PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN METODE TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA METERI PELUANG KELAS XI

Print Friendly and PDF

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN METODE TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA METERI PELUANG KELAS XI

Oleh : Widayaningsih, M.Pd

Guru Matematika SMK Negeri 2 Demak, Jawa Tengah

Widayaningsih, M.Pd



       Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman (Mulyasa, 2009). Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

       Dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) peserta didik memperoleh pelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Menurut Amir (2017) tidak hanya siswa yang merasa kesulitan dalam pembelajaran matematika tetapi guru juga kesulitan menggunakan model yang cocok untuk pembelajaran matematika. Sedangkan Susanto (2003: 106) mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika sebagai suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir. Siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Ismail dkk dalam Hamzah (2014) menjelaskan bahwa matematika sebagai ilmu yang membahas beberapa hal berikut angka-angka dan perhitungannya, numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem dan alat.

       Pelajaran matematika dianggap sulit karena siswa tidak tahu bagaimana menjelaskan masalah dalam matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang membutuhkan waktu lama untuk proses dan membutuhkan banyak konsentrasi penuh. Sehingga pada saat proses pembelajaran siswa merasa bosan dan akhirnya malas dengan pelajaran matematika. Dalam proses pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran yang tidak menarik perhatian siswa guru hanya sebatas menjelaskan kemudian memberikan contoh penyelesaian dan siswa hanya sebatas mencatat apa yang disampaikan guru. Sehingga perolehan nilai mata pelajaran matematika sangat rendah dibandingkan dengan pelajaran lainnya. Dilihat dari perolehan nilai pelajaran matematika yang cukup rendah bukan terletak pada materi yang cukup sulit untuk dipahami dan dimengerti tetapi bisa juga dari faktor guru yang kurang kreatif dan memilih model pembelajaran yang cocok untuk proses pembelajaran matematika.

       Kendala tersebut juga dihadapi oleh penulis sebagai guru mata pelajaran Matematika materi Peluang pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Demak yang berdampak pada nilai hasil belajar ulangan matematika masih banyak siswa di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal. Maka penulis mencari model dan metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi kendala salah satunya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan metode Tutor Sebaya.

       Hasil belajar menurut Munandar (2013: 61) adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Kristin (2016: 92) menerangkan hasil belajar merupakan puncak keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku).

       Model Problem Based Learning (PBL) mengarahkan siswa untuk dapat memahami masalah yang dihadapinya mencari informasi merencanakan pemecahan masalah dan mampu menyelesaikan masalah dengan tepat. Peran guru juga tidak terlepas dari pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator tugas pembimbing dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran. Sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang bermakna dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sesuai dengan kemampuannya masing-masing. 

       Menurut Tan dalam Rusman (2010: 229) berpendapat bahwa model PBL merupakan suatu inovasi dalam pembelajaran karena dalam model PBL kemampuan berpikir siswa benar-benar dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim sistematis sehingga siswa dapat memberdayakan mengasah menguji dan mengembangkan keterampilan berpikir secara terus-menerus.

       Pembelajaran dengan metode konvensional biasanya menggunakan pembelajaran dalam konteks klasikal guru menjadi sentral dalam pembelajaran tersebut (the teacher/ institution centered approach). Metode yang digunakan selalu berhubungan dengan metode ceramah atau tatap muka. Keadaan atau situasi pembelajaran yang bersifat umum dan keterbatasan waktu dan kesempatan menjadikan pembelajaran konvensional kurang memperhatikan penguasaan siswa secara individu.

       Menurut Syamsul Bahri (1995: 30) bahwa salah satu faktor yang sering menjadi penghambat dalam proses pembelajaran konvensional adalah kesenjangan antara guru dan siswa kesenjangan yang dimaksud adalah kesenjangan dalam usia, pengalaman, berfikir, pengetahuan, tingkat kecerdasan dan kesenjangan dari sisi komunikasi. Akibatnya siswa kurang dapat menerima penjelasan ajakan keterangan dari guru tentang materi pembelajaran yang sedang dipelajari. Sehingga siswa kurang menguasai materi dan tidak tuntas dalam belajar.

       Metode Tutor Sebaya merupakan metode pembelajaran dengan memberdayakan siswa yang mempunyai penguasaan lebih pada materi yang dipelajari untuk memberikan penjelasan dan pembelajaran kepada siswa yang belum tuntas belajar. Minimal tutor sebaya akan mengeliminir kesenjangan yang terjadi seperti pada pembelajaran konvensional. Pembelajaran tutor sebaya mengandung nilai positif antara lain: 1. Komunikasi antara tutor dengan siswa yang belajar menjadi lebih luas. 2. Kesulitan belajar siswa akan disampaikan secara lebih terbuka. 3. Cara berpikir lintasan pengalaman hampir sama. 4. Penjelasan tutor akan lebih menyasar Karena antara tutor dengan siswa belajar adalah sebaya. Dengan demikian cara berpikir pengalaman belajar hampir sama. 5. Tutor semakin menguasai materi semakin banyak dia menyampaikan materi kepada temannya maka tutor semakin menguasai materi.

       Langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan penulis menggunakan metode Tutor Sebaya sebagai berikut: 1. Guru memilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri. Penulis memilih materi Peluang. 2. Guru membagi para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya. 3. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya. 4. Guru memberi siswa waktu yang cukup untuk persiapan. 5. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai narasumber utama. 6. Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.

       Setelah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan metode Tutor Sebaya, penulis menemukan bahwa siswa kelas XI SMK Negeri 2 Demak semakin aktif untuk terlibat dalam proses belajar materi yang sebelumnya mereka merasa bosan dan sekarang mereka bisa menikmati prosesnya mengerti dan akhirnya membawa peningkatan pada hasil belajar. Peningkatan hasil belajar ini ditandai hasil nilai ulangan harian mata pelajaran matematika materi Peluang siswa mencapai nilai di atas KKM mencapai lebih dari 95 persen.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top