Rektor Univet Bantara Jadi Panelis Webinar Wacana Meja Bulat ‘Pendidikan Keinsanan Mengubah Landskap Pendidikan Negara’ di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia

Print Friendly and PDF

Rektor Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Prof. Dr. Farida Nugrahani, M.Hum.


Rektor Univet Bantara Jadi Panelis Webinar Wacana Meja Bulat ‘Pendidikan Keinsanan Mengubah Landskap Pendidikan Negara’ di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia

Sukoharjo- majalahlarise.com -Rektor Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet Bantara) Sukoharjo mendapat kehormatan undangan sebagai panelis dari Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia dalam acara Webinar Wacana Meja Bulat ‘Pendidikan Keinsanan Mengubah Landskap Pendidikan Negara’ seri ke-3. Rabu (27/4/2022).

Rektor Univet Bantara, Prof. Dr. Farida Nugrahani, M.Hum saat ditemui majalahlarise.com menyampaikan undangan sebagai panelis ini didampingi para panelis di beberapa negara diantaranya dari Brunei, Thailand dan sebagainya. Selain itu ada pakar-pakar dari UPSI dan acara dibuka oleh Rektor UPSI Malaysia.

"Dalam surat permohonan kepada saya diminta untuk bisa jadi panelis dari Indonesia untuk melihat draft resolusi akan membuat model pendidikan insan atau manusia yang isinya ada 11 resolusi tentang pendidikan keinsanan di Malaysia. Setelah saya lihat 11 resolusi itu sedikit banyak hampir sama dengan kita, di mana pendidikan itu harus membentuk manusia bertakwa, tentang perlunya softskill bagi mereka, perlunya pendidikan karakter wawasan global dan sebagainya," jelasnya.

Tampilan layar webinar Wacana Meja Bulat ‘Pendidikan Keinsanan Mengubah Landskap Pendidikan Negara’ di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia.

Lebih lanjut dikatakan, pada pembicaraan kurikulum dan evaluasi Prof. Farida Nugrahani menyampaikan  untuk Malaysia lebih mudah dalam pengelolaan pandidikan dibandingkan dengan Indonesia.

Baca juga: Kultum Singkat Ramadhan Guru dan Karyawan SMP Negeri 8 Surakarta 

"Kalau pendidikan di Indonesia kita punya platform seperti itu lebih sulit implementasinya karena sekarang sedang masa pandemi. Kuliah belum semuanya bisa tatap muka atau sekolah juga tatap muka terbatas. Negara kita terdiri banyak pulau, banyak berada Pulau terpencil yang tidak bisa akses internet, SDM juga terbatas itu jadi permasalahan. Kita itu perlu wawasan kebhinekaan yang tidak ada di Malaysia, karena Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa ras dan agama jadi permasalah sangat kompleks," ujarnya.

Disampaikan pula, hasil pendidikan profil manusia atau pelajar di Indonesia dengan profil belajar di Malaysia lebih kompleks di Indonesia selain harus bisa survive di kehidupan. Dalam webinar ini hampir semua pakar sepakat budaya bangsa penting memberikan dasar dari pembentukan karakter. Selain pentingnya ketuhanan, ketakwaan.

"Pendidikan itu bisa dikatakan berhasil jika mereka memiliki akhlak mulia, beriman, bertaqwa, selebihnya memiliki banyak kompetensi, memiliki soft skill, memiliki wawasan global, memiliki wawasan kebangsaan dan sebagainya," ungkapnya.

Prof. Farida Nugrahani menambahkan adanya webinar ini dengan menghadirkan para panelis dari luar negara untuk saling berbagi gagasan. Karena hampir semua negara sedang berbenah dalam pengelolaan pendidikan. Seperti di Indonesia merubah kurikulum dari kurikulum Kurtilas menjadi kurikulum protetip kemudian kurikulum merdeka.

"Dalam kurikulum merdeka ini dengan paradigma kita bahwa pembelajaran dengan memperhatikan diferensiasi. Jadi tidak boleh guru menuntut murid memiliki kemampuan yang sama, pendidikan berorientasi pada murid, pembelajaran bhinekaan yang  implementasinya diserahkan pada masing-masing sekolah. Selain itu, standarisasi Ujian Nasional dihilangkan dalam rangka mengantisipasi pandemi juga perkembangan Global," paparnya. (Sofyan)


Baca juga: Arsyada Naufal Fitriansya, Atlet Bulutangkis Muda Berbakat Asal SMAN 1 Manyaran Wonogiri


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top