GIVE RADIO IKOM UNIVET













Redaksi / Pemasangan Iklan






Total Tayangan Halaman

Pragmatik Sebagai Pilar Pembentukan Karakter Saling Menghargai dan Menghormati
Pragmatik Sebagai Pilar Pembentukan Karakter Saling Menghargai dan Menghormati
Oleh: Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum.
Dosen PBSI FKIP UNS, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa
Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube/Tiktok: M. Rohmadi Ratulisa
![]() |
Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum. |
"Kawan, keheningan senja membuka ruang imajinasi untuk menelusuri ruang-ruang hampa tanpa kata dalam rajutan cerita penuh kenangan sepanjang masa"
“Selamat siang Mas Mamad. Gimana kabarnya Kota Solo? Tanya salah satu teman SMA yang sekarang menjadi guru SD di Tegal, Jawa Tengah. Kemudian saya jawab, “Solo, baik-baik saja bosqu. Aman terkendali, masih full senyum. Sate dan tengkleng menunggu Mas Guru Eko di Solo ya”. Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti ingin dihargai dan dihormati tanpa terkecuali dalam berkomunikasi, baik langsung maupun tidak langsung. Dihargai dan dihormati bukan berarti disanjung-sanjung sebagai bos atau juragan besar tetapi lebih pada menghargai dan menghormati sebagai sesama manusia yang memiliki kedudukan yang sama di mata Tuhan Yang Maha Esa. Dalam percakapan antara Mas Mamad dengan Mas Eko tersebut saling menghargai dan menghormati dengan menggunakan kata sapaan “Mas Mamad dan Mas Guru Eko dan konteks tuturan yang sangat bersahaja”. Bentuk sapaan dan konteks suasana tuturan tersebut sebagai wujud daya tindak tutur pragmatik untuk saling menghargai dan menghormati antara penutur dengan lawan tutur.
Pragmatik merupakan pilar pembentukan karakter untuk saling menghargai dan menghormati bagi penutur kepada lawan tutur dan partisipan dalam multikonteks kehidupan. Hal ini dikarenakan pragmatik merupakan interdisipliner linguistik untuk memahami maksud ujaran penutur yang tersirat dibalik ujarannya dengan melibatkan konteks tuturan. Seorang penutur akan menyampaikan tujuan tuturannya kepada lawan tutur dan partisipan melalui implikatur (maksud tersirat) sedangkan lawan tutur dan partisipan akan mempraanggapkan implikatur seorang penutur berbasis pengalaman dan konteks yang dipahaminya. Pengalaman kontekstual bersama antara penutur dengan lawan tutur akan mendekatkan pemahaman bersama antar penutur dengan lawan tutur untuk saling mengerti, memahami, menghargai, dan menghormati dalam berbagai konteks kehidupan. Dengan demikian tidak akan pernah terjadi gagal pragmatik dalam komunikasi antara penutur dengan lawan tutur yang melibatkan konteks tuturannya.
Seorang Bapak atau Ibu akan dihargai oleh anak-anaknya ketika Bapak atau Ibu tersebut menjadi teladan dan melatih anak-anaknya untuk dapat saling menghargai dan menghormati anak-anaknya dalam berkomunikasi sehari-hari, demikian juga sebaliknya anak-anaknya akan saling menghargai dan menghormati kepada Bapak dan Ibunya dalam komunikasi sehari-hari. Kemudian seorang suami atau istri juga akan dihargai dan dihormati oleh istri atau suaminya dengan saling menjaga dan memahami konteks pertuturan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang presiden akan dihargai dan dihormati oleh menteri-menteri, gubernur, bupati, walikota, camat, lurah, dan rakyatnya apabila keduanya saling menghargai dan menghormati, baik dalam tindak tutur maupun tindakannya. Demikian juga dalam konteks pemimpin perusahaan, konteks pendidikan, seni, budaya, hukum, politik, keluarga, negeri, dan masyarakat akan berlaku hal yang sama, yaitu dibutuhkan dan saling membutuhkan sikap menghargai dan menghormati antar penutur dengan lawan tutur dan partisipan. Oleh karena itu, kedudukan seorang penutur, lawan tutur, dan partisipan dalam kehidupan sangat diperlukan pemahaman terhadap teks, koteks, dan konteks secara beragam dalam multikonteks kehidupan yang berkebhinekaan di wilayah NKRI.
Semangat seluruh masyarakat NKRI untuk memahami pragmatik sebagai pilar pembentukan karakter untuk saling menghargai dan menghormati sangat diperlukan bagi seluruh masyarakat NKRI. Hal ini sebagai bentuk implementasi daya pragmatik dalam tindak tutur yang digunakan oleh masyarakat di seluruh wilayah NKRI. Apabila semua masyarakat bersikap yang baik, santun, dan bertindak tutur yang baik, saling menghargai, dan saling menghormati tentulah akan terwujud suatu masyarakat yang damai, bergotong royong, saling menghargai, saling menghormati dalam bingkai kebhinekaan yang beragam pada 38 provinsi di NKRI. Upaya untuk menjaga kesatuan wilayah NKRI dengan bahasa persatuan dan aneka seni dan budaya akan dapat terwujud dengan memahami dan mengimplementasikan pilar-pilar pragmatik dalam kehidupan sehari-hari.
Pragmatik itu seni untuk memahami hidup dengan memanusiakan manusia dalam multikonteks kehidupan yang beragam di wilayah NKRI. Dengan memahami pragmatik berarti setiap orang akan dapat memahami siapa dirinya sebagai penutur, lawan tutur, konteks tuturan, prinsip kerja sama dalam berkomunikasi, prinsip kesantunan dalam berkomunikasi, deiksis, implementasi pragmatik dalam kehidupan sehari-hari, dan implementasi pragmatik dalam media sosial dan media kehidupan yang nyata. Dengan demikian pemahaman pragmatik perlu diajarkan, penting untuk disosialisasikan, dan terus dijadikan teladan dalam berkomunikasi dengan orang yang lebih senior, kedua orang tua, saudara, handai taulan, famili, teman sejawat, sahabat, masyarakat, dan seluruh pengguna dan penikmat kata di seluruh wilayah NKRI.
Pragmatik harus dapat menjadi pilar penjaga sikap, tindakan, tuturan, baik lisan maupun tulis dalam multikonteks kehidupan agar terwujud kondisi damai, sejahtera, dan saling menghargai dan menghormati antarpihak dalam berbagai multikonteks kehidupan sepanjang masa untuk kesejahteraan dan kedamiaan seluruh Masyarakat NKRI era digital.
“Hidup sekali mati sekali maka berliterasilah dengan Ratulisa (rajin menulis & membaca) untuk dapat berkarya untuk semesta sehingga dapat ikut menyinari dunia, seperti bintang, bulan, dan matahari yang selalu menyinari bumi, baik tampak maupun tidak tampak oleh manusia”
Istana Arfuzh Ratulisa, Surakarta, 6 Februari 2025
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
TRADISI KROBONGAN Oleh: Aris Prihatin SMPN 1 Manyaran, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Aris Prihatin Masyarakat J...
-
PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI Oleh : Wahyu Sri Ciptaningtyaswuri, S.Pd.SD Guru SDN Kaliayu, Cepiring, Kendal Jawa Tengah Wahyu Sri Ciptaning...
-
Kepala SMP Negeri 8 Surakarta, Triad Suparman, M.Pd beserta bapak ibu guru dan siswa foto bersama dengan karya tulisan kata-kata mutiara. ...
-
PERMAINAN OLAHRAGA DALAM PENJAS ADAPTIF BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Oleh : Agus Dwi Surahman, S.Pd Guru SLB BC YSBPD Wuryantoro, Wonogiri ...
Tidak ada komentar: