PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Print Friendly and PDF

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH


Oleh: Meika Fitriati, S.Pd

SD Inpres Sundey Biak Timur Papua, Kecamatan Biak Timur, Kabupaten Biak Numfor


Meika Fitriati, S.Pd


       Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. (Thomas Lickona, 1991). Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik cerdas, pendidikan juga untuk membangun budi pekerti dan sopan santun dalam kehidupan. Untuk merealisasikan tema tersebut lebih lanjut mendiknas mengemukakan pendidikan karakter akan diterapkan pada semua jenjang pendidikan mulai jenjang pendidikan SD sampai Perguruan Tinggi, namun porsinya akan lebih besar diberikan pada Sekolah Dasar (SD). Pendidikan karakter harus dimulai sejak dini yakni SD porsinya mencapai 60 % dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Hal ini agar mudah diajarkan dan melekat di jiwa anak-anak itu hingga kelak ia dewasa.

       Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter, sebab apa-apa yang terjadi dimasyarakat kita sebenarnya menyangkut masalah karakter, seperti kekerasan, korupsi, manipulasi, kebohongan-kebohongan dan perilaku menyimpang lainnya, berangkat dari pendidikan. Oleh sebab itu melalui pendidikan pula karakter bangsa dapat diperbaiki dan dibentuk terutama pembangunan karakter dan pendidikan mulai dari usia dini. Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik cerdas, juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun orang lain.

       Ada beberapa prinsip dalam pendidikan karakter yakni Pertama, manusia adalah makhluk yang dipengaruhi dua aspek, pada dirinya memiliki sumber kebenaran dan pada luar dirinya ada dorongan atau kondisi yang memengaruhi kesadaran. Kedua, karena menganggap bahwa perilaku yang dibimbing oleh nilai-nilai utama sebagi bukti dari karakter, pendidikan karakter tidak meyakini adanya pemisahan antara roh, jiwa, dan badan. Hadis Rosulullah menyatakan bahwa iman dibangun oleh perasaan serta roh, jiwa dan badan, yaitu melalui perkataan, keyakinan, dan tindakan. Tanpa tindakan semua yang diucapkan dan diyakini bukanlah apa-apa tanpa keyakinan maka tindakan dan perkataan tidak memiliki makna, kemudian tanpa pernyataan dalam perkataan tindakan dan keyakinan tidak akan terhubung.

      Ketiga, pendidikan karakter mengutamakan munculnya kesadaran pribadi peserta didik untuk secara ikhlas mengutamakan karakter positif. Setiap manusia memiliki modal dasar (potensi yang membedakan dirinya dengan orang lain. Aktualisasi dari kesadaran ini dalam dunia pendidikan adalah pemupukan keandalan khusus seseorang yang memungkinkannya memiliki daya tahan dan daya saing dalam perjuangan hidup. Keempat, pendidikan karakter mengarahkan peserta didik untuk menjadi manusia ulul albab yang tidak hanya memiliki kesadaran diri, tetapi juga kesadaran untuk terus mengembangkan diri, memperhatikan masalah lingkungan, dan memperbaiki kehidupan sesuai dengan pengetahuan dan karakter yang dimilikinya. Manusia ulul albab adalah manusia yang dapat diandalkan dari segala aspek, baik aspek intelektual, afektif, maupun spiritual.

       Dalam pendidikan karakter kebaikan sering kali dirangkum dalam sederet sifat-sifat baik. Pendidikan karakter adalah sebuah upaya untuk membimbing perilaku manusia menuju standar baku. Upaya ini juga memberi jalan untuk menghargai persepsi nilai-nilai pribadi yang ditampilkan disekolah. Fokus pendidikan karakter adalah pada tujuan etika, tetapi prakteknya meliputi penguatan kecakapan yang penting yang mencakup perkembangan sosial siswa. Pendidikan karakter bukan hanya mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, tetapi lebih dari itu menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga siswa didik menjadi faham, mampu merasakan, dan mau melakukannya. Karakter adalah tabiat seseorang yang langsung di-drive oleh otak.

      Pelaksanaan Pendidikan karakter di sekolah yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan karakter dikemukakan berbagai cara atau metode adalah bahwa Pertama, menggunakan metode pembidanan. Socrates dalam Ratna Megawangi mengemukakan perlunya formula 4 M dalam pendidikan karakter ,yaitu: Mengetahui (knowing the good), mencintai (loving the good), menginginkan (desiring the good), dan mengerjakan (acting the good) kebaikan secara simultan dan berkesinambungan. Cara ini menunjukkan bahwa karakter adalah sesuatu yang dikerjakan berdasarkan kesadaran yang utuh. Sedangkan kesadaran utuh itu adalah sesuatu yang diketahui secara sadar, dicintainya,dan diinginkan. Dari kesadaran utuh ini, barulah tindakan dapat menghasilkan karakter yang utuh pula. Proses pengajaran yang bermula dari memberikan pengetahuan peserta didik tentang kebaikan, menggiring atau mengkondisikan agar peserta didik mencintai kebaikan tersebut, kemudian membangkitkan peserta didik agar menginginkan karakter yang diajarkan, dan terakhir mengondisikan peserta didik agar mengerjakan kebaikan secara sukarela, simultan dan berkesinambungan. Kedua, metode atau dengan cara pembiasaan. Pembiasaan merupakan alat pendidikan. Dalam pembiasaan peserta didik dipancing untuk menyadari karakter tertentu yang telah ditentukan, baru kemudian karakter yang telah disadari dan diinginkan itu dibiasakan dalam keseharian. Pembiasaan dimulai dengan menetapkan sikap atau tingkah laku atau karakter yang baik kemudian dilatihkan dan dibiasakan kepada peserta didik. Secara berproses, latihan-latihan yang dilakukan apabila diikuti dengan kesadaran dan mawas diri, lama kelamaan akan menyatu dalam kepribadian peserta didik dan itu menjadi karakter. Kebiasaan tersebut harus dilestarikan sehingga mempribadi atau menyatu dalam kehidupan peserta didik.

      Mengajarkan karakter berarti memberikan pemahaman pada peserta didik tentang struktur nilai tertentu, keutamaan (bila dilaksanakan), maslahatnya, manfaatnya, kegunaannya, kerugiannya atau bahayanya (bila tak dilaksanakan). Mengajarkan nilai-nilai memiliki dua faedah. Pertama, memberikan pengetahuan konseptual baru. Kedua, menjadi pembanding atas pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik, karena proses mengajarkan tidaklah menolong, melainkan melibatkan peserta didik. Inilah unsur metode pendidikannya. Dalam konsep mengajarkan ini yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan apa yang dipahaminya, apa yang pernah dialaminya, dan bagaimana perasaannya berkenaan dengan konsep yang diajarkan. Melalui cara ini, konsep yang diajarkan bukanlah sesuatu yang asing dan baru melainkan sudah dialami atau pernah teramati oleh peserta didik. Konsep tetap diberikan dan menjadi otoritas guru. Konsep yang diberikan guru dapat bermanfaat bagi peserta didik bukan sebagai doktrin melainkan sebagai norma-norma bagi apa yang telah dialami peserta didik. Dalam mengajarkan konsep-konsep ini disertai dengan contoh-contoh yang pernah dan teramati oleh peserta didik.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top