TANTANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SAAT NEW NORMAL

Print Friendly and PDF

TANTANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SAAT NEW NORMAL

Oleh : Candra Sakti Nurwachid Widagdo, S.Pd

Guru SMK N 1 Wirosari, Wirosari, Grobogan Jawa Tengah 

Candra Sakti Nurwachid Widagdo, S.Pd

       Pembelajaran matematika adalah upaya sadar yang diselenggarakan untuk memfasilitasi siswa memahami konsep, prosedur dan penerapan matematika. Matematika dapat dipandang sebagai ilmu yang mendasarkan pada pola berfikir deduktif dimana aksioma, definisi atau teorema yang bersifat umum (general) digunakan untuk menjelaskan, membuktikan atau menemukan fenomena, hubungan atau objek yang bersifat lebih kontekstual (khusus). Sehingga dikatakan matematika adalah ilmu yang mensyaratkan berfikir sistematis, terurut dan logis. Objek kajian dalam matematika umumnya berupa masalah yang disajikan dalam simbol dan gambar. Oleh karena itu, seringkali pembelajaran matematika disajikan melalui masalah yang memuat konsep sekaligus prosedur dan penerapan matematika. Memahami dalam pendekatan kognitif dapat diartikan sebagai suatu aktivitas untuk menggunakan pengetahuan awal yang relevan untuk memperhatikan, menata, dan mengaitkan pengetahuan awal itu dengan bagian-bagian dari materi yang sedang dipelajari sehingga memodifikasi, mempertegas, mendetilkan atau melanyahkan pengetahuan awal itu menjadi sebuah bangunan pengetahuan yang baru. Perlu ditegaskan bahwa belajar tidak hanya proses untuk mengasimilasi pengetahuan tetapi juga mengakomodasi pengetahuan itu (Mayer, 2004; Sweller, Ayres, & Kalyuga, 2011). Mengasimilasi pengetahuan adalah aktivitas untuk memahami sebuah pengetahuan baru dengan sekedar mengenali kategori atau klasifikasi dari pengetahuan itu (surface understanding), sedangkan mengakomodasi adalah mengaitkan pengetahuan yang diasimilasi itu dengan pengetahuan yang sebelumnya telah dipelajari dengan cara membangun struktur pengetahuan yang lebih bermakna (deep understanding). Definisi ini sesuai dengan teori belajar beraliran kognitif seperti yang dikembangkan oleh Piaget dan Ausubel (Santrock, 2011).

        Aktivitas belajar untuk membangun pengetahuan dipengaruhi oleh banyak aspek. Dari aspek kognitif, salah satu yang mempengaruhi adalah besarnya muatan kognitif (cognitive load) selama pembelajaran (Sweller et al., 2011). Muatan kognitif yang pertama disebut dengan intrinsic cognitive load, yaitu muatan kognitif yang dihadirkan oleh isi bahan pembelajaran. Ada materi matematika yang kompleks, ada yang sederhana. Kompleksitas atau tidaknya sebuah materi tergantung dari sifat materi itu. Misalnya, materi pecahan, bilangan bulat negatif, bilangan imajiner, atau ill-defined problem solving adalah materi yang secara esensial adalah materi yang memiliki intrinsic cognitive load tinggi. Bagaimana siswa dapat mengatur atau memuat intrinsic cognitive load dipengaruhi oleh seberapa detil pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh siswa (prior knowledge).

       Kita sepakat bahwa pandemi Covid-19 telah mengubah proses kegiatan belajar mengajar (KBM) dari proses belajar mengajar tatap muka (offline) menjadi online atau daring. Tahun ajaran baru tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Guru dan siswa harus berkenalan dengan “New Normal”. New normal tidak dapat diartikan sebagai kembali ke sekolah seperti biasanya, tetapi sekolah dan guru bersama-sama menyiapkan agar siswa mampu beradaptasi dengan proses KBM di tengah wabah Covid-19. Bisa kita rasakan siswa mulai jenuh berada di rumah, borosnya kuota internet, kemudian bagi daerah yang kesulitan sinyal pembelajaran daring terasa sangat tidak maksimal. Di sisi lain, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru, guru harus secara kreatif memanfaatkan platform digital yang tersedia, guru juga harus memastikan siswa hadir di kelas online. Proses evaluasi juga tak kalah penting karena guru perlu melihat perkembangan siswanya apakah sudah tercapai tujuan belajar atau belum. 

       Selama wabah Covid-19, guru dan siswa seolah-olah dibatasi secara fisik, akan tetapi, secara pedagogis hubungan guru dan siswa harus tetap terjaga. Proses tetap harus memperhatikan interaksi guru dan siswa. Misalnya pada pembelajaran matematika secara online, setelah guru menjelaskan materi dan memberikan soal/tugas kepada siswa, guru kemudian memberikan feedback terhadap hasil pekerjaan siswa yaitu dengan memberikan penjelasan jawaban yang benar mengenai persoalan yang diberikan.

       Dalam pembelajaran matematika di SMK misalkan materi Operasi Bilangan Berpangkat. Guru bisa menyediakan LKS (Lembar Kerja Siswa) tentang Operasi Bilangan Berpangkat. LKS bukan hanya kumpulan soal-soal yang kemudian diberikan kepada siswa, juga bukan kumpulan materi. LKS di sini adalah serangkaian proses belajar yang akan dilalui siswa dalam mempelajari materi Operasi Bilangan Berpangkat sehingga siswa mampu membangun pengetahuannya sendiri. LKS disiapkan sebagai alat pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme.

       Proses pembelajaran dimulai dengan pemberian motivasi kepada siswa, motivasi bisa berupa pentingnya mempelajari Operasi Bilangan Berpangkat. Guru kemudian memberikan materi yang ringan dilanjutkan dengan definisi, contoh, dan sifat-sifat Operasi Bilangan Berpangkat. Guru juga menyajikan contoh penggunaan sifat-sifat Operasi Bilangan Berpangkat. Setelah dirasa paham, siswa kemudian diberikan latihan tentang sifat-sifat Operasi Bilangan Berpangkat. Setelah siswa selesai menjawab, guru dapat memberikan respon terhadap jawaban murid sekaligus memberikan motivasi kepada siswa untuk terus semangat belajar. Pelaksanaan pada tahap pemberian latihan soal dan umpan balik ini, alangkah baiknya jika dilakukan dengan platform digital yang sudah-sudah. Jadi, pembelajaran matematika pada saat new normal, guru juga masih harus memanfaatkan media online. Selain hubungan pedagogis guru dan siswa, literasi digital yang sudah dilaksanakan selama belajar mandiri juga dapat terjaga.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top