Posted by CB Magazine on Jumat, 16 Mei 2025 |
Pendidikan
 |
Murid kelas II SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat Solo kegiatan saat belajar membatik di Kampoeng Batik Laweyan. |
Seru! Murid Kelas II SD Muhammadiyah PK Solo Belajar Seni Membatik
Solo- majalahlarise.com -Sebanyak 82 murid kelas II SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat Solo mengikuti kegiatan outing class di Kampoeng Batik Laweyan, Kamis (15/5/2025).
Dengan mengambil tema "Ciptakan Kreativitas dan Inovasi Melalui Seni Membatik" kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat karakter serta kompetensi para murid melalui kesenian membatik.
Koordinator tim kelas II, Lusia Wahyu Purbowati, menyampaikan kegiatan outing class merupakan salah satu program kelas II yang sudah direncanakan pada awal tahun ajaran 2024/2025.
"Sebelum praktik membatik, para murid sudah dikenalkan ragam motif batik nusantara. Mereka juga sudah belajar mewarnai serta membuat hasil karya dari motif batik nusantara. Harapan kami, outing class ini dapat menjadi metode pembelajaran yang menyenangkan untuk menambah pengetahuan tentang sejarah, budaya, dan kearifan lokal," imbuhnya.
Kegiatan outing class diawali dengan sambutan dari pihak pengelola Kampoeng Batik Laweyan, Eko Aris Setiyawan. Selanjutnya, Eko menjelaskan asal mula terciptanya ragam batik nusantara serta sejarah berdirinya Kampoeng Batik Laweyan yang merupakan kampung batik tertua di Indonesia.
"Batik perlu dilestarikan karena seni membatik memerlukan ketelitian dan kesabaran dalam pembuatannya. Proses awal pembuatan batik tulis mempengaruhi hasil akhirnya, semakin rapi hasil lukisan semakin bagus pula proses pewarnaannya," jelasnya.
Kegiatan inti diawali dengan pembagian kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari empat murid, proses membatik dimulai dengan melukis menggunakan malam. Berbekal canting dan kain mori ukuran 40 cm x 35 cm, para murid mulai membubuhkan malam di atas motif lukisan yang telah di sediakan pihak Kampoeng Batik Laweyan.
Tahap selanjutnya adalah pewarnaan. Proses ini sangat menyenangkan karena para murid diberi kebebasan untuk mengkombinasikan warna sesuai kreativitas yang diinginkan. Pewarna yang digunakan terdiri dari lima warna utama, yaitu hijau, kuning, biru, hitam, dan merah. Proses inilah yang nantinya akan menentukan keindahan batik tulis yang dibuat.
Tahap terakhir adalah proses penjemuran di bawah sinar matahari. Proses ini membutuhkan waktu yang lama karena sebelum proses pencelupan ke dalam cairan NaCl (natrium klorida), kain harus dipastikan dalam keadaan kering.
Ketua pelaksana outing class, Noviana Rahmawati, menjelaskan untuk proses nglorot atau merebus kain pada air mendidih yang sudah dicampur dengan baking soda tidak dipraktikkan para murid.
"Hasil kreativitas membatik akan dikirim ke sekolah maksimal satu minggu setelah kegiatan ini berlangsung. Tentunya para murid tak sabar menunggu hasil praktik kegiatan membatik hari ini," jelasnya.
Salah satu murid kelas II, Raffaza Saqib Nahdi, mengungkapkan rasa ketertarikannya mengikuti kegiatan outing class kali ini.
"Ini pengalaman pertamaku membatik menggunakan canting dan malam. Di akhir sesi kita juga diajak berkeliling Kampoeng Batik Laweyan. Aku sangat terkesan dengan batik tulis Al-Qur'an yang dibuat membutuhkan waktu selama empat tahun," ucapnya. (Sofyan)
Baca juga: Serah Terima Hadiah Lomba Podcast Prodi Ilmu Komunikasi Warnai Dies Natalis ke-57 Univet Bantara Sukoharjo
Tidak ada komentar: