PROBLEM BASED LEARNING MENUNJANG BELAJAR KESEHATAN REPRODUKSI

Print Friendly and PDF

PROBLEM BASED LEARNING MENUNJANG BELAJAR KESEHATAN REPRODUKSI

Oleh : Yuni Pancawati Kartikasari, S.Pd

SD Negeri Wonomulyo Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah

Yuni Pancawati Kartikasari, S.Pd


      Guru bukan sekadar penyampai materi saja. Tetapi lebih dari itu, guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran siswa. Karena itu, pengajaran yang menarik akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu mempelajari bahan pelajaran tersebut. Sehingga dalam proses pembelajaran ini, akan berdampak pada keaktifan dan peningkatan hasil belajar siswa. Bagi seorang guru yang ingin mengenal metode pembelajaran secara lebih jelas, memang tidak hanya sebatas memahami pengertiannya saja. Tetapi juga perlu memahami apa saja macam-macam metode dalam pembelajaran tersebut. Dalam sebuah proses belajar, memang tidak hanya sekadar proses memberikan pelajaran saja. Melainkan juga melibatkan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, untuk mentransfer ilmu kepada siswa-siswanya. 

       Tak beda dengan siswa kelas VI di SD Negeri Wonomulyo Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri. Hasil pembelajaran siswa mengalami kemerosotan pada materi ilmu pengetahuan alam (IPA). Khususnya tentang menjaga kesehatan reproduksi manusia. Faktor utama penyebab kemerosotan prestasi siswa adalah kurangnya komunikasi antara guru dan siswa. Sehingga siswa menjadi pasif. Selain itu, guru kurang tepat dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran di kelas. Pada awal pembelajaran, ditentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah 70, dengan ketuntasan belajar 75 persen. Namun kenyataannya, hasil pembelajaran di kelas VI SD Negeri Wonomulyo Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023, pada materi IPA tentang menjaga kesehatan alat reproduksi, nilai rata-rata kelas hanya 58,24. Sedangkan ketuntasan belajar siswa hanya 23,53 persen atau hanya empat siswa yang tuntas dari total 13 siswa. Melihat kondisi tersebut, maka dalam pembelajaran IPA perlu diterapkan metode pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan interaktif. Penulis sebagai guru, mencoba menerapkan metode pembelajaran Problem Based Learning. 

       Problem Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik. Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, mengembangkan kemandirian belajar, dan meningkatkan kepercayaan diri siswa. Metode ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran, yang berusaha menerapkan masalah yang terjadi di dunia nyata. Dengan ini, siswa akan dilatih berpikir kritis serta menemukan solusi. Ada enam ciri metode Problem Based Learning. Di antaranya, kegiatan belajar dimulai dengan pemberian sebuah masalah. Masalah yang disuguhkan masih berkaitan dengan kehidupan nyata para siswa. Kemudian mengorganisasikan pembahasan seputar masalah, bukan disiplin ilmu. Selanjutnya, siswa diberi tanggung jawab maksimal dalam menjalankan proses belajar secara langsung. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, dan terjadi kolaborasi. Terakhir, siswa harus mendemonstrasikan kinerja yang sudah dipelajari. 

        Langkah-langkah menerapkan Problem Based Learning sebagai berikut. Pertama, orientasi siswa pada masalah. Kedua, mengorganisasi siswa untuk belajar. Ketiga, membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Menjaga kesehatan reproduksi sangat penting dilakukan untuk diri sendiri. Kalau bisa menjaga diri, tentu saja hidup akan sehat. Mandi saja tidak cukup menjadi salah satu cara untuk membersihkan dan menjaga kesehatan. Tetapi harus diimbangi menjaga pola hidup. Karena akan memberikan dampak besar bagi kesehatan yang sebenarnya. Mengulas tentang materi menjaga kesehatan reproduksi, terkadang membuat seseorang malu menyampaikannya. Karena sering dikaitkan dengan seks. Padahal membahas seks sekalipun, bukanlah hal yang tabu. Sementara itu, permasalahan ini sangat perlu. Berikut ulasan tentang cara menjaga kebersihan alat reproduksi. Alat reproduksi laki-laki dan perempuan sangatlah berbeda. Bentuk alat reproduksi laki-laki yang letaknya di luar, memudahkan untuk merawat dan membersihkannya. Pada masa pubertas, terjadi perubahan pada remaja putra dan putri. Pada masa ini, produksi hormon meningkat. Peningkatan produksi hormon ini, menyebabkan aktifnya kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Aktifnya kedua kelenjar ini, dapat mengakibatkan jerawat dan tubuh berbau kurang sedap. Kebersihan dan kesehatan tubuh harus selalu dijaga. Termasuk kebersihan dan kesehatan alat reproduksi. Prosedur pelaksanaan tindakan melalui beberapa tahapan. Yaitu merencanakan (planing), melakukan tindakan (acting), mengamati (observing), dan refleksi (reflecting). 

       Tindakan pada pembelajaran di kelas VI SD Negeri Wonomulyo Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri siswa menunjukkan sikap lebih bersemangat, lebih aktif, senang, dan antusias untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, hasil belajar siswa juga meningkat. Pada tindakan ini, mengalami peningkatan yang signifikan. Ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100 persen (13 dari 13 siswa), dengan nilai rata-rata kelas mencapai 82,94. Dari hasil tindakan ini, dapat disimpulkan bahwa, perbaikan sudah menunjukkan keberhasilan. Karena seluruh siswa sudah mencapai ketuntasan belajarnya. Dengan memanfaatkan metode pembelajaran Problem Based Learning, terbukti meningkatkan hasil belajar IPA tentang menjaga kesehatan reproduksi. Terutama di kelas VI SD Negeri Wonomulyo Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top