UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENCEGAH PERILAKU BULLYING PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 SONGGOM MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Print Friendly and PDF

UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENCEGAH PERILAKU BULLYING PADA PESERTA DIDIK  KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 SONGGOM MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING


Oleh: Ferry Irkham Muzaqi, S.Pd

SMP Negeri 1 Songgom Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes, Jawa Tengah


Ferry Irkham Muzaqi, S.Pd



      Dalam praktik di PPL pertama bimbingan klasikal, saya mengambil topik tentang bullying disekolah karena maraknya tindakan perundungan atau biasa dikenal bullying di sekolah yang dilakukan oleh peserta didik. Layanan bimbingan klasikal dilakukan menggunakan metode problem based learning (PBL). Metode problem based learning (PBL) merupakan metode pembelajaran dengan memberikan peserta didik suatu masalah yang ada di lingkungannya untuk dipecahkan secara bersama-sama. 

       Agar peserta didik dapat dengan mudah memecahkan suatu permasalahannya yang ada dilingkungan maka peserta didik harus memiliki kemampuan penalaran logis atau berpikir dengan menggunakan logika sehingga permasalahan yang ada dilingkungan dapat terpecahkan dan akan mendapatkan solusi. Dengan media dan alat yang digunakan berupa video pembelajaran tentang bullying disekolah dengan maksud agar peserta didik paham akan bahaya yang mengancam mengenai tindakan tersebut. Tidak itu saja media lain yang digunakan berupa slide power point canva. Pemilihan menggunakan pendekatan tersebut agar proses pemberian layanan berkesan menarik sehingga peserta didik antusias saat mengikuti kegiatan layanan tersebut. 

       Analisis situasi dalam upaya guru bimbingan dan konseling (BK) untuk mencegah perilaku bullying pada peserta didik kelas VIII melalui metode Problem Based Learning (PBL) memerlukan pemahaman mendalam terhadap konteks sekolah dan karakteristik siswa. Penggunaan metode PBL sebagai strategi pencegahan perlu dinilai sejauh mana metode tersebut dapat mengaktifkan partisipasi siswa, merangsang pemecahan masalah, dan meningkatkan kesadaran terhadap dampak bullying. Evaluasi efektivitas metode PBL dapat dilihat dari tingkat keterlibatan siswa, perubahan sikap terhadap bullying, dan penurunan insiden.

       Saya melakukan Assessment as Learning dan Assessment of Learning. Saya menggunakan tes formatif dan observasi untuk mengidentifikasi pemahaman siswa selama proses pembelajaran. Untuk mengetahui hasil pembelajaran (assesment of learning) saya melakukan penilaian formatif yaitu dengan pemberian LKPD saat layanan dan lembar evaluasi kepada peserta didik pada bagian penutup sedangkan pada Penilaian proses (assesment as learning) yaitu melibatkan peserta didik dalam melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan diakhir pembelajaran serta melakukan observasi dengan melihat kembali hasil rekaman pembelajaran yang telah dilakukan sementara itu, refleksi dan diskusi dilakukan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk memahami dan mengatur pemahaman mereka sendiri.

       Disamping itu adapun persiapan dan tantangan yang saya hadapi saat pemberian layanan yaitu perlu dipersiapkan saat menggunakan metode Problem Based Learning rencana pembelajaran layanan yang sesuai dengan sintaknya dan mempersiapkan LKPD dan PPT Canva, Mengoptimalkan dalam pemanfaatan fasilitas IT, Adanya peserta didik yang kurang aktif dalam kegiatan diskusi, saat mengerjakan LKPD masih ada kelompok yang menyelesaikan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan adanya peserta didik yang merasa malu atau kurang percaya diri saat mempresentasikan hasilnya

       Alternatif solusi yang saya lakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi pada kegiatan layanan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). Metode Problem Based Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran dengan memberikan peserta didik suatu masalah yang ada di lingkungannya untuk dipecahkan secara bersama-sama. Agar peserta didik dapat dengan mudah memecahkan suatu permasalahannya yang ada dilingkungan maka peserta didik harus memiliki kemampuan penalaran logis atau berpikir dengan menggunakan logika sehingga permasalahan yang ada dilingkungan dapat terpecahkan dan akan mendapatkan solusi. Dari beberapa alasan diatas, dapat diasumsikan bahwa penggunaan layanan bimbingan klasikal (Problem Based Learning) dapat membantu peserta didik untuk lebih memahami bagaimana memecahkan masalah dan menemukan solusi.

       Pada permasalahan yang diangkat ini mengenai bullying, bullying dapat terjadi di mana saja, terutama di lingkungan sekolah, dan dapat berbentuk fisik, emosional, atau melalui media elektronik (cyberbullying). Jenis-jenis bullying yang sering ditemui di tengah masyarakat atau di dalam lingkungan sekolah antara lain bullying verbal, bullying fisik, bullying mental/psikologis, dan cyberbullying. Bullying verbal terdeteksi melalui indera pendengaran dan meliputi tindakan memaki, menghina, menuduh, menyoraki, memfitnah, dan sebagainya. Bullying fisik melibatkan kontak fisik antara pelaku dan korban, seperti menjegal atau menampar. Bullying mental/psikologis sulit terlihat secara visual atau didengar, tetapi biasanya terjadi secara diam-diam dan di luar pemantauan. Contohnya adalah mencibir, memandang sinis, atau mengucilkan seseorang (Sujarwo, 2018). Cyberbullying, bentuk bullying elektronik, menggunakan alat seperti telepon genggam, SMS, atau e-mail. Hal ini kadang-kadang tidak disadari karena mudahnya akses informasi pada zaman milenial ini, terutama bagi anak-anak usia sekolah. Gejala lainnya meliputi peningkatan rasa takut, murung, penurunan konsentrasi belajar, kecenderungan berbohong, menangis, kekurangan kepercayaan diri, serta keengganan untuk pergi ke sekolah dengan berbagai alasan. Gejala-gejala ini bisa menjadi indikasi bahwa siswa tersebut menjadi korban bullying di sekolah. Oleh karena itu, pengawasan yang lebih intensif terhadap siswa-siswa tersebut perlu dilakukan (Yamada & Setyowati, 2022).

       Pada tahapan yang telah dilakukan menggunakan metode problem based learning dapat memberikan dampak dan hasil yang baik dalam pemberian layanan diantarnya menggunakan metode problem based learning dapat memberikan peserta didik lebih termotivasi dan lebih memahami dibandingkan dengan menggunakan metode yang konvensional, terlihat adanya keaktifan peserta didik saat diberikan layanan. Penggunaan media layanan yang menarik dapat merangsang peserta didik untuk terlibat aktif.

      Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan adalah perlu adanya inovasi dalam menentukan dan mengembangkan media layanan menarik yang disesuaikan kebutuhan peserta didik. Menggunakan model pembelajaran inovatif sesuai dengan sintak-sintaknya. Membuat LKPD yang menarik dan efektif agar tujuan layanan mudah tercapai.




Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top