BLENDED LEARNING SOLUSI PEMBELAJARAN DIMASA PANDEMI COVID-19

Print Friendly and PDF

BLENDED LEARNING SOLUSI PEMBELAJARAN DIMASA PANDEMI COVID-19

Oleh : Cita Prastika Berliana, S.Pd.

Guru SMK Ma’arif 6 Ayah, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah

Cita Prastika Berliana, S.Pd.


       Pada era modern seperti dewasa ini perkembangan pengetahuan dan teknologi terasa berjalan begitu cepat. Perkembangan yang terjadi tidak lain dipacu karena derasnya arus informasi yang sangat kompleks. Hal ini secara langsung ataupun tidak langsung berdampak bagi masyarakat khususnya di Indonesia. Untuk mengimbangi kemajuan pengetahuan dan teknologi tersebut, maka mutu sumber daya manusia Indonesia perlu ditingkatkan agar lebih terampil dan handal. Sumber daya manusia tersebut dapat ditingkatkan kualitasnya dan salah satu jalannya melalui bidang pendidikan. 

       Membicarakan tentang pendidikan, maka tidak akan lepas dari kata belajar. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan dalam diri manusia, perubahan pokok dari belajar yaitu didapatkannya pengetahuan atau kecakapan baru yang terjadi karena usaha. Dengan belajar banyak hal yang bisa diubah, dari yang sebelumnya tidak paham menjadi paham, tidak mampu menjadi mampu dan banyak yang lain karena belajar merupakan usaha untuk selalu meningkatkan potensi diri.

       Adapun kegiatan pembelajaran yang baik adalah kegiatan yang mengembangkan aspek dasar peserta didik yaitu: aspek afektif, aspek kognitif, dan juga aspek psikomotor. Sebagai seorang guru, penulis paham betul bahwa ketiga aspek tersebut haruslah bersinergi. Aspek afektif berkenaan dengan sikap peserta didik, aspek kognitif berkenaan dengan pengetahuan yang didapatkan peserta didik selama proses pembelajaran dan aspek psikomotor adalah keterampilan sebagai hasil dari pengaplikasian pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam proses pembelajaran juga terdapat komponen-komponen yang saling terkait dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Komponen tersebut meliputi: guru, peserta didik, model, media dan mata pelajaran itu sendiri tidak terkecuali mata pelajaran biologi.

       Biologi merupakan salah satu mata pelajaran rumpun IPA yang didapatkan peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Materi biologi selalu berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam, komponen biotik dan juga komponen abiotik serta hubungan antara keduanya secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya pemahaman kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuannya dan pemecahan sebuah masalah. Materi biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari dirinya sendiri dan juga alam sekitar, karena proses pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu mengeksplorasi dan memahami alam sekitar bukan hanya secara teoritis tetapi juga secara ilmiah. 

       Akan tetapi semua terasa semakin berat seiring dengan merebaknya virus covid-19 yang mengharuskan pembelajaran beralih dari luring ke dalam pembelajaran daring. Apalagi mata pelajaran biologi menekankan pada berbagai proses pengamatan secara langsung. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, ditemukan sebagian besar peserta didik merasa kesulitan memahami berbagai materi pelajaran dikarenakan materi yang diberikan selama masa peralihan hanya berupa kumpulan rangkuman saja. Beruntung tidak berselang lama pemerintah memberlakukan PTM terbatas (Pembelajaran Tatap Muka). Tentu saja ini ibarat dua sisi mata uang yang berbeda bagi dunia pendidikan, disatu sisi menjadi angin segar karena peserta didik bisa kembali menjalani aktivitas belajar di sekolah meskipun tetap diselingi pembelajaran secara daring, disisi lain guru harus senantiasa melakukan terobosan baru agar proses pembelajarannya selalu dapat menyenangkan dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

      Benar saja, ketika PTM terbatas diberlakukan terlihat sekali sebagian besar peserta didik mulai kehilangan semangat dan motivasi belajaranya ketika di kelas, khususnya pada mata materi biologi dan menjadikan biologi menjadi salah satu pelajaran yang kurang diminati. Permasalahan ini pula yang dialami oleh peserta didik tingkat X SMK Maarif 6 Ayah Kebumen. Setelah dilakukan refleksi, penulis menemukan beberapa penyebab diantaranya : 1) Peserta didik terbiasa menerima informasi dan penjelasan sepenuhnya dari guru (teacher centered). 2) Rendahnya motivasi belajar peserta didik khususnya pada mata materi yang membutuhkan pengamatan langsung karena selama pandemi guru hanya memberikan rangkuman. 3) Pandemi covid-19 menyebabkan pergantian model pembelajaran dari luring menjadi daring.

       Oleh karena itu penulis merasa sudah saatnya guru mulai bangkit dan beradaptasi dengan situasi yang terjadi dengan melakukan berbagai inovasi guna menunjang keberhasilan pembelajarannya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengaplikasikan teknologi kedalam pembelajaran agar proses belajar menjadi lebih inovatif. Pembelajaran yang inovatif berusaha mengintegrasikan berbagai media dan aplikasi yang tentunya menyesuaikan dengan zaman sehingga guru dapat mencapai tujuan pembelajaran salah satunya yaitu dengan blended learning.

       Bisa dikatakan bahwa blended learning merupakan satu terobosan dalam pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran daring/ jarak jauh. Seperti yang kita ketahui, diabad 21 hampir semua bidang memanfaatkan kecanggihan teknologi dan peserta didik pun harus kita berikan pembelajaran berbasis TPACK (Technological, Pedagogic, Content Knowledge) yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan. Adapun yang bisa guru lakukan adalah dengan menggunakan berbagai aplikasi kekinian yang menjadikan guru dan peserta didik selalu bisa terkoneksi meskipun terbatas oleh jarak dan waktu antara lain : tele conference platform (zoom, google meet, microsoft teams) ; aplikasi chatting (whatsapp group, telegram) ; google classroom, canva ; quizziz dan masih banyak lagi.

       Dengan menggunakan blended learning ternyata dapat membuat peserta didik lebih termotivasi dan aktif mengikuti pembelajaran. Selain itu mampu memberikan dampak yang positif terhadap pemahaman konsep biologi, karena peserta didik tetap dapat melakukan pengamatan langsung maupun secara virtual dengan pendampingan guru sehingga hasil belajar juga menjadi semakin baik. Blended learning penulis rekomendasikan agar digunakan dalam pembelajaran tingkat SMK bukan hanya pada pelajaran biologi dalam rumpun IPA saja tetapi juga pelajaran yang lain. Berdasarkan uraian tersebut penulis berharap guru lain juga mau menerapkan model Blended Learning (BL) untuk materi yang dianggap memerlukan kemampuan berpikir kritis peserta didik agar didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top