkan, dan wujudkan dengan ikhtiar dan doamu sepanjang masa dalam pelukan semesta”

Beranda Semesta Istana Arfuzh Ratulisa, 8 September 2023 


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top