PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT SISWA KELAS V SDN TENING

Print Friendly and PDF

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT SISWA KELAS V SDN TENING

Oleh: Yulita Windarti, S.Pd

Guru SD Negeri Tening Wonoboyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah

Yulita Windarti, S.Pd



       Pembangunan manusia sebagai sumber daya manusia yang berkualitas tidak terlepas dari peran pendidikan. Sesuai tujuan pendidikan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1985 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.

       Sejalan hal tersebut maka peran seorang guru dalam mendidik peserta didik di sekolah memiliki peran penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru yang memiliki tugas profesi mengajar, mendidik, dan melatih peserta didik dalam pendidikan formal melalui proses pembelajaran yang efektif. Menurut Marland (1990: 13-14) menyatakan seorang guru dapat dikatakan efektif apabila ia memiliki sikap penuh perhatian, pantang menyerah, penjelasannya mudah dipahami, dan mampu mengelola kelas dengan baik. 

       Dalam proses pembelajaran, seorang guru tidak terlepas dari berbagai kedala yang dihadapi ketika mengajarkan materi pelajaran kepada peserta didik. Dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan interaksi antara guru dan peserta didik dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya peningkatan kualitas pendidikan yang merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembangunan bangsa. Menurut Fendika Prastiyo (2019: 1) bahwa dalam kegiatan pembelajaran di kelas diperlukan eksistensi untuk lebih aktif dari peserta didik untuk mengambil informasi ilmu pengetahuan secara integritas.

       Selama kegiatan pembelajaran IPA, penulis selaku guru kelas V SDN Tening mengamati peserta didik kurang memperhatikan saat diterangkan yang cenderung bersenda gurau dengan temannya, menganggap pelajaran IPA sesuatu yang membosankan dan menjemukan. Guru sering menggunakan metode pembelajaran ceramah dan hafalan yang mengakibatkan nilai hasil belajar mengalami penurunan nilai hasil belajar pada hasil nilai ulangan.

       Untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tersebut, penulis merubah penggunaan metode pembelajaran konvensional menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada materi energi dan perubahannya. Dengan harapan hasil belajar siswa meningkat dari sebelumnya.

       Model pembelajaran, menurut Jajang Bayu Kelana (2021: 2) bahwa merupakan kesatuan utuh dari penerapan, pendekatan strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran maka dari itu seorang guru harus mampu menguasai berbagai variasi model pembelajaran agar dapat menyesuaikan dengan karakteristik dan gaya belajar peserta didik khususnya dalam pelajaran IPA. Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat memahami konsep dalam IPA meningkatkan rasa ingin tahu mengenai berbagai peristiwa yang berkaitan dengan alam sekitar, mengembangkan keterampilan proses sehingga mampu memecahkan masalah melalui doing sience serta mengembangkan wawasan, sikap, nilai dan kemampuan untuk menerapkan konsep IPA dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari.

       Metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVrise dan Keith Edwards. Dalam metode ini para peserta didik dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas 4 sampai 5 orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pembelajaran lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran, selanjutnya diadakan turnamen di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin per skor timnya. Teams Games Tournament (TGT) menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk memainkan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.

       Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan penulis dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GTG sebagai berikut: 1) Pada pra pembelajaran GTG dilakukan persiapan materi yang dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran berkelompok berupa lembar jawaban dan soal-soal turnamen. 2) Guru harus mengelompokkan siswa ke dalam satu kelas menjadi 5 sampai 6 kelompok yang berkemampuan heterogen. Kelompok-kelompok yang terbentuk diusahakan berimbang baik dalam hal kemampuan akademik maupun jenis kelamin dan rasnya pada kerja kelompok ini. 3) Guru bertugas sebagai fasilitator yaitu berkeliling bila ada kelompok yang ingin bertanya tentang work sheet. Pada kerja kelompok tersebut diperlukan waktu 40 menit kemudian diadakan validasi kelas artinya hasil kerja kelompok dicocokkan bersama dari soal work sheet tersebut. 4) Langkah selanjutnya membagi siswa ke dalam meja turnamen tiap meja turnamen terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang mempunyai hidrogen dan berasal dari kelompok yang berlainan. Dalam meja turnamen telah disediakan satu set seperangkat pembelajaran yang sama untuk semua meja turnamen. 5) Guru membagikan kartu bernomor kepada masing-masing meja turnamen. Kartu tersebut dikocok lalu dibagikan kepada anggota kelompok dalam meja turnamen. Siswa yang mendapatkan kartu dengan angka yang paling tinggi maka dia bertindak sebagai leader, sedangkan kartu dari siswa lain dikembalikan lagi. Leader adalah orang yang membaca soal sekaligus yang menjawabnya. Soal yang dibacakan oleh leader merupakan soal yang harus dikerjakan oleh seluruh siswa dalam meja turnamen tersebut (celing). Searah dengan putaran jarum jam maka celing 1, celing 2,  celing 3, celing 4 juga menjawab soal. Celig 4 bertugas melihat kunci jawaban setelah semua siswa menjawab. 

       Misalnya leader mendapatkan kartu dengan angka 12 maka leader membaca soal 12 dari soal 12 tersebut leader menjawab a, celing 1 menjawab c, celing 2 menjawab c, celing 3 menjawab e dan celing 4 menjawab e ternyata setelah celing 4 membuka jawaban maka yang paling benar adalah c sehingga kartu yang angka paling besar tadi berpindah ke C1 celing 2 dan celing 3 tidak dapat kartu ini karena aturan mainnya berjalan searah dengan putaran jarum jam dan C1 yang menjawab pertanyaan benar pertama kali tadi sehingga C1 bertindak sebagai leader. Selanjutnya C1 mengambil kartu di atas meja misalnya mendapatkan kartu nomor 9, maka C1 membuka nomor 9 dan leader yang tadi bertugas membuka kunci jawaban begitu selanjutnya. Jika soal yang tidak dapat dijawab oleh semua anggota turnamen maka nomor kartu tersebut dikembalikan di atas meja sekaligus jawaban kartu yang tidak terjawab dibacakan oleh celing dan kemudian dikocok kembali. Leader berikutnya disesuaikan urutan searah putaran jarum jam. 6) Setelah waktu yang ditentukan pada turnamen selesai selanjutnya menentukan poin berdasarkan benar salahnya jawaban. Apabila menjawab dengan benar maka akan mendapatkan 10 poin. 7) Setelah usai turnamen maka masing-masing anggota turnamen mengumumkan siswa yang paling banyak mendapatkan poin dan selanjutnya kelompok turnamen kembali ke kelompok asal sambil membawa poin-poin tersebut. Kelompok yang mendapat poin terbanyak maka dialah yang menjadi juara. Juara yang diambil yaitu juara 1, 2 dan 3. 

       Setelah dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) materi pada materi energi dan perubahannya berdampak positif kepada siswa yang ditandai siswa merasa senang dan antusias mengikuti dalam permainan turnamen, siswa lebih fokus konsentrasinya selama mengikuti pembelajaran dan meminta guru setiap pembelajaran menerapkan pembelajaran TGT. Selain itu, setelah diadakan ulangan harian nilai hasil belajar siswa mengalami kenaikan, banyak yang berhasil meraih nilai di atas KKM yang telah ditentukan.

       Dari pemaparan tersebut, penulis menyarankan kepada rekan sejawat guru untuk bisa menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam setiap pembelajaran. 



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top