PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DAN PEMANFAATAN VIDEO EDUKASI PADA MATERI AKSARA SUNDA MAMPU MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR, PENGETAHUAN, KETERAMPILAN DAN HASIL BELAJAR

Print Friendly and PDF

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DAN PEMANFAATAN VIDEO EDUKASI PADA MATERI AKSARA SUNDA MAMPU MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR, PENGETAHUAN, KETERAMPILAN DAN HASIL BELAJAR

Oleh: Rin Rin Anjarsari, S.S., M.Pd.

Guru Bahasa Sunda SMK Negeri 4 Kota Banjar Jawa Barat 


Rin Rin Anjarsari, S.S., M.Pd.


       Pendidikan merupakan prioritas utama dalam mencetak sumber daya manusia. Melalui pendidikan, potensi yang ada pada diri setiap manusia akan terus berkembang. Mengutip pendapat Ki Hajar Dewantara, “pendidikan adalah sebuah proses pembudayaan sebagai usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi muda yang tidak hanya bersifat pemeliharaan, namun juga untuk memajukan dan mengembangkan kebudayaan menuju kearah keluhuran hidup kemanusiaan”.

       Beberapa faktor pendukung keberhasilan dalam pendidikan tak lepas dari kerjasama berbagai pihak antara lain lingkungan, peserta didik, guru, wali peserta didik, kurikulum, model, metode, media maupun sarana prasarana dalam pembelajaran. Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan harus mampu meningkatkan kinerjanya khususnya dalam mengelola kelas agar proses belajar mengajar menjadi kondusif serta  mampu menciptakan suasana belajar yang mendukung pemberdayaan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Daya tarik suatu pelajaran terletak pada dua hal yaitu mata pelajaran itu sendiri dan cara guru mengajar dengan menentukan strategi, model, metode, media, dan alat evaluasi dalam proses pembelajaran.

       Di sekolah mata pelajaran bahasa Sunda termasuk salah satu mata pelajaran muatan lokal yang harus disampaikan kepada para peserta didik. Pelajaran ini termasuk penting, karena selain untuk mengenalkan, menggali potensi daerah juga untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya guna membentuk karakter para peserta didik. Akan tetapi kenyataan di lapangan tak bisa dipungkiri bahwa mata pelajaran bahasa Sunda sering di kesampingkan karena hanya termasuk muatan lokal. Tak sedikit para peserta didik yang kurang tertarik pada mata pelajaran ini, padahal nilai-nilai yang luhur yang terkandung didalamnya sangat bermanfaat untuk membentuk karakter dan kepribadian seseorang. Melihat begitu pentingnya mata pelajaran ini khususnya untuk di sampaikan pada peserta didik, maka guru sebagai organisatoris dan pengelola kelas hendaknya dapat mengorganisir semua faktor, seperti tujuan, model, metode, media, sarana prasarana, waktu yang efektif dan efisien. Seluruhnya harus berjalan bersama saling melengkapi agar dalam pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

       Penulis sebagai guru mata pelajaran bahasa Sunda pada semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023 dalam melaksanakan proses pembelajaran selalu berusaha maksimal, salah satunya dengan memilih model yang tepat dan berinovasi dalam memanfaatkan media pembelajaran. Penyesuaian model dilakukan karena terjadi beberapa permasalahan ketika guru menyampaikan materi di kelas. Hal ini dialami oleh penulis ketika ketika menyampaikan materi pertemuan pertama kelas X Kuliner 1 khususnya materi “Aksara Sunda” masih melihat beberapa peserta didik yang kurang aktif dalam belajar. Hal ini tentunya berdampak pada penurunan pengetahuan, pemahaman, keterampilan serta nilai akademik cenderung menurun. Penurunan terlihat ketika guru mencoba memberikan pertanyaan berupa soal latihan kepada seluruh peserta didik kelas X Kuliner 1 dengan jumlah 31 anak terlihat hanya 78% yang selalu aktif, komunikatif dan menguasai materi sehingga nilainya rata-rata 84 di atas batas minimal. Sedangkan 22% dari keseluruhan peserta didik terlihat belum aktif dan tidak menguasai materi sehingga nilainya masih dibawah batas yang ditentukan. Gambaran di atas membuktikan bahwa beberapa peserta didik masih belum menguasai materi yang dijelaskan dan pembelajaran masih berpusat pada guru tanpa mengetahui atau mengalami langsung. Setelah dievaluasi, untuk mengatasi hal tersebut pada pertemuan selanjutnya penulis menilai perlu adanya suatu model yang dapat meningkatkan aktifitas, pemahaman, keterampilan yaitu dengan menerapkan model Project Based Learning (PjBL) serta memanfaatkan Video Edukasi sehingga mampu membawa perubahan yang positif. Menurut Fathurrohman (2016, hlm. 119) pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan, sedangkan Video Edukasi yang digunakan penulis disini merupakan video pembelajaran yang dibuat sendiri oleh penulis dengan mengambil dari berbagai sumber internet yang relevan sesuai materi. Dalam penerapan proyek ini peserta didik juga dibimbing untuk membuat proyek.  

       Langkah-langkah pembelajarannya yaitu: 1) Guru membuat dan menyiapkan sarana pembelajaran, 2) Guru membuka pelajaran, menyampaikan tujuan serta proses pembelajaran, 3) Guna menarik perhatian peserta didik, guru menayangkan video edukasi di lanjutkan pemaparan point materi dan menentukan pertanyaan mendasar (start with essential question), 4) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil dan membimbing dalam pembuatan agenda perencanaan proyek  (create schedule), 5) Masing‐masing kelompok diberikan penjelasan tentang tugas dan tanggung jawab (setting the structure) yang harus dilakukan secara berkelompok, 6) Setiap kelompok berusaha mengidentifikasikan masalah (visiting the problem) dan mencari cara untuk menyelesaikan masalah/tugas, 7) Peserta didik di masing‐masing kelompok mencari informasi dari berbagai sumber media koran, internet, buku dan lain-lain untuk mendapatkan pemahaman tentang masalah (re‐visiting the problem), 8) Guru selalu memantau dan mengarahkan peserta didik untuk saling bekerjasama,berdiskusi dalam mengerjakan tugas (monitoring the students and progress of project), 9) Masing‐masing kelompok memprsentasikan kedepan kelompok lain memberi masukan dan guru melakukan penilaian (assess the outcome), 10) Diakhir pembelajaran guru mengevaluasi (evaluation the experience) memberikan penguatan motivasi dan apresiasi. 

       Langkah-langkah pembelajaran di atas mampu meningkatkan motivasi, aktifitas, pengetahuan, keterampilan, kerja sama, pemahaman dan nilai hasil belajarnya. Aktifitas, pengetahuan dan hasil belajar meningkat menjadi 100% setelah guru memberikan soal latihan kepada seluruh peserta didik kelas X Kuliner 1 sejumlah 31 anak mereka mampu mendapatkan nilai rata-rata 95 di atas batas minimal. Peningkatan yang lain juga terlihat pada keterampilan literasi melalui digital, karakter kedisiplinan, tanggung jawab dan sopan santun.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top