Memantik Semangat Berliterasi dengan Ratulisa (Rajin Menulis dan Membaca) untuk Memperoleh Bahasa Sejak Usia Dini dalam Perspektif Psikomorfopragmatik

Print Friendly and PDF

Memantik Semangat Berliterasi dengan Ratulisa (Rajin Menulis dan Membaca) untuk Memperoleh Bahasa Sejak Usia Dini dalam Perspektif Psikomorfopragmatik


Oleh: Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa

Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.


"Kawan, huruf demi huruf dieja menjadi kata kemudian dirangkai menjadi frasa, klausa, dan kalimat untuk menyampaikan maksud dan tujuan tuturan kepada lawan tutur sehingga dilanjutkan semesta yang akan menyebarluaskannya"


       Para pembaca yang Budiman tentu masih ingat atau minimal terkenang saat kecil para ibu mengeja huruf demi huruf untuk memantik semangat kita untuk berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) bagi anak-anaknya sejak usia dini. Bahkan sejak dalam kandungan para ibu sudah memperdengarkan suara-suara merdunya kepada anak-anaknya. Semua ini dilakukan dengan giat dan penuh perjuangan agar anak yang dilahirkan nanti cerdas, terampil, dan memiliki reportoar bahasa yang banyak dan beraneka ragam. Dalam proses pemerolehan bahasa anak dapat diperoleh secara langsung dan tidak langsung. Pemerolehan bahasa secara langsung dapat diperoleh melalui proses mendengarkan, menirukan, dan juga menyimak huruf demi huruf, kata demi kata, frasa demi frasa, dan proses selanjutnya menuju klausa, kalimat, dan wacana. Kemudian proses pemerolehan bahasa yang diperoleh secara langsung dapat dilakukan melalui pembelajaran literasi dengan Ratulisa yakni dengan rajin menulis dan membaca. Upaya untuk memantik semangat berliterasi dengan ratulisa sejak usia dini dapat dilakukan dengan pendekatan psikomorfopragmatik oleh kedua orang tuanya.

       Pendekatan psikomorfopragmatik ini merupakan pendekatan kolaboratif multidisipliner psikologi, linguistik struktural morfologi, dan linguistik fungsional pragmatik. Kolaborasi tiga ranah keilmuan ini dapat menjadi pemantik semangat berliterasi dengan ratulisa bagi multigenerasi NKRI. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) aspek psikologi anak sangat memengaruhi proses semangat memperoleh bahasa pertama dengan cermat, teliti, dan kaya kosa kata, (2) aspek morfologi menjadi kunci utama dari aspek kata leksikal dan gramatikal yang diperoleh dari kedua orang tuanya, (3) aspek pragmatik akan sangat mendukung pemaknaan maksud dan fungsi pemakaian bahasa yang terikat konteks yang dikenalkan konteks sosial, budaya, situasi, pendidikan, religi, dan waktu oleh kedua orang tuanya. Dengan kolaborasi tiga ranah keilmuan psikologi, morfologi, dan pragmatik yang dikenal dengan pendekatan psikomorfopragmatik ini dapat memantik semangat dan keinginan multigenerasi NKRI untuk terus berliterasi dengan ratulisa dalam berbagai perpspektif yang didampingi oleh kedua orang tua, guru, dan teman-temannya sebagai tutor sebaya.

       Keberadaan ibu dan bapak sebagai guru pertama untuk menanamkan dan mengenalkan  semangat berliterasi dengan ratulisa harus terus dibiasakan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan berbagai fakta yang terjadi secara psikologis ibu yang hamil terus memantik semangat untuk menyimak, membacakan cerita, mendengarkan lagu-lagu dan sumber-sumber literasi untuk anak-anak usia dini yang mendukung kecerdasan, keberanian, kepercayaan diri, dan rasa ingin tahu yang lebih. Dengan penguatan aspek psikologi ibu sejak hamil untuk memiliki keinginan, kemauan, dan semangat untuk terus berliterasi dengan ratulisa tentu akan berdampak positif kepada anak-anaknya. Kemudian aspek pengenalan morf, morfem, kata, dan aspek-aspek morfologis lainnya tentu memberikan dampak penambahan kosa kata dan reportoar bahasa lainnya yang lebih beragam dan kaya konteks. Semangat pengenalan dan dikenalkan pada huruf-huruf vokal, konsonan, pelatihan pelafalan fonem, konsonan, dan kata akan semakin memperkaya penguasaan kosa kata bagi anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa pertama dan bahkan nantinya untuk bahasa kedua. Kekuatan dan pengutan bagi anak usia dini untuk terus berliterasi dengan ratulisa akan menjadi virus-virus positif untuk pengembangan diri  yang dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan ide secara lisan dan tulis. Komitmen untuk belajar dan membelajarkan diri secara terus-menerus dapat menjadi nilai positif untuk mendukung proses pemerolehan bahasa anak-anak era digital. Dalam berbagai perspektif yang beragam tentu memberikan pengayaan kosa kata dan bahasa berbasis digial, seperti game, gogole, youtube, perpusnas.go.id. arfuzhratulisa.id, gln.kemdikbud.go.id dan sumber-sumber literasi digital lainnya. 

       Dalam perspektif pragmatik pemerolehan bahasa akan sangat terikat konteks. Hal ini dapat dipahami karena pragmatik merupakan interdisipliner linguistik fungsional untuk memahami maksud ujaran penutur yang terikat konteks. Dengan demikian upaya memamantik semangat literasi dengan ratulisa akan sangat berdampak dalam pemeorolehan bahasa anak usia dini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal terpenting dalam proses berliterasi dengan ratulisa harus diikuti dengan penguatan dan pendampingan oleh kedua orang tua, saudara, guru, dan masyarakat agar dapat terarah dan terpusat pada pemilihan kata dan pengunaan bahasa yang baik, benar, dan santun. Oleh karena itu, perspektif psikomorfopragmatik perlu dicoba dan digunakan untuk memantik semangat berliterasi dengan ratulisa dalam berbagai konteks kehidupan bagi anak-anak usia dini. Semangat ini akan tertanam sebagai virus-virus positif pengembangan diri, belajar dan membelajarakan diri secara terus-menerus, dan kemauan untuk bepikir cerdas serta bertindak bijak dalam segala situasi dan kondisi.

       Penanaman semangat untuk belajar dan membelajarkan diri untuk berliterasi dengan ratulisa menjadi keniscayaan dan kebutuhan bagi seluruh orang tua, pendidik, guru, dosen, masyarakat, pegia literasi, pemangku kepentingan pusat dan daerah dalam rangka mewujudkan SDM Indonesia yang unggul. Kreativitas dan inovasi tiada henti para orang tua dan pendidik formal maupun nonformal dapat menjadi salah satu model yang dapat diteladani oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dengan demikian akan terwujud target pemerintah untuk menggerakkan literasi ratulisa secara nasional, dan membuka peluang untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila, yang berakhlak mulia, mandiri, kreatif, inovatif, gotong royong, dan  berkebhinekaan. Akhirnya semangat multigenerasi NKRI untuk dapat memantik semangat berliterasi dengan ratulisa dalam perspektif psikomorfopragmatik dapat terwjud secara bertahap untuk anak-anak Indonesia sejak usia dini secara bertahap dan berkelanjutan.

“Keindahan senja menjadi pemantik untuk merangkai kata dalam pelukan semesta untuk terus berliterasi dengan ratulisa di taman bunga matahari yang indah memesona seperti indahnya beranda  cinta arfuzh ratulisa tercinta”

Millenium, Jakarta, 10 Juli 2023  


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top