GERAKAN LITERASI SEKOLAH UNTUK MENUMBUHKAN CIVIC SKILL SISWA MELALUI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Print Friendly and PDF

GERAKAN LITERASI SEKOLAH UNTUK MENUMBUHKAN CIVIC SKILL SISWA MELALUI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Oleh : Widya Nastiti, S.Pd 

Guru SMP Negeri 1 Karanganyar, Purbalingga Jawa Tengah

Widya Nastiti, S.Pd 


       Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education) merupakan subjek pembelajaran yang mengemban misi negara untuk membentuk kepribadian bangsa sehingga sadar pentingnya nation and character building. Pendidikan kewarganegaraan terdiri tiga muatan yaitu Civic knowledge, Civic skill, dan Civic disposition (karakter kewarganegaraan) (Alfiansyah & Wengi, 2018; Branson, 1998). Ketiga muatan pendidikan kewarganegaraan tersebut dikenal dengan kompetensi kewarganegaraan (Civic competences).

       Menurut Jamaludin dan Ainur (2021) Civic knowledge yang dimiliki siswa akan tercermin dalam perilaku atau sikap kewarganegaraan. Civil knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) yaitu kemampuan memahami konsep atau materi terkait kewarganegaraan dan bertujuan untuk membentuk siswa sebagai warga negara yang aktif.

       Sedangkan Civic skill (keterampilan kewarganegaraan) yaitu perilaku sebagai seseorang yang mencerminkan konsep bernegara atau bertindak selayaknya warga negara yang baik. Civil disposition (karakter kewarganegaraan) yaitu watak atau sifat yang harus dimiliki warga negara sebagai bentuk internalisasi Civic knowledge dan Civic skill. 

       Penulis selaku guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan Civic skill kepada siswa melalui gerakan literasi sekolah dengan memanfaatkan media literasi untuk pembelajaran. Pelaksanaan gerakan literasi di sekolah direncanakan sesuai pedoman yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Konsep literasi di sekolah adalah literasi harian. Literasi harian yang diterapkan yaitu membaca buku-buku Budi pekerti 10 menit sebelum pelajaran dimulai di kelas masing-masing, Menyediakan pojok literasi di perpustakaan taman atau lokasi manapun yang nyaman dilingkungan sekolah. Menjadwalkan kegiatan literasi (membaca, menulis, mendongeng, bermain drama, menggambar, kerajinan tangan dan lainnya). Membuat majalah dinding di perpustakaan atau tiap kelas sebagai media apresiasi kerja anak. Mengkaitkan setiap mata pelajaran dengan buku-buku yang mengandung nilai-nilai Budi pekerti luhur. Mengarahkan hukuman siswa yang bolos, tawuran, tidak mengerjakan tugas, dan lainnya dengan menyumbang buku anak untuk sekolah. Membuat form observasi untuk menilai kemajuan anak dalam hal literasi. Memposting gambar/ cerita kegiatan literasi di media sosial (Facebook, Instagram, tiktok, WhatsApp dan lainnya).

       Kunci keberhasilan penerapan literasi di sekolah adalah keaktifan dari guru dan siswa. Guru sebagai pusat literasi bagi siswa karena guru memiliki kompetensi profesional dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan siswa terlibat langsung dalam literasi di sekolah. Menurut Ofcom (2004) literasi adalah keterampilan mengakses, menganalisa, mengevaluasi sekaligus mengkomunikasikannya dalam berbagai macam format. Lebih dari itu mampu mengenali, lalu juga mengerti informasi secara komprehensif dalam rangka untuk mewujudkan cara berpikir kritis, seperti tanya jawab, menganalisis, dan mengevaluasi informasi itu (Siregar, 2013: 4). Sedangkan Kemendikbud (2016: 8) mendefinisikan literasi sebagai kemampuan dalam mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas. Selain itu Kemendikbud (2016: 11) menjelaskan konsep strategis pelaksanan gerakan literasi sekolah salah satunya dengan pelaksanan dalam pembelajaran, pembiasaan dan pengelolaan sarana dan prasarana.

       Media Literasi yang digunakan untuk Civic skill diantaranya media literasi perpustakaan. Keberadaan perpustakaan sebagai media literasi yang ideal, guru harus membudayakan jam kunjungan ke perpustakaan setiap hari kepada seluruh warga sekolah tidak hanya kepada siswa saja. Maka kondisi perpustakaan sekolah harus menarik dan menyediakan tempat baca yang merangsang siswa membaca buku. Media literasi informasi. Menurut Pattah (2014: 118) menjelaskan literasi informasi yaitu kemampuan untuk memanfaatkan berbagai alat-alat informasi serta sumber-sumber primier untuk memecahkan sebuah masalah. Literasi informasi erat berkaitan dengan literasi komputer, literasi perpustakaan, juga kemampuan berpikir sebagai pendukung perkembangan literasi informasi. Eisenberg Lowe, Spitzer (2004: 7) telah menjelaskan ketrapilan literasi informasi juga harus didukung oleh keterampilan literasi yang lain, seperti literasi gambar/visual, literasi media, literasi komputer dan literasi digital.

       Mengacu pada pemaparan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa peran gerakan literasi sekolah sangat penting dalam menumbuhkan Civic skill bagi siswa melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan serta ikut mewarnai kehidupan ini. Dengan demikian semakin besar pengaruh literasi siswa terhadap kehidupannya kelak. Maka dari itu peran guru dan kepala sekolah mendorong potensi siswa menjadikannya seorang literat  melalui proses literasi dan literasi menjadi kebutuhan utama yang tidak terpisahkan dari kehidupan siswa.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top