GIVE RADIO IKOM UNIVET
Redaksi / Pemasangan Iklan
Total Tayangan Halaman
PENCAPAIAN KEGIATAN KEMANDIRIAN DIRI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNA GRAHITA) MELALUI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
PENCAPAIAN KEGIATAN KEMANDIRIAN DIRI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNA GRAHITA) MELALUI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh : Rosalita Dian Ilmia Wardani, S.Psi
Guru Bimbingan dan Konseling SLB BC YSBPD Wuryantoro, Wonogiri Jawa Tengah
Rosalita Dian Ilmia Wardani, S.Psi |
Kemandirian merupakan aspek yang penting dalam kehidupan. Begitu juga untuk anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tuna grahita. Melatih kemandirian perlu dilakukan bahkan sejak usia dini. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak selalu bergantung pada bantuan orang lain. Anak tuna grahita merupakan anak yang memiliki kelainan dalam perkembangan mental yang disebabkan karena rendahnya tingkat kecerdasan. Anak penyandang tuna grahita juga perlu mendapatkan perhatian yang sama dengan warga negara lainnya. Lingkup pendidikan meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pembelajaran atau pendampingan di sekolah memegang peranan penting dalam meningkatkan kemandirian bagi anak tuna grahita yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan atau kemampuannya berada di bawah rata-rata dari ukuran normal.
Sejalan dengan pengertian Bimbingan dan Konseling bahwa bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno dkk, 2003:10), maka peran guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor sangatlah penting untuk mencapai kegiatan kemandirian anak baik disekolah maupun di rumah. Selain membimbing anak sesuai dengan kemampuannya, konselor juga dituntut untuk selalu berkoordinasi dengan orang tua agar tugas kemandirian anak juga terlaksana saat di rumah.
Kegiatan kemandirian anak berkebutuhan khusus lebih menekankan pada kegiatan keseharian yang dapat dilakukan sendiri oleh anak, diantaranya yaitu : Bidang penampilan diri. Bidang makanan dan minuman. Bidang kesehatan lingkungan. Tugas sederhana di rumah. Bidang keuangan, berkaitan dengan pengertian nilai uang dan bagaimana cara menggunakannya. Bidang pemeliharaan anak kecil, meliputi bagaimana cara mengasuh adik, menyayangi adik, bermain dengan anak kecil dan menjaga keselamatan anak kecil.
Kegiatan kemandirian tersebut tidak sepenuhnya tercapai pada anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tuna grahita. Mereka membutuhkan pendampingan yang lebih dalam mencapai tingkat kemandirian. Dalam hal ini konselor memegang peranan penting untuk membantu anak mencapai tahap perkembangan kemandirian yang sesuai. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh konselor untuk melatih kemandirian anak, khususnya dalam hal bina diri. Konselor harus memperhatikan tentang kebutuhan siswa, sebagai contoh konselor dapat menggunakan Teknik modeling untuk memberi contoh pada siswa tentang tata cara kegiatan kemandirian yang baik.
Selain dengan menggunakan Teknik modeling, konselor juga dapat melakukan beberapa hal berikut :
1. Pemahaman dan pengenalan akan keberadaan anak tuna grahita secara komprehensif. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan assesmen.
2. Optimalisasi pelaksanaan bidang pembelajaran, meliputi Akademik, Bina diri, Bimbingan konseling dan ketrampilan.
3. Upaya pencapaian ciri-ciri kemandirian, meliputi : menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan rasa tanggung jawab, menumbuhkan kemampuan menentukan dan mengambil pilihan, dan menumbuhkan kemampuan mengendalikan emosi.
4. Mengembangkan model bahan ajar, seperti halnya materi pembelajaran/ layanan ataupun media pembelajaran/ layanan yang menarik.
5. Mengembangkan strategi pendekatan pembelajaran/layanan.
Melalui beberapa hal di atas diharapkan konselor dapat membantu anak untuk mencapai tingkat kemandirian yang optimal sesuai dengan tingkatan usia anak. Sehingga anak tuna grahita mampu untuk mencapai kegiatan kemandirian dan tidak bergantung pada orang lain.
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI Oleh : Wahyu Sri Ciptaningtyaswuri, S.Pd.SD Guru SDN Kaliayu, Cepiring, Kendal Jawa Tengah Wahyu Sri Ciptaning...
-
PENYEBAB RENDAHNYA MINAT MEMBACA SISWA Oleh : Apriyati SDN Penyarang 04, Sidareja, Cilacap Jawa Tengah Apriyati Membaca merupakan keg...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
PENTINGNYA PENGGUNAAN BAHASA JAWA KRAMA DIKALANGAN REMAJA PADA ABAD 21 Oleh : Kunaniyah, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMP Islam Al Bayan Wiradesa,...
-
PERMAINAN OLAHRAGA DALAM PENJAS ADAPTIF BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Oleh : Agus Dwi Surahman, S.Pd Guru SLB BC YSBPD Wuryantoro, Wonogiri ...
Tidak ada komentar: