IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DI KELAS

Print Friendly and PDF

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DI KELAS

Oleh : Anggun Zulaita Fergianti, S.Pd

SDN Cilacap 05, Cilacap, Jawa Tengah

Anggun Zulaita Fergianti, S.Pd


       Murid terlahir dengan keadaan beragam karakteristik dan keunikannya masing-masing. Kebutuhan belajar mereka tentu saja harus bisa terlayani dengan sebaik-baiknya. Sebagai seorang guru, dalam menerapkan merdeka belajar harus bisa menjadi fasilitator murid dalam belajar, menghamba padanya sehingga potensinya dapat berkembang dengan optimal. Oleh karena itu, guru harus bisa memastikan bahwa setiap murid mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dengan cara terbaik yang sesuai untuk mereka. Melalui penerapan pembelajaran berdiferensiasi, murid tidak hanya akan dapat memaksimalkan potensi mereka, tapi mereka juga akan dapat belajar tentang berbagai nilai-nilai kehidupan yang penting. yang akan berkontribusi terhadap perkembangan diri mereka secara lebih holistik atau utuh. Guru perlu mengetahui bagaimana proses pembelajaran berdiferensiasi ini dapat dilakukan, dengan cara-cara yang memungkinkan guru untuk dapat mengelolanya secara efektif.

       Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berakar pada pemenuhan kebutuhan murid baik dari segi kesiapan belajar, minat, atau profil belajarnya dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Menurut Tomlinson (2000) juga dikatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diferensiasi tidak berarti bahwa guru harus dapat memenuhi kebutuhan semua individu setiap saat dan setiap waktu. Guru diharapkan dapat menggunakan berbagai pendekatan belajar sehingga sebagian besar murid menemukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

       Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan di kelas? Tentu saja memerlukan strategi khusus dalam penerapannya dengan menggunakan tiga strategi yaitu diferensiasi konten, proses, dan produk. Penjabarannya adalah sebagai berikut:

1. Diferensiasi konten, yaitu apa yang kita ajarkan kepada murid sebagai tanggapan dari kesiapan belajar murid, minat, atau profil belajarnya (visual, auditori, kinestetik) atau bahkan bisa kombinasi dari ketiganya

2. Diferensiasi proses, yaitu bagaimana murid akan memaknai materi yang akan dipelajari baik secara mandiri atau kelompok dengan menyediakan kegiatan berjenjang, adanya pertanyaan pemandu atau tantangan, membuat agenda individual murid, memvariasikan waktu, mengembangkan kegiatan bervariasi, dan menggunakan pengelompokan yang fleksibel.

3. Diferensiasi produk, yaitu berupa tagihan yang kita harapkan dari murid dengan memberikan tantangan atau keragaman variasi dan memilih produk apa yang diminatinya.

       Selain strategi di atas juga membutuhkan lingkungan yang kondusif yang dapat mendukung pembelajaran berdiferensiasi ini seperti:  1) komunitas belajar, 2) setiap anggota kelas saling menghargai, 3) murid merasa aman secara fisik dan psikis, 4) adanya harapan bagi pertumbuhan, 5) guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, dan 6) adanya keadilan dalam bentuk karya nyata. Ketiga strategi di atas ini bisa kita tuangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan pembelajaran. 2. Memetakan kebutuhan belajar murid (kesiapan belajar, minat, profil belajar). 3. Menentukan strategi dan alat penilaian yang akan digunakan (tentukan bentuk penilaian akhir yang merupakan kombinasi portofolio, proyek, dan tertulis kemudian buat rubrik penilaiannya sehingga guru tahu posisi murid ada di mana dan kendala apa yang dihadapinya). 4. Menentukan kegiatan pembelajaran (konten, proses, produk).

       Indikator keberhasilan suatu pembelajaran berdiferensiasi adalah siswa merasa nyaman dalam belajar, adanya peningkatan keterampilan baik segi hard skill atau softskill, dan adanya kesuksesan belajar dari seorang murid yaitu murid mampu merefleksikan diri kemampuannya dimulai dari titik awal pembelajaran sampai peningkatan diri selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi ini bukan berarti mencapai tujuan akhir siswa harus mencapai KKM yang diharapkan tetapi melalui pembelajaran ini akan ada pergeseran penambahan nilai ke arah yang lebih baik. Misalkan seorang murid kemampuannya di bawah rata-rata kelas, yaitu awalnya mendapatkan nilai 30 setelah melalui proses pembelajaran berdiferensiasi ini meningkat menjadi nilai 50, berarti ada kemajuan belajar anak sehingga tidak bisa seorang guru memaksakan murid mendapat target KKM sesuai yang diharapkan. Begitu juga dengan kemampuan murid di atas rata-rata kelas misalkan mendapat nilai 85 setelah melalui pembelajaran berdiferensiasi mendapatkan nilai 100 berarti setelah mendapatkan pengayaan ada kemajuan yang pesat sehingga dapat dikatakan sukses dalam belajar.

       Namun, ada tantangan yang dihadapi guru-guru ketika berjuang untuk mewujudkan kelas berdiferensiasi, yaitu: menjembatani dilema diferensiasi vs standarisasi, mengatur waktu, dan mengakses sumber-sumber yang dibutuhkan. Oleh karena seorang guru harus menunjukkan sikap kreatif, percaya diri, mau mencoba, dan berani mengambil risiko dalam menerapkan berbagai ide strategi pembelajaran berdiferensiasi. Semua hal ini bisa dilakukan dimulai dengan mengubah mind set atau pola pikir sebagai seorang guru bahwa harus bisa menghargai murid yang beragam, menggali berbagai minat murid, dan mencoba menyediakan sumber informasi yang dimiliki oleh sekolah untuk mengelola pembelajaran. Manajemen kelas yang efektif dan lingkungan belajar yang mendukung juga sangat dibutuhkan dalam menciptakan pembelajaran berdiferensiasi sehingga semua kebutuhan belajar murid dapat terlayani secara optimal.

       Mulai mencoba mendesain rancangan pembelajaran sedikit demi sedikit secara bertahap, perlahan tapi pasti bisa dimulai dengan merutinkan dalam satu pembelajaran tertentu dalam setiap minggunya sehingga jika kita alokasikan dalam waktu satu semester paling tidak sudah mendapatkan 48 macam alternatif strategi pembelajaran berdiferensiasi yang unik, berbeda yang bisa menjadi rujukan dan praktik baik yang bisa diterapkan. Di samping itu, seorang guru juga harus terus berkolaborasi dengan berbagai pihak baik dengan rekan guru lain maupun pihak sekolah untuk terus mengembangkan pembelajaran berdiferensiasi ini. Berbagi praktik mengajar, membuat hasil transparan, terlibat dalam perbincangan kritis tentang memperbaiki instruksi pembelajaran dan perbaikan berkelanjutan, serta pemenuhan fasilitas perencanaan pembelajaran berdiferensiasi sebagai upaya mewujudkan merdeka belajar mencetak profil pelajar Pancasila.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top