Garap Video Mapping dan Tari Kolosal pada MTQ XXIII 2024 Sulawesi Selatan Lewat Kolaborasi Sanggar Ataraxia dan ISBI SulSel

Print Friendly and PDF

MTQ Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan XXIII digelar Takalar yang dimeriahkan dengan Tarian Kolosal oleh Sanggar Seni Ataraxia dan dipadukan dengan Video Mapping karya kolaborasi antara dosen, mahasiswa dan alumni ISBI Sulawesi Selatan. 


Garap Video Mapping dan Tari Kolosal pada MTQ XXIII 2024 Sulawesi Selatan Lewat Kolaborasi Sanggar Ataraxia dan ISBI SulSel


Takalar- majalahlarise.com -Karya yang dihasilkan dari riset dilakukan untuk memperkuat konsep cerita maupun visual video mapping dan garapan tari kolosal dengan melibatkan 300 penari yang berasal dari MTS, SMA dan MA se Kabupaten Takalar. Riset diawali dengan mendatangi makam Datuk Mahkota di Sanrobone, sebagai penghormatan (dalam Bahasa Makasar appatabe yang berarti memohon izin sebagai sikap santun tanda penghargaan) kepada seorang Bangsawan Pagaruyung dan Ulama Minangkabau yang menyebarkan Islam di Gowa pada abad ke 16. 

Penyelenggaraan event dua tahunan, MTQ Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan XXIII digelar Takalar yang dimeriahkan dengan Tarian Kolosal oleh Sanggar Seni Ataraxia dan dipadukan dengan Video Mapping karya kolaborasi antara dosen, mahasiswa dan alumni ISBI Sulawesi Selatan. 

Kolaborasi yang disajikan pada acara pembukaan pada 2 Mei 2024 ini merupakan kesempatan yang sangat menarik bagi ISBI Sulawesi Selatan yang berlokasi di Kabupaten Takalar. Persiapan dilakukan sejak bulan Februari 2024, dimulai dengan riset ke situs sejarah jejak Islam di Takalar, yaitu Sanrobone, Lipang, Bajeng, Cikoang dan Galesong.

Video mapping dengan tema sejarah Islam di Takalar mengawali sajian tari kolosal dengan menampilkan simbol-simbol yang merepresentasikan ciri khas Takalar diantaranya Lipang sebagai simbol daerah Lipang Bajeng yang menggambarkan gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia; tradisi Maudu Lompoa dari Cikoang sebagai tanda syiar Islam yang dibawa oleh Sayyid Jalaluddin Al-Aidid pada abad ke 17; Patorani merupakan warisan para Tubarani Galesong tentang pengetahuan menangkap ikan torani (ikan terbang), dan ditutup visual Benteng Sanrobone yang merupakan situs jejak peradaban Islam, Masjid Tua Baitul Maqdis, serta makam tokoh bangsawan Datuk Mahkota dari daerah Sanrobone. 

Baca juga: Membangun Keluarga Bahagia dengan Al Quran

Tarian kolosal berdurasi 20 menit, diawali dengan Tari Assulo (obor), kemudian disusul Patorani mengisi komposisi di tengah lapangan, dan bergantian dengan tari Pattapi dan Jerami hingga semuanya bersatu, dan dilengkapi tari Jala dan tari Masyarakat pada empat sisi lapangan. 

Lantunan irama sinrilik oleh Arif Dg. Rate perlahan terdengar, semua penari berbalik dan berjalan merespon visual mapping sebuah kapal, suasana pun berganti menjadi lebih haru, terlebih ketika Lantunan syair Sinrilik yang diucapkan

“Iyami anne angkana-kanai uru battuna karaeng Pattani Malayua, to panritana Pagaruyung Marangkaboa. Maklimbang dolangangi bedeng nasombalang tallasakna nabokoi Sumattara ka sakraki bedeng kalompoanga i lauk ri Malaka. Apaji na soremo ri Sanrobone na mambuaki singarakna Isilanga i raya….”

“Inilah syair yang mengisahkan kedatangan bangsawan Pattani dari tanah Melayu dan cerdik cendekia dari Pagaruyung Minangkabau. Telah mereka seberangi samudra mengadu nasibnya sebab telah jatuh Malaka. Maka berlabuhlah mereka di Sanrobone dan menyeruaklah cahaya keislaman di tanah timur”. 

Penggalan syair di atas berhasil membawa penonton lintas masa seakan masuk dalam memori masa lalu. Tari Kolosal berdurasi 20 menit ini ditutup dengan simbol Ko’bang, kubah dan Al-Quran sebagai penggambaran peradaban Islam yang sampai saat ini masih dipercaya oleh masyarakat Takalar.

Hadir dalam acara PJ. Gubernur Sulawesi Selatan didampingi PJ. Bupati Takalar, Sekda Takalar, 24 pejabat Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan serta ribuan penonton dari peserta maupun masyarakat Takalar.

Menurut H. Muhammad Hasbi, S.STP., M.AP., M.I.Kom selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan menyatakan bahwa perpaduan pertunjukan seni tari dengan teknologi. “Saya berjanji berikan standar tinggi di setiap perhelatan event di Takalar dan memberdayakan potensi seniman Takalar yang berkualitas”, lanjutnya.

Pimpro tari kolosal berjudul judul Panrannuangku (harapan atau cahaya pengetahuan) oleh Seniman asal Takalar Amin D.B dari Sanggar Seni Ataraxia. Penanggung jawab Video Mapping Mohammad Ikhwan M (dosen Program Studi Film dan Televisi), penanggung jawab visual konten oleh Daby Shah Rizal (mahasiswa Program Studi Film dan Televisi) dan penanggungjawab dokumentasi oleh Abas Fauzi (dosen Program Studi Film dan Televisi) yang semuanya berasal dari ISBI Sulawesi Selatan.

Larya kolaborasi ini sebagai persembahan kolaborasi Sanggar Seni Ataraxia dengan ISBI Sulawesi Selatan dalam acara MTQ XXIII. Video Mapping ini adalah tantangan bagi saya dan ini pertama kalinya mapping dengan bidang sebesar ini di Takalar ungkap Daby Shah Rizal, mahasiswa Program Studi Film dan Televisi ISBI Sulwesi Selatan selaku visual content.

Melihat perkembangan yang kini serba digital, teknologi seharusnya dapat jemput memanfaatkan dengan karya inovatif seperti karya media baru ini. Sebuah karya yang menggabungkan interdisiplin ilmu antara seni dan teknologi. Sesuatu yang segar untuk butta panrannuangku. Karya ini membuktikan bahwa daerah Takalar mempunyai potensi seniman yang juga patut untuk dipertimbangkan”, ungkap Mohammad Ikhwan M., selaku koordinator visual mapping yang juga dosen Film dan Televisi ISBI Sulawesi Selatan. (Sofyan)

Baca juga: SMP Negeri 2 Giritontro Gelar Upacara Hari Kebangkitan Nasional dan Hari Jadi Wonogiri ke-283



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top