GIVE RADIO IKOM UNIVET
Redaksi / Pemasangan Iklan
Total Tayangan Halaman
Gelar Live Painting Inklusif di Kawasan Nol Kilometer Yogyakarta dalam Rantara Art Exhibition 2025
![]() |
| Live Painting Rantara Art Exhibition 2025 digelar meriah. |
Gelar Live Painting Inklusif Rantara Art Exhibition 2025, Suara Kreatif dari Titik Nol Kilometer Yogyakarta
Yogyakarta- majalahlarise.com -Suasana kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta berubah menjadi panggung seni inklusif pada Sabtu (5/7/2025) ketika Live Painting Rantara Art Exhibition 2025 digelar meriah. Dari Jogja Gallery hingga Alun-Alun Utara, deretan kanvas terbuka dan semangat kolaboratif para seniman menyatu dalam harmoni warna dan ekspresi, membuktikan bahwa seni adalah milik semua orang—termasuk mereka yang selama ini terpinggirkan dari ruang publik.
Kegiatan ini menjadi bagian dari program MBKM Mandiri FSRD ISI Surakarta, sebagai luaran nyata yang tidak hanya menghadirkan karya, tetapi juga menjembatani inklusi sosial antara seniman profesional dan pelukis difabel dari berbagai SLB se-DIY. Konsep kolaboratif dalam ruang terbuka ini menghadirkan makna mendalam: bahwa seni rupa dapat menjadi jembatan kesetaraan, empati, dan pemberdayaan.
Live painting ini tak hanya soal menampilkan proses berkarya secara langsung, tapi juga menyajikan interaksi hangat antar latar belakang, usia, kemampuan, dan pengalaman. Pelukis difabel, siswa SLB, hingga seniman profesional dari Yogyakarta, Jakarta, dan Pacitan bahu-membahu mengisi ruang visual kota dengan warna keberagaman dan kekuatan personal.
Antusiasme terlihat sejak pagi. Meskipun sempat diguyur hujan, para peserta tetap bertahan, berteduh, lalu kembali melanjutkan lukisan mereka dengan semangat baru. “Live painting ini luar biasa. Antusiasmenya tinggi, dan aura positif itu sangat terasa. Ini bukan sekadar acara satu kali, tapi semoga jadi gerakan yang panjang ke depan,” ungkap Yulianto, kurator sekaligus dosen pembimbing kegiatan ini.
Firdaus Hanenda, salah satu penggagas dan pendamping kegiatan ini menekankan pentingnya seni sebagai sarana ekspresi emosional. “Melukis bisa menjadi terapi yang kuat, terutama bagi anak-anak difabel. Mereka memiliki cara unik menyalurkan perasaan. Di sinilah seni rupa menjadi ruang penting untuk keseimbangan emosional dan aktualisasi diri," ungkapnya.
Senada dengan itu, Ismanto W, salah satu seniman peserta live painting, menyampaikan kesan mendalamnya. “Kami merasa sangat senang bisa tampil bersama di tempat publik seperti ini. Meskipun sempat gerimis, kebersamaan ini adalah kekuatan. Harapannya, pameran seperti ini bisa terus dilakukan di waktu dan tempat lain," ujarnya.
Pemilihan lokasi di area strategis dan historis Jogja Gallery, Alun-Alun Utara, hingga Titik Nol Kilometer bukan tanpa alasan. Titik ini adalah pusat denyut budaya dan simbol pertemuan publik yang merepresentasikan inklusivitas sebagai bagian dari denyut nadi kehidupan kota. Rantara hadir membawa pesan kuat inklusi dalam seni bukan sekadar jargon, tapi kenyataan yang harus diwujudkan dalam aksi nyata.
Dengan pendekatan kurasi berbasis klaster yang mempertimbangkan ragam disabilitas dan teknik artistik, Rantara menghadirkan kompleksitas visual yang kaya dan otentik. Karya-karya yang dipamerkan menyuarakan beragam narasi perjuangan, harapan, keindahan, dan kekuatan dari perspektif yang sering luput dari perhatian publik.
“Setiap individu punya bahasa visual yang unik dan pantas diapresiasi secara adil. Dengan memberikan ruang seperti ini, kita tak hanya mengapresiasi karya, tetapi juga mengafirmasi keberadaan dan potensi mereka sebagai seniman sejati,” ujar Yulianto.
Menariknya, penyelenggaraan Rantara Art Exhibition ini juga melibatkan delapan mahasiswa program MBKM Mandiri FSRD ISI Surakarta yang aktif berkontribusi dalam aspek teknis dan kreatif. Mereka adalah Rio Aditya Rakhmadila dan Ridwan Fadilah (Prodi Fotografi), Cicha Sherina dan Sheima Syahrani (Prodi Desain Komunikasi Visual), Lu’lu’ul Maknun (Prodi Seni Murni), Intan Kurnia dan Laviana Putri Pratiwi (Prodi Desain Mode Batik), Muhammad Diky Alfaruq (Prodi Film dan Televisi)
Keterlibatan mereka mencakup dokumentasi visual, desain publikasi, manajemen konten digital, serta penyusunan narasi yang mengedepankan pendekatan inklusif dan partisipatif.
Lebih dari sekadar pameran, Rantara Art Exhibition 2025 adalah inisiatif membangun ekosistem seni rupa yang terbuka dan berkelanjutan bagi seniman difabel. Ini mencakup pelatihan, pendampingan, kurasi profesional, hingga perluasan jejaring seni menuju kancah nasional dan internasional.
“Gerakan ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar. Kami ingin membentuk ekosistem seni di mana seniman difabel tidak hanya tampil, tapi tumbuh dan diakui secara utuh sebagai pelaku seni profesional,” tutur Firdaus.
Kegiatan ini juga didukung oleh berbagai pihak, termasuk Yayasan Hanenda, Royal House, MBKM ISI Surakarta, Kraton Yogyakarta, serta dinas-dinas terkait yang memperkuat struktur pendampingan dan kelancaran acara. Sinergi ini menjadi fondasi kuat dalam menyusun masa depan seni yang lebih inklusif dan adil.
Rantara Art Exhibition 2025 melalui live painting di Titik Nol Kilometer Yogyakarta bukan hanya selebrasi seni, tetapi juga pernyataan sosial yang kuat bahwa inklusivitas adalah hak, bukan bonus. Bahwa ruang publik adalah milik semua, dan seni adalah medium yang bisa menghubungkan tanpa sekat. Seni telah bicara lantang dan dunia mendengarnya dari Yogyakarta. (Bas/ Sofyan)
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
TRADISI KROBONGAN Oleh: Aris Prihatin SMPN 1 Manyaran, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Aris Prihatin Masyarakat J...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
Kepala SMP Negeri 8 Surakarta, Triad Suparman, M.Pd beserta bapak ibu guru dan siswa foto bersama dengan karya tulisan kata-kata mutiara. ...
-
GENERASI KEDUA (LULUSAN) MASA CORONA Oleh: M. Nur Salim, SH. M.Pd Guru PPKn dan Kepala Sekolah SMK Kesehatan Cipta Bhakti Husada Yogyakarta ...
-
Menikmati makan gendar pecel di Gazebo. Watu Plenuk Mutiara Wisata Perbatasan Weru–Ngawen yang Menyuguhkan Alam, Kuliner, dan Kedamaian Gunu...

Tidak ada komentar: