Pembentukan Karakter dan Profil Pelajar Pancasila Berbasis Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Multigenerasi NKRI

Print Friendly and PDF

Pembentukan Karakter dan Profil Pelajar Pancasila Berbasis Pembelajaran Bahasa dan Sastra  Indonesia untuk Multigenerasi NKRI


Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa


Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.



"Kawan, kerinduan dan kesemestaan dalam untaian kata, frasa, klausa, dan wacana akan membuka cakrawala dunia dalam genggaman hati dan pikiran yang cerdas dan berkarakter sepanjang masa"



Bahasa merupakan alat komunikasi verbal dan nonverbal bagi manusia dalam berbagai konteks kehidupan. Peran bahasa menjadi sangat penting dalam kehidupan individu,  berkelompok, bermasyarakat, dan berorganisasi. Bahasa memiliki kekuatan dan fungsi utama sebagai alat berkomunikasi untuk berinteraksi antarindividu, berkelompok, dan untuk menyampaikan pesan secara lisan atau tulis kepada lawan tutur atau pembacanya. Sejak manusia berada dalam kandungan pembelajaran bahasa secar tidak langsung sudah diajarkan oleh guru sejati, yakni ibunda dan ayahanda tercinta. “Nak, tidur ya!” Sambil ayah dan bunda mengelus-elus adik yang masih dalam kandungan saat mau tidur. Kemudian saat ayahanda mau kerja, ayahanda pamit  kerja “Nak, ayah berangkat dulu ya, doakan semoga lancer dan sukses dalam bekerja.” Kemudian ibunda menyambut lembut sambil mengelus kandungannya, “Nak, lambaikan tangan dan senyum 228-mu untuk ayahanda kita tercinta!” Bentuk-bentuk percakapan tersebut tentu sering dilihat pada pasangan ayah dan bunda yang sedang menunggu kelahiran si kecil di istana arfuzh ratulisa tercinta. Di sinilah proses pembelajaran bahasa sudah dimulai oleh ayah dan ibunda tercinta sejak berada dalam kandungan secara terus-menerus sejak diketahui ibunda hamil sampai lahir ke dunia dengan bahasa apa pun yang dikuasai dan atau yang digunakan komunikasi sehari-hari.

      Pembelajaran bahasa selanjutnya pada ranah pendidikan non formal dilanjutkan secara terus-menerus oleh ayah dan ibunda tercinta setiap hari dalam berbagai konteks kehidupan. Tujuan belajar bahasa yang utama sebagai alat komunikasi antara anak dengan ibu, bapak, keluarga, dan lebih luas dengan masyarakat di sekitarnya.  Hal ini menjadi salah satu pondasi dasar untuk membentuk etika, sopan santun, dan cara menyampaikan sesuatu maksud oleh anak-anak kepada ayah dan ibunda tercinta, sanak famili, keluarga, handai taulan, dan masyarakat dekat dan jauh. Lebih luas lagi penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi secara berantai dan bergantian dalam berbagai konteks kehidupan. 

       Dengan modal kemampuan berbahasa yang baik, dan santun yang diajarkan oleh guru sejati di rumah, yakni ayah dan ibunda tercinta maka terwujudlah sosok anak yang cerdas dan berkarakter dengan bahasa yang baik dan santun kepada siapa pun yang ditemuinya di dalam dan luar rumah. Prinsip utama yang harus dibekalkan kepada anak-anak di rumah sebagai bekal pergi keluar rumah antara lain: jadilah orang yang menyapa lebih dahulu saat bertemu dengan orang lain. Dengan begitu, sapaan dengan senyum manis 228 (dua sentimeter ke kiri, dua sentimeter ke kanan, delapan detik mengembang) itu akan berbuah senyum 228 dan sapaan balik yang sangat indah dan santun yang diterimanya. Dengan demikian, memberi senyum dan menyapa lebih dahulu menjadi sumber dasar utama pembelajaran dan penggunaan bahasa  Indonesia sebagai wujud kecerdasan psikologis, kesehatan mental, dan kesantunan dalam bertutur, bersikap, dan bertindak secara sabar, santun, dan bijaksana secara berkelanjutan.

       Ruang belajar bahasa Indonesia secara formal dilaksanakan sejak di  jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan Perguruan Tinggi (PT). Hal ini menunjukkan keberlanjutan pembelajaran bahasa yang diberikan oleh ayah dan bunda tercinta secara non formal di rumah kemudian dilanjutkan bapak dan ibu guru di sekolah secara formal dna berkelanjutan. Dengan proses estafet dan berkesinambungan pembelajaran bahasa Indonesia yang beragam dan berkelanjutan di sekolah secara formal dapat ditegaskan bahwa bahasa Indonesia penting untuk diajarkan, diimplementasikan, dan digunakan sebagai upaya pembentukan karakter pelajar dan mahasiswa berbasis proyek dan studi kasus, baik secara formal maupun non formal. Proses pembekalan dan pembelajaran bahasa Indonesia saat di TK digunakan sebagai pemandu dan pedoman komunikasi untuk anak-anak TK yang akan menyimak, mengamati, mendengarkan, kemudian menirukan, dan melanjutkan secara terus-menerus dalam berbagai konteks komunikasi dalam kehidupan yang dialami sepanjang hari. 

       Ayah bunda tentu pernah dan akan mengalami fase anak-anak mendengarkan, mengamati, dan menirukan apa yang dikatakan oleh kedua orang tua dan atau kakaknya secara cermat, teliti, dan sungguh-sungguh di beranda cinta istana arfuzh ratulisa saat senja menuju ke peraduannya. Semua fase-fase itu akan menjadi fase terindah untuk membentuk karakter dan profil pelajar Pancasila sejak dini. Dengan demikian pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada jenjang dasar dan menengah TK s.d. SMA/SMK akan menghasilkan profil pelajar Pancasila berbasis proyek pelajar Pancasila yang dilalui melalui proses, dan panen raya bersama guru dan pelajar Pancasila yang dihasilkan oleh para guru penggerak, guru praktik, dan kepala sekolah, dan pengawas penggerak di jenjang sekolah dasar dan menengah secara beragam dan komprehensif.

       Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada jenjang TK SD, SMP, SMA, dan SMK harus diorientasikan pada pembentukan karakter profil pelajar Pancasila yang, yakni: (1)  beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) mandiri, (3) berpikir kritis, (4) berpikir kreatif, (5) bergotong royong, dan (6) berkebhinekaan global. Proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada jenjang sekolah dasar dan menengah diharapkan para guru dapat membentuk karakter multigenerasi NKRI yang cerdas dan berkarakter yang baik. “Bangunlah jiwanya dan raganya.”  Itu sebagian baris syair lagu yang terus dikumandangkan untuk membentuk karakter multigenarsi NKRI. Bapak dan ibu guru TK, SD, SMP, SMA, SMA, dan SMK selamat berjuang untuk turut serta membangun SDM dan multigenerasi NKRI yang unggul, kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif sebagai perwujudan profil pelajar Pancasila yang diharapkan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia.


“Bersilaturahmi dan berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) akan mengantarkan kita pada gerbang keheningan dan kesunyian yang membuka cakrawala berpikir dan Kesehatan mental sepanjang masa untuk mutligenerasi NKRI”


Beranda Istana Arfuzh Ratulisa, Kereta Argo Semeru, 8 Agustus 2023 




Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top