BLENDED LEARNING MENGATASI LEARNING LOSS

Print Friendly and PDF

BLENDED LEARNING MENGATASI LEARNING LOSS

Oleh : Sri Ariyanti

SD Negeri 1 Bulusari, Slogohimo, Wonogiri

Sri Ariyanti


       Penerapan model blended learning dalam pembelajaran telah banyak diteliti sebelum dan selama masa pandemi Covid-19 pada semua jenjang pendidikan mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Kombinasi strategi pembelajaran synchronous dan asynchronous yang digunakan dalam model blended learning pada jenjang SD, SMP, dan SMA berbeda-beda. Sebagian besar strategi pembelajaran asynchronous yang diterapkan dalam model blended learning pada jenjang SD adalah menggunakan metode penugasan. Metode penugasan lebih banyak dipilih oleh guru pada jenjang SD karena metode ini memberikan kelonggaran bagi orang tua dan peserta didik untuk mempelajari materi yang diberikan, sebab siswa pada jenjang SD masih membutuhkan bimbingan dan bantuan dari orang tua dalam mengerjakan tugas dan waktu pengerjaan tugas tersebut juga harus menyesuaikan dengan waktu yang dimiliki oleh orang tua. Aplikasi online yang digunakan untuk memberikan penugasan, antara lain: WhatsApp, Google Classroom, dan Big Book. Pada jenjang SD, strategi pembelajaran synchronous yang banyak digunakan adalah metode ceramah baik secara langsung dengan tatap muka di kelas (offline) ataupun secara online dengan menggunakan Google meet, serta dengan diberikan penugasan.

       Blended learning dirancang untuk memadukan pembelajaran tatap muka (baik offline maupun online) dan model pembelajaran e-learning atau model pembelajaran online. Dalam implementasinya untuk mengatasi learning loss, sistem pembelajaran blended learning digunakan untuk mendukung dan menyempurnakan materi yang tidak terlaksana pada saat pembelajaran tatap muka di kelas, sehingga blended learning tidak seutuhnya menggantikan proses pembelajaran offline dengan pembelajaran online. Langkah-langkah model blended learning adalah sebagai berikut: (1) Pencarian informasi secara daring maupun luring dengan berdasarkan pada relevansi, validitas, realibilitas konten, dan kejelasan akademis. (2) Menemukan, memahami, dan mengemukakan ide atau gagasan. (3) Menginterpretasikan informasi atau pengetahuan dari berbagai sumber yang telah dicari dari berbagai sumber. (4) Menyampaikan ide atau gagasan hasil interpretasinya menggunakan sarana online atau offline. (5) Menginterpretasikan pengetahuan melalui proses asimilasi dan akomodasi dari hasil analisis, diskusi, dan penarikan kesimpulan dari informasi yang diperoleh menggunakan sarana online atau offline. 

       Berdasarkan langkah-langkah model blended learning yang telah diuraikan di atas, siswa dapat memaksimalkan waktu belajar di luar jam tatap muka di kelas dengan belajar secara mandiri di rumah dan tetap dapat berinteraksi dengan guru tanpa bertatap muka secara langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendayagunakan teknologi berbasis digital, yaitu menggunakan e-learning, seperti Google classroom, Edmodo, Moodle, atau jenis platform e-learning lainnya. Keberhasilan dalam menerapkan model blended learning pada pembelajaran pasca pandemi Covid-19 sangat tergantung pada kemandirian belajar siswa. Blended learning juga memberikan kemudahan bagi siswa dalam mencari berbagai bahan belajar dari sumber maya, seperti mengunduh materi pelajaran, lembar kerja peserta didik, video tutorial, animasi, gambar, audio, dan aplikasi berbasis website lainnya, yang dapat digunakan untuk belajar mandiri di rumah. 

       Blended learning yang diterapkan dengan menggunakan aplikasi online, seperti: e-learning atau whatsapp, juga dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memberikan penugasan kepada siswa untuk menguatkan pemahaman konsep siswa mengenai materi pelajaran yang telah dipelajarinya di kelas secara offline. Selain itu, blended learning juga dapat digunakan untuk memberikan latihan dan tes evaluasi pembelajaran untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa, baik melalui aplikasi pembelajaran online (e-learning) maupun googleform. Pembahasan mengenai tugas-tugas maupun latihan yang diberikan oleh guru melalui secara online tersebut dapat langsung didiskusikan secara interaktif antara guru dan siswa pada saat pembelajaran tatap muka di kelas, sehingga waktu pembelajaran di kelas menjadi efektif dan dapat mengejar ketertinggalan pengetahuan dan keterampilan yang terjadi akibat learning loss selama masa pandemi.

       Model blended learning yang diterapkan dengan mengkombinasikan pembelajaran secara synchronous baik secara langsung di kelas maupun secara online menggunakan aplikasi zoom meeting atau google meet dengan pembelajaran asynchronous menggunakan berbagai aplikasi online, ternyata mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep pelajaran yang dipelajari, dan meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, model blended learning ini dapat diterapkan dalam pembelajaran pasca pandemi Covid-19 untuk mengatasi dampak learning loss yang terjadi pada siswa akibat terlalu lama melaksanakan pembelajaran daring selama pandemi. Kombinasi pembelajaran synchronous yang dilakukan secara langsung di kelas pasca pandemi Covid-19 dengan pembelajaran asynchronous di luar jam pelajaran di kelas dapat membantu siswa dalam mengejar pengetahuan dan keterampilan yang hilang selama pembelajaran daring pada masa pandemi. Oleh karena itu, perlu pemahaman bersama antara guru dan orang tua agar penerapan model blended learning ini dapat berhasil dalam mengatasi learning loss.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top