MODEL PBL BERBANTUAN GOOGLE CLASSROOM DAN GOOGLE MEET DAPAT MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR IPA

Print Friendly and PDF

 MODEL PBL BERBANTUAN GOOGLE CLASSROOM DAN GOOGLE MEET DAPAT MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR IPA 


Oleh: Lilis Setyawati

Guru SDIT Nurul Huda Pracimantoro, Wonogiri

Lilis Setyawati

       Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) saat ini menggunakan pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran tematik terpadu melibatkan peserta didik untuk lebih aktif, kreatif, dan berpikir kritis. Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa muatan mata pelajaran agar dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik (Kemendikbud, 2014:16). Pada masa pademi Covid-19, pembelajaran tematik terpadu di SD dilaksanakan secara daring. Pembelajaran daring menjadi sarana bagi sekolah untuk mengembangkan keterampilan pembelajaran abad 21, diantaranya adalah keterampilan berpikir kritis dan penggunaan aplikasi berbasis internet dalam pembelajaran. 

       Hal ini sesuai dengan proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 harus menampakkan proses pembelajaran peserta didik untuk berlatih mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Muara keterampilan berpikir kritis adalah hasil belajar peserta didik. 

       Berdasarkan hasil observasi pembelajaran daring Kelas 6 B Tema 4 Globalisasi, Sub Tema 2 Globalisasi dan manfaatnya  di SDIT Nurul Huda Pracimantoro memang kurang efektif. Peserta didik belum mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis, mereka malu menyampaikan pendapat, dan bergantung dengan arahan guru, hal tersebut mengakibatkan rendahnya hasil belajar peserta didik. Saat proses pembelajaran peserta didik kelas 6 B SDIT Nurul Huda Pracimantoro, peserta didik belum dapat berpikir kritis mereka hanya diam dan mendengarkan saja. Hal ini menyebabkan hasil belajar peserta didik belum memuaskan. Nilai rata-rata pretes pada muatan IPA mencapai 69,  Bahasa Indonesia mencapai 86, dan SBdP mencapai 93. Hasil nilai ulangan peserta didik menunjukkan prosentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada muatan IPA baru mencapai 55%, Bahasa Indonesia mencapai 86%, dan SBdP mencapai 86%. Dari hasil analisis data kondisi awal menunjukkan bahwa muatan IPA memiliki nilai rata-rata dan ketuntasan belajar paling rendah maka dari itu muatan IPA yang paling utama untuk dipecahkan masalahnya. Oleh karena itu harus ada upaya guru dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis. 

       Salah satu solusi pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif yang dipilih yaitu model pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif, berpotensi meningkatkan keterampilan berpikir kritis, dan kompetensi hasil belajar peserta didik. Oleh sebab itu, model yang cocok untuk mengatasi masalah pembelajaran di kelas 6 B SDIT Nurul Huda Pracimantoro, yaitu Problem Based Learning (PBL) berbantuan aplikasi Google Classroom dan Google Meet. Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu peserta didik untuk menemukan masalah dari suatu peristiwa yang nyata, mengumpulkan informasi melalui strategi yang telah ditentukan sendiri untuk mengambil satu keputusan pemecahan masalahnya yang kemudian akan dipresentasikan dalam bentuk unjuk kerja.

       Langkah-langkah PBL ada lima tahapan, yaitu: tahap 1 Orientasi peserta didik pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah yang dipilih. Tahap 2 Mengorganisasi peserta didik untuk belajar. Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap 3 Membimbing pengalaman individual/kelompok. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan  model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

       Keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik kelas 6 B pada muatan IPA dapat ditingkatkan melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL). Adapun tahapan proses meningkatkan Keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik yaitu dengan proses orientasi peserta didik pada masalah. 

       Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peningkatan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik dapat dibuktikan dengan hasil perolehan skor skala keterampilan Keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar dalam muatan IPA setelah dikenai tindakan pada siklus 1 dan siklus 2. Pada prasiklus nilai tertinggi 90, nilai terendah 40, nilai rata-rata 69, dan ketuntasan klasikal 55%. Sedangkan pada siklus 1 nilai tertinggi 100, nilai terendah 55, nilai rata-rata 80, dan ketuntasan klasikal 68%. Pada siklus 2 nilai tertinggi 100, nilai terendah 71, nilai rata-rata 95, dan ketuntasan klasikal 96%. Dengan demikian pada siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan.

        Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) berbantuan Google Classroom dan Google Meet dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar IPA peserta didik kelas 6 B SDIT Nurul Huda Pracimantoro. (*)



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top