POLA PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI

Print Friendly and PDF

POLA PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI

Oleh : Putri Paramita Ades Shinta Dewi, S.Pd

Guru SDN 03 Badak, Belik, Pemalang Jawa Tengah

Putri Paramita Ades Shinta Dewi, S.Pd


       Sejak merebaknya penyakit yang disebabkan oleh virus corona, yang biasa disebut Covid-19, hampir setiap aspek pengalaman hidup berubah, meningkatkan kekhawatiran dan kegembiraan di seluruh  dunia.  Ekonomi global melemah dan hubungan sosial memburuk, mengakibatkan kurangnya interaksi dan pertimbangan untuk orang lain. Semua orang telah merasakan dampak dari virus COVID-19 ini, terutama di bidang pendidikan. Cepat atau lambat, pandemi COVID-19 akan membawa perubahan dramatis pada pendidikan, sehingga kita perlu mempersiapkan diri untuk perubahan tersebut. Di semua institusi pendidikan, hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus. Corona atau COVID-19 ini. Tentunya berdampak besar bagi perkembangan pendidikan anak-anak yang saat ini harus belajar sendiri dan belajar secara online (dalam jaringan).

       Pembelajaran online atau pembelajaran daring adalah sistem pembelajaran dimana tidak ada komunikasi tatap muka antara guru dan siswa, tetapi pembelajaran berlangsung melalui Internet. Ini adalah masalah besar bagi guru di lingkungan seperti itu, karena mereka harus mampu mengelola dan merancang media pendidikan mereka (media online) untuk mencapai tujuan pembelajaran mereka dan mencegah atau memprediksi kebosanan belajar siswa. 

       Selain itu, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran online, yang disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, biasa terjadi pada siswa tanpa perangkat, siswa yang tidak terbiasa dengan penggunaan teknologi, dalam hal ini sekolah TK dan SD (sekolah dasar). Juga, masalah terbesar yang dihadapi siswa adalah jaringan yang tidak memadai. Kedua, dalam pembelajaran online, siswa hanya menerima tugas melalui WhatsApp atau website e-learning, sehingga interaksi fisik antara guru dan siswa kurang. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas karena guru tidak memberikan penjelasan awal tentang tugas yang diberikan. Siswa dipaksa untuk bekerja tanpa pemberitahuan sebelumnya, sehingga banyak siswa yang mengeluh dan gagal menyelesaikan tugasnya dengan antusias. Ketiga, guru memberikan banyak pekerjaan rumah, dan waktu yang diberikan sedikit. Keempat, karena kurangnya interaksi langsung antara guru dan siswa, maka internalisasi nilai kepribadian yang harus ditanamkan guru kepada siswa secara otomatis berkurang.

      Hal ini akan mengakibatkan degradasi moral anak atau siswa karena tugas guru tidak hanya mengajar, memberikan pengetahuan (instruksi), tetapi juga karena guru harus mendidik siswa (membentuk moral dan karakter). Namun, hal ini tidak boleh merusak semangat guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru, dan tidak boleh merusak semangat siswa dalam mengajar, dan krisis corona ini tidak boleh menghancurkan semangat dan harapan kita semua.

       Kebijakan siswa belajar di rumah, butuh komitmen orangtua siswa tetap membimbing dan memberikan hak anak dalam belajar. Perpanjangan belajar dari rumah jangan dimaknai sebagai libur. Namun, proses pembelajaran yang dilakukan tidak membebani siswa. Sejauh ini, sebagian besar sekolah melakukan proses belajar mengajar secara dalam jaringan, baik melalui aplikasi maupun lewat tugas-tugas sekolah yang disampaikan guru melalui layanan whatsApp, google, classroom, e-learning, maupun ruang guru.

       Dalam konteks pembelajaran daring ini, sistem ini hanya bisa efektif di kalangan siswa perkotaan. Namun demikian, untuk daerah perdesaan tidak bisa efektif, mengingat berbagai kendala seperti jaringan internet dan juga tidak siswa memiliki handphone android.

       Dalam hal ini, pemerintah harus mencari solusi bagi siswa yang di pedesaan. Apakah misalkan, mengharuskan guru melakukan bimbingan ke siswa dengan mengunjungi rumah atau melalui penugasan. Pola pembelajaran dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup, antara lain mengenai pandemi Covid-19. Kemudian, aktivitas dan tugas pembelajaran pada saat belajar dari rumah dapat bervariasi sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan fasilitas belajar di rumah.

       Kemudian, bukti atau produktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru tanpa diharuskan memberi skor nilai kuantitatif.  Intinya, banyak aspek yang bisa ditekankan, bukan hanya aspek kognitif semata. Belajar di rumah harus dilakukan dievaluasi, untuk kemudian dicarikan solusi perbaikan Sekolah bisa lebih kreatif dalam penerapan pola belajar siswa di rumah sehingga pada akhirnya kualitas pendidikan tetap terjaga. Untuk mewujudkan hal tersebut memang tak mudah. Namun berbagai kendala merupakan tantangan. Dalam konteks pembelajaran di rumah guru harus makin kreatif memberikan materi pelajaran sehingga output yang diharapkan tetap sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu sekolah harus melakukan pola kebijakan terhadap guru untuk melakukan inovasi. Selain juga butuh dukungan dari pihak orang tua dalam membimbing anaknya dalam mengerjaan bahan pembelajaran sekolah.

       Dibalik pandemi virus Corona, ada hal baik yang bisa diambil pelajaran yakni penekanan bahwa pola pembelajaran sudah harus dibiasakan secara daring dan juga pola hubungan antara sekolah dan orang tua siswa. Banyak yang masih parsial dalam memahami tugas mendidik dan mengajar. Yakni selalu dibebankan ke sekolah. Dalam konteks belajar di rumah sekarang pemahaman parsial tersebut semestinya sudah mengingat, sekolah hanya pada tugas mengajar, tentu saja dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan keluarga atau orang tua pada aspek mendidik, yakni menyangkut akhlak dan adab.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top