GIVE RADIO IKOM UNIVET
Redaksi / Pemasangan Iklan
Total Tayangan Halaman
PERAN GURU TK DALAM KESIAPAN ANAK MASUK SEKOLAH DASAR (SD)
PERAN GURU TK DALAM KESIAPAN ANAK MASUK SEKOLAH DASAR (SD)
Oleh: Sulasni, S.Pd
TK Dharma Wanita 2 Kronggen, Kecamatan Brati, Kabupaten Grobogan Jawa Tengah
Sulasni, S.Pd |
Pendidik di TK memiliki peranan penting untuk meningkatkan berbagai kemampuan anak terutama pada masa keemasan anak golden age. Pada masa golden age merupakan masa yang penting untuk bagi anak, karena pada masa inilah, merupakan masa pondasi awal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dan masa yang paling optimal bagi anak untuk menyerap hal-hal yang ada di lingkungan sekitarnya sebagai bentuk pembelajaran untuk di kemudian hari. Pendidik sendiri memaksimalkan fase golden age yang mana jatuh pada usia taman kanak-kanak menggunakan berbagai metode mengajar dan turut melibatkan pihak orang tua untuk mengembangkan kesiapan anak masuk sekolah dasar. Guru berperan untuk mengembangkan kesiapan anak untuk masuk sekolah dasar dengan menggunakan berbagai metode mengajar yakni seperti metode karyawisata, demonstrasi, klasik, dsb dan dibantu dengan peran orang tua dengan demikian dapat dicapai kesiapan anak yang berupa kesiapan matematis, kesiapan literasi, kesiapan berbahasa, kesiapan emosi, dan kesiapan sosial yang diperlukan pada saat anak menempuh pendidikan di sekolah dasar. Kesiapan anak juga bisa menjadi prediktor prestasi siswa di tahap pendidikan selanjutnya. Pada penelitian selanjutnya dapat digunakan teknik studi kasus agar informasi yang didapatkan bisa dari semua pihak baik guru, anak, dan orang tua sehingga lebih menyeluruh dan akurat.
Pembelajaran yang utama pada masa golden age dilakukan dengan pemberian stimulasi otak yang merupakan pusat koordinasi tubuh dan pokok pangkal pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Pada periode ini otak anak berkembang hingga 90% (Syafrida, 2012). Berdasarkan penelitian, setiap rangsangan yang diterima otak mengembangkan jaringan otak hingga pada usia 3 tahun dapat mencapai 80%, usia 6 tahun 85%, hingga usia 10 tahun mencapai 90% (Suyadi & Ulfah, 2013). Pengembangan potensi otak dapat dimaksimalkan melalui pendidikan pada usia dini. Stimulasi dan pengajaran yang tepat menjadi gerbang kesuksesan pada tahapan usia selanjutnya.
Rangsangan yang diterima anak dari faktor eksternal anak mempengaruhi kesiapan anak untuk bersekolah. Faktor eksternal seperti halnya keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar individu juga mempunyai peran penting untuk individu dalam rangka mempersiapkan individu dalam meningkatkan kesiapan individu itu sendiri (Dalyono, 2005).
Pendidikan informal sendiri dapat dilakukan mulai oleh orang tua mulai dari usia 0 tahun hingga usia anak prasekolah. Menurut Kucuker (2016), pendidikan anak usia prasekolah yang formal dapat dimulai pada usia ±60 bulan atau sekitar 5 tahun. Untuk mengembangkan berbagai aspek tumbuh kembang anak usia dini sangat beragam dan kompleks, yakni kognitif, motorik, sosial, emosional, moral, dan keagamaan, pemerintah memandang pentingnya membina aspek tumbuh kembang tersebut secara profesional yakni dengan bantuan ahli di Taman Kanak-kanak (TK) (Suyadi dan Ulfah, 2013).
Berdasarkan penelitian oleh Halimah dan Kawuryan (2010), anak SD yang masuk TK memiliki kesiapan yang lebih tinggi yaitu 53,4% dibandingkan yang tidak masuk TK yaitu sebesar 46,6%. Menurut World Bank (Suyadi & Ulfah, 2013), anak yang siap masuk sekolah pada usia 5 tahun, yang mencecap pendidikan usia dini sebanyak 67% sedangkan yang belum pernah mencecap pendidikan usia dini hanya sebanyak 29%.
Selain untuk mengembangkan berbagai aspek tumbuh kembang anak, berdasarkan penelitian, anak yang mencecap pendidikan usia dini mempunyai peluang lebih besar untuk berprestasi dibandingkan dengan yang tidak mencecap pendidikan usia dini. Selain itu, anak yang telah mencecap pendidikan anak usia dini juga memiliki kemampuan belajar yang lebih tinggi. Anak-anak yang perkembangan akademik dan sosialnya baik maka akan dapat berperilaku dan bertindak secara baik pula di masa anak-anak akhir, dewasa bahkan hingga tua (Suyadi & Ulfah, 2013).
Faktor-faktor kesiapan bersekolah ini tentunya berpengaruh terhadap prestasi belajar. Siswa yang siap cenderung memiliki prestasi belajar tinggi, begitu juga sebaliknya (Mulyani, 2013). Sehingga kesiapan sekolah anak tentunya akan dikembangkan oleh sekolah sebelumnya secara maksimal demi tercapainya prestasi belajar di tingkat pendidikan selanjutnya yang maksimal.
Perlu, diketahui bahwa upaya guru untuk mengembangkan kesiapan siswa dimanifestasikan dengan metode mengajar yang beraneka ragam, yakni metode karyawisata, demonstrasi, klasik, bernyanyi, dan bercakap-cakap. Semua metode mengajar ini dapat dilaksanakan dengan baik namun dengan tetap menyesuaikan kondisi anak dan harus bervariasi penggunaannya agar tidak tercipta kebosanan dan tujuan pembelajaran dapat dengan baik tersampaikan kepada siswa.
Selain metode mengajar, ditemukan temuan baru yang mana ada peran pihak lain yang cukup dominan untuk mempengaruhi upaya guru yakni orang tua. Bertugas untuk melaksanakan pembelajaran di rumah dan membantu anak untuk melaksanakan tugas sekolah. Namun, terkadang terdapat kendala dimana minimnya keterlibatan orang tua sehingga guru perlu untuk memberikan motivasi lebih lanjut untuk maupun yang bersifat inter-personal seperti keramahan, kesopanan, dan sebagainya sehingga muncul kesiapan sosio emosional dan berbahasa. Berdasarkan upaya guru maka kesiapan siswa yang dapat diraih ialah kesiapan matematis, kesiapan literasi, kesiapan emosi, dan kesiapan sosial meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak.
Kesiapan siswa untuk masuk sekolah dasar dikembangkan guru dengan cara mengajarkan membaca, menulis, mengenal angka, membaca iqra, dan sebagainya sehingga mampu meningkatkan kemampuan yang bersifat hard skill. Selain itu, guru juga meningkatkan kemampuan anak yang bersifat soft skill, seperti kemampuan bersifat intra-personal seperti kedisiplinan, kemandirian, keberanian, daya juang, dan sebagainya.
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
PENYEBAB RENDAHNYA MINAT MEMBACA SISWA Oleh : Apriyati SDN Penyarang 04, Sidareja, Cilacap Jawa Tengah Apriyati Membaca merupakan keg...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI Oleh : Wahyu Sri Ciptaningtyaswuri, S.Pd.SD Guru SDN Kaliayu, Cepiring, Kendal Jawa Tengah Wahyu Sri Ciptaning...
-
PENTINGNYA PENGGUNAAN BAHASA JAWA KRAMA DIKALANGAN REMAJA PADA ABAD 21 Oleh : Kunaniyah, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMP Islam Al Bayan Wiradesa,...
-
PERMAINAN OLAHRAGA DALAM PENJAS ADAPTIF BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Oleh : Agus Dwi Surahman, S.Pd Guru SLB BC YSBPD Wuryantoro, Wonogiri ...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
Master Setiawan, narasumber sekaligus pimpinan LKP Matematika Indonesia saat memberikan pelatihan matematika kepada calon tenaga kerja mag...
Tidak ada komentar: